nusabali

Kondisi Luka-luka, Anak Paus Sperma Terdampar di Yehembang

  • www.nusabali.com-kondisi-luka-luka-anak-paus-sperma-terdampar-di-yehembang

NEGARA, NusaBali - Seekor anak ikan paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan mati terdampar di Pantai Yehembang, Banjar Pasar, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Sabtu (23/12) pagi. Bangkai anak paus sperma ini ditemukan terdampar dengan mengalami sejumlah luka di tubuhnya.

Dari informasi, bangkai anak paus dengan ukuran panjang sekitar 3 meter, itu tepatnya ditemukan terdampar di tepi pantai sebelah selatan Setra Yehembang. Bangkai mamalia laut itu ditemukan pertama kali oleh warga setempat bernama I Gede Widana, pada sekitar pukul 06.30 Wita.

Saat itu, Widana yang sedang jalan-jalan sambil hendak melihat orang memasang jaring ikan, tidak sengaja melihat ada benda hitam terdampar di tepi pantai. Penasaran dengan benda tersebut, dirinya langsung mendekat dan ternyata seekor ikan yang sudah kondisi mati.

Awalnya, bangkai ikan dengan kondisi luka-luka itu sempat dikira ikan lumba-lumba. Namun setelah dicek langsung oleh petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Jembrana, ikan malang itu dipastikan adalah jenis paus sperma yang masih anakan.

Selain identifikasi awal, tim dokter hewan dari Yayasan Jaringan Satwa Indonesia (JSI) juga sempat turun melakukan nekropsi terhadap bangkai satwa dilindungi itu. Setelah proses nekropsi dan pengambilan sejumlah sampel organ untuk diteliti lebih lanjut, bangkai paus sperma tersebut langsung dikubur di pantai setempat.

Koordinator Satuan Kerja (Korsatker) PSDKP Jembrana Andri Purna Jatmiko, mengatakan bangkai ikan yang ditemukan terdampar di Pantai Yehembang itu merupakan ikan paus sperma. Ikan paus sperma dengan ukuran panjang 3,34 meter meter dan lebar tubuh 1,65 meter itu diperkirakan masih bayi. “Perkiraan usia balita (di bawah lima tahun). Jenis kelamin betina,” ujarnya.

Andri menyebutkan, pada bagian tubuh paus itu ditemukan beberapa luka lecet dan luka terbuka atau luka robek. Namun dari hasil pemeriksaan tim dokter, luka-luka pada tubuh paus itu dipastikan bukan karena aktivitas perburuan manusia. Luka-luka itu diperkirakan karena sempat terserang predator di laut.

“Tidak ada (tanda-tanda bekas perburuan manusia). Diperkirakan terdampar karena sakit dan terpisah dari induknya. Luka-luka di tubuhnya dikarenakan luka akibat pemangsanya. Ada kemungkinan juga mati karena kelaparan. Karena tadi saat di-nekropsi, isi perutnya kosong, tidak ada makanan,” ujar Andri.

Untuk diketahui, peristiwa paus mati terdampar di Pantai Yehembang, Sabtu (23/12), itu tercatat menjadi paus keenam yang mati terdampar di pantai wilayah Kabupaten Jembrana sepanjang 2023 ini. Pertama pada 8 April lalu, ditemukan seekor paus sperma sepanjang 17 meter yang mati terdampar di Pantia Yeh Leh, Banjar Pengeragoan Dangin Tukad, Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana.

Menyusul pada 19 Juni lalu, ditemukan bangkai seekor hiu paus (Rhincodon typus) sepanjang 6,4 meter di Pantai Air Kuning, Banjar/Desa Air Kuning, Kecamatan Jembrana. Kemudian 3 paus lainnya yang juga ditemukan terdampar sudah kondisi mati, juga jenis hiu paus yang ditemukan terdampar di Pantai Pekutatan, Banjar Yeh Kuning, Desa/Kecamatan Pekutatan, Jembrana.

Keempat bangkai hiu paus yang terdampar di Pantai Pekutatan, Banjar Yeh Kuning, Desa/Kecamatan Pekutatan, Jembrana, itu masing-masing ditemukan pada Jumat (29/9), Minggu (15/10), dan Kamis (2/11) lalu. Sebelumnya juga sempat dilaporkan adanya seekor hiu paus yang terdampar di Pantai Pekutatan, Senin (27/11). Untungnya, hiu paus yang ditemukan terdampar dalam kondisi masih hidup itu masih bisa diselamatkan warga hingga berhasil kembali berenang ke laut. 7 ode

Komentar