nusabali

Tamatan SD dari 4 Desa Bertetangga Dapat Prioritas

  • www.nusabali.com-tamatan-sd-dari-4-desa-bertetangga-dapat-prioritas

Perbekel dari empat desa bertetangga dilibatkan dalam penerimaan siswa baru SMPN 8 Sinyaraja, yakni Perbekel Pemaron Putu Mertayasa, Perbekel Tukadmungga Made Arka, Perbekel Anturan Made Budi Arsana, dan Perbekel Kalibukbuk Ketut Suka

Disdikpora Buleleng Tunjuk Plt Kasek SMPN 8 Singaraja yang Baru Dibangun


SINGARAJA, NusaBali
SMPN 8 Singaraja yang baru dibentuk akibat kebijakan zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2017/2018, langsung tancap gas terima pendaftaran siswa. Ratusan siswa lulusan SD dari empat desa bertetangga di wilayah Kecamatan Buleleng: Desa Tukadmungga, Desa Pemaron, Desa Anturan, dan Desa Kalibukbuk, telah mendaftar ke SMPN 8 Singaraja. Sementara, I Gede Duniawan ditunjuk menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Sekilah (Kasek) SMPN 8 Singaraja.

Sejak diputuskan berdiri, Jumat (30/6) lalu, SMPN 8 Singaraja sudah mulai terima pendaftaran dengan mengutamakan siswa asal empat desa bertetangga, yang sebelumnya terancam drop out (DO) lantaran tidak diterima di SMPN 2 Singaraja, SMPN 4 Singaraja, dan SMPN 6 Singaeraja akibat kebijakan zonasi PPDB tahun ajaran 2017/2018.

Untuk memastikan seluruh siswa yang sempat terancam DO ini bisa masuk SMPN 8 Singaraha, maka Perbekel keempat bertetangga pun ikut dilibatkan dalam pendaftaran. Intinya, Perbekel empat desa bertetangga ini memastikan siswa yang tidak dapat sekolah sebelumnya dan kemudian merekomendasikan mereka masuk ke SMPN 8 Singaraja. Keempat Perbekel tersebut masing-masing Perbekel Pemaron Putu Mertayasa, Perbekel Tukadmungga Made Arka, Perbekel Anturan Made Budi Arsana, dan Perbekel Kalibukbuk Ketut Suka

Hingga Minggu (2/7) siang, sebanyak 152 siswa tamatan SD asal empat desa bertetangga sudah terdaftar masuk di SMPN 8 Singaraja. Jumlah siswa yang mendaftar diperkiarakan akan terus bertambah, karena pendaftaran terus dibuka hingga Senin (3/6) ini. “Kalau bisa, yang mendaftar itu adalah mereka-mereka yang sebelumnya tidak dapat sekolah (dari empat desa bertetangga, Red),” ujar Kepala Dinas Pendidi-kan, Pemuda, dan Olahraga (Kadisdikpora) Buleleng, I Gede Suyasa, di Singaraja, Minggu kemarin.

Gede Suyasa menyebutkan, untuk tahap awal, SMPN 8 Singaraja hanya membuka 4 ruang kelas belajar. Sedangkan jumlah murid per kelas masing-masing sebanyak 32 orang. “Harapan kita, hanya empat ruang kelas dulu, kareng dengan jumlah ruang kelas itu saja, diperlukan 9 guru mengajar,” terang Suyasa.

Menurut Suyasa, pihaknya sudah menunjuk Gede Duniawan sbagai Plt Kasek SMPN 8 Singaraja. Saat ini, Gede Dunuawan menjabat Pengawas SMP Disdkipora Kabupaten Buleleng. Sedangkan guru-guru yang ditugaskan mengajar di SMPN 8 Singaraja, belum diungkap.

Untuk sementara, siswa angkatan pertama tahun ajaran 2017/2018 SMPN 8 Singaraja akan mengikuti proses belajar di Gedung SDN 4 Kalibukbuk, Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng. Ke depannya, kata Suyasa, ada kemungkinan SMPN 8 Singaraja akan dibangun di atas lahan milik Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Buleleng di Desa Kalibukbuk.

Sementara itu, anggota Komisi IV DPRD Buleleng dari Fraksi PDIP, Ni Kadek Turkini, menyebut ada kemungkinan jumlah kelas belajar yang dibuka untuk angkatan pertama SMPN 8 Singaraja akan melebihi dari rencana awal cuma 4 ruang kelas. Hal tersebut setelah melihat atusiasme siswa tamatan SD untuk mendaftar ke SMPN 8 Singaraja.

“Ini bisa enam ruang kelas belajar. Sebab, siswa tamatan SD dari empat desa bertetangga sangat antusias bersekolah di SMPN 8 Singaraja. Di samping itu, pihak sekolah juga tidak boleh menolak siswa dari keempat desa,” tegas Politik asal Desa Kalibukbuk yang juga menjabat Ketua Fraksi PDIP DPRD Buleleng ini saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Minggu kemarin.

Disdikpora Buleleng sendiri putuskan bangun SMPN 8 Singaraja, guna menampung ratusan siswa tamatan SD asal empat desa bertetangga yang terancam DO akibat kebijakan zonasi PPDB, yang membatasi tempat tinggal siswa dengan sekolah maksimal 6 kilometer. Keputusan itu diambil dalam rapat dengar pendapat antara Komisi IV DPRD Buleleng dan Disdikpora Buleleng di Geduing Dewan, Jalan Veteran Singaraja, Jumat (30/6) lalu, yang menghadirkan Perbekel dari empat desa bertetangga.

Dalam rapat tersebut, Disdikpora Buleleng awalnya menawarkan tiga solusi alternatif. Pertama, mendirikan sekolah satu atap (Satap). Kedua, siswa tamatan SD dari empat desa bertetangga melamar ke SMP swasta. Ketiga, Disdikpora Buleleng mendirikan SMPN 8 Singaraja untuk menampung para siswa dari empat desa bertetangga. Solusi alternatif pertama dan kedua ditolak Perbekel keempat desa, hingga akhirnya Membangun SMPN 8 Sinaraja yang disepakati.

Sebelum diberlakukannya kebijakan zonasi PPDB SMPN tahun ajaran 2017/2018, para siswa tamatan SD dari empat desa bertetangga selama ini bersekolah ke SMPN 2 Singaraja, SMPN 4 Singaraja, dan SMPN 6 Singaraja. Dalam pertemuan Jumat kemarin, terungkap jumlah murid tamatan SD asal empat desa bertetangga yang melamar ke SMPN 2, SMPN 4, dan SMPN 6 Singaraja sebanyak 464 orang. Rinciannya, melamar di SMPN 2 sebanyak 191 orang, SMPN 4 sebanyak 182 orang, dan SMPN 6 sebanyak 90 orang.

Berdasarkan hasil penelurusan Disdikpora Buleleng, dari 464 murid tersebut, sebanyak 146 orang di antaranya ditemukan nama ganda alias melamar lebih dari satu sekolah. Setelah diverifikasi, jumlah murid tamatan SD asal empat desa bertetangga yang melamar di tiga sekolah itu hanya 318 orang. Mereka inilah dipastikan tidak diterima oleh SMPN 2 Singaraja, SMPN 4 Singaraja, dan SMPN 6 Singaraja karena kebijakan zonasi---jarak tempat tinggalnya dengan sekolah ebih dari 6 kilometer. Dari jumlah 318 orang, sebanyak 153 sudah melamar ke sekolah swasta, sedangkan sisanya sebanyak 155 orang menunggu pengumuman di sekolah yang dituju. Mereka yang 155 orang inilah yang diprioritaskan masuk di SMPN 8 Singaraja. *k19

Komentar