nusabali

Apa ‘Berbeda’ Harus Berseberangan?

  • www.nusabali.com-apa-berbeda-harus-berseberangan

MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB), kata ‘berbeda’ bermakna ‘berlainan’, seperti misalnya; mereka mempunyai potongan rambut yang berbeda, seorang panjang dan seorang lagi pendek. Walau berlainan potongan rambut, mereka tidak berseberangan, berada pada pandangan atau pendirian yang berbeda, seperti misalnya; tokoh muda itu berseberangan dengan pemerintah.

Dalam keseharian, sering dijumpai seseorang atau sekelompok orang berada pada (1) ‘sudut dalam sepihak’, yaitu dua sudut dalam yang terletak pada sisi yang sama; (2) ‘sudut luar sepihak’, yaitu, dua sudut luar yang terletak pada sisi yang sama; (3) ‘sudut berseberangan dalam’, yaitu, dua sudut dalam yang tidak berdekatan dan pada sisi yang berseberangan; (4) ‘sudut berseberangan luar’, yaitu, dua sudut luar yang tidak berdekatan dan pada sisi yang berseberangan.

Posisi berseberangan dapat bermakna: (1) berhadapan, misalnya, pada waktu makan malam ibunya selalu duduk berseberangan dengan bapaknya, (2) terletak, misalnya, rumah kami berseberangan jalan; atau (3) berada pada pandangan berbeda, misalnya, tokoh muda itu berseberangan dengan pemerintah.

Keempat posisi perbedaan dan 3 posisi berseberangan merupakan fenomena kehidupan yang wajar. Perbedaan kadang menyebabkan persaingan dan pertentangan antara kelompok yang memiliki kepentingan atau pandangan yang berbeda. Persaingan atau pertentangan sering bermuara pada konflik dan kekerasan antar kelompok masyarakat yang berbeda atau berseberangan yang dapat menurunkan solidaritas dan kesatuan. Pluralitas adalah keberagaman atau kemajemukan yang terdapat dalam suatu bangsa yang mendorong tumbuhnya persatuan dan kesatuan. Jenis-jenis pluralitas di antaranya seperti pluralitas-pluralitas agama, budaya, suku bangsa, pekerjaan, dan lain sebagainya. Yang perlu dipahami bahwa makna perbedaan tersisip dalam konsep pluralitas yang tidak selalu disertai dengan konflik.

Manfaat keragaman sosial budaya, yaitu, dapat meningkatkan rasa toleransi dan saling menghormati antarmasyarakat. Dengan adanya budaya yang berbeda, masyarakat dapat belajar untuk saling menghargai perbedaan dan memahami bahwa setiap individu memiliki hak untuk hidup dan berkembang sesuai dengan tatanan sosial dan budayanya. Di samping itu, manfaat keberagaman adalah masyarakat bisa saling melengkapi. Misalnya, orang yang memiliki harta berlebih bisa membantu sesamanya yang membutuhkan. Contoh lain adalah keberagaman budaya antarsuku bisa melengkapi budaya. Sebaliknya, dampak negatif berseberangan dapat menimbulkan kerusakan fisik dan psikologis, menyebabkan disintegrasi sosial, menghambat pembangunan, serta menurunkan kualitas hidup. Beberapa dampak negatif berseberangan, yaitu, menyebabkan retaknya hubungan antarkelompok, munculnya disintegrasi sosial, kerusakan harta benda, hilangnya nyawa manusia, perubahan kepribadian individu ke arah negatif, adanya dominasi sebuah kelompok, munculnya aksi balas dendam dan perpecahan, dan timbulnya aksi kekerasan.

Apa ada cara untuk menghindari efek negatif karena berseberangan atau perbedaan? Banyak cara yang bisa dilakukan walau ada perbedaan atau bahkan pertentangan, yaitu, berfokus pada masalah yang dihadapi, bukan pada persoalan pribadi lewat komunikasi terbuka, konsisten, dan berkomitmen dalam penyelesaian setiap masalah dengan selalu mengedepankan sikap adil terhadap semua.  

Menurut John Rawls penyelesaian suatu posisi berseberangan dapat terjadi ketika prinsip kebebasan yang sama dan prinsip persamaan sosial dan ekonomi terjamin. Kepastian itu diyakini oleh Rawls karena pihak-pihak yang terkait di dalam kontrak tersebut telah sedemikian rupa dikondisikan dalam selubung ketidaktahuan. Apabila kedua prinsip itu dipegang, maka kondisi yang bersifat adil terhadap suatu sifat, perbuatan maupun perlakuan terhadap sesuatu hal dapat dijamin dengan baik. Perlu dipahami bahwa tiga prinsip keadilan sosial, yaitu, keadilan berdasarkan hak, jasa, dan kebutuhan. Yang laris manis adalah prinsip kebutuhan. 7

Prof Dewa Komang Tantra MSc, PhD
Guru Besar Tetap Universitas Warmadewa

Komentar