nusabali

Ada Palinggih Kawitan Hingga Dewa Ayu Manik Kencana yang Pemurah

Pura Dalem Kresek Banjar Adat Kubujati, Banyuning, Persiapan Ngenteg Linggih

  • www.nusabali.com-ada-palinggih-kawitan-hingga-dewa-ayu-manik-kencana-yang-pemurah

Di palinggih Dewa Ayu Manik Kencana, krama pedagang meminta restu kelancaran usaha. Ada juga yang memohon kesembuhan penyakit hingga anak laki-laki sebagai penerus keluarga.

SINGARAJA, NusaBali
Bangunan Pura Dalem Kresek, Banjar Adat Kubujati, Desa Adat/Kelurahan Banyuning, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, tampak anyar. Seluruh palinggih, pagar di wewidangan pura tampak menyilaukan karena baru usai direnovasi. Pura yang diempon oleh 350 kepala keluarga (KK) krama Banjar Adat Kresek ini sedang dalam persiapan untuk upacara Ngenteg Linggih yang akan dilangsungkan Buda Kliwon Pahang, Rabu, 6 September 2023, mendatang.

Pura Dalem Kresek memiliki keunikan tersendiri dibandingkan pura dalem pada umumnya. Pura Dalem dalam konsep Pura Kahyangan Tiga yang ada di masing-masing desa adat memiliki fungsi tempat penyucian terhadap roh dengan menstanakan Dewa Siwa dengan saktinya Dewi Durga. Namun di Pura Dalem Kresek ini juga memiliki sejumlah palinggih yang tidak lazim ada pada pura dalem pada umumnya. Yakni palinggih kawitan Sri Kresna Aji Dalem Tarukan. Di mandala utama pura juga ada palinggih pengayatan Pura Segara stana Dewa Wisnu dan palinggih Dewa Ayu Manik Rambut Sedana.

Lalu di nista mandala (jaba sisi) pura ada sebuah palinggih yang menjadi favorit krama. Yakni palinggih Dewa Ayu Manik Kencana yang dikenal sangat pemurah.

Foto: Palinggih Dewa Ayu Manik Kencana yang dikenal pemurah. -LILIK

Ketua Panitia Ngenteg Linggih Pura Dalem Kresek Nyoman Jarsana ditemui pada Sabtu (12/8) bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, mengatakan, Pura Dalem Kresek salah satu pura tua di Buleleng.

Pura ini diperkirakan sudah ada pada tahun 1848 silam. Sebagian besar krama Banjar Adat Kubujati ini berasal dari Desa Bebetin, Kecamatan Sawan, Buleleng. Jarsana menyebut mereka bermigrasi ke wilayah kerajaan Buleleng, saat membantu Desa Banyuning merebut kedudukan Pura Segara dari warga Desa Pegadungan saat itu.

“Berdasarkan cerita tetua kami dan juga sejarah yang baru kami tahu, Banyuning salah satu wilayah kerajaan Buleleng. Nah saat itu hanya Banyuning yang tidak punya Pura Segara. Awalnya Pura Segara Banyuning ini pangemponnya krama Pegadungan, tetapi karena titah raja dialihkan ke Desa Banyuning. Sempat terjadi perlawanan sehingga Banyuning meminta bantuan ke Bebetin yang menjadi awal mula kami di sini,” kata Jarsana.

Foto: Ketua Panitia Nyoman Jarsana. -LILIK

Sejarah inipun membuat di Pura Dalem Kresek distanakan Dewa Wisnu sebagai pengayatan Pura Segara. Jarsana menjelaskan, Pura Dalem Kresek ini awalnya adalah Pura Kawitan Para Gotra Sentana Dalem Tarukan. Namun seiring berjalannya waktu, krama meminta agar pura ini dijadikan Pura Dalem.

Selain itu ada satu palinggih di jaba sisi Pura Dalem Kresek yang menjadi favorit krama, yakni palinggih Dewa Ayu Manik Kencana. Krama meyakini palinggih yang berstanakan sesosok wanita cantik ini sangat pemurah. Bahkan krama yang menjalani pekerjaan sebagai pedagang sering kali meminta restu untuk kelancaran usaha mereka. Tidak hanya kelancaran ekonomi yang diberikan, ada juga yang memohon kesembuhan penyakit hingga anak laki-laki sebagai penerus keluarga.

“Banyak yang sudah membuktikan Beliau sangat pemurah. Bahkan saya sendiri sempat sakit dan akhirnya sembuh. Saya juga minta sentana anak laki-laki, karena anak saya perempuan tiga, akhirnya juga direstui,” ungkap penyarikan desa Ketut Suwela yang mendampingi Jarsana.

Keberadaan pura tua ini akhirnya baru direnovasi secara bertahap sejak tiga tahun terakhir. Perbaikan pura dari palinggih, bale piasan, bale pegangan, dan bale gede, berasal dari swadaya krama dan juga sumbangan beberapa donatur. Setelah perbaikan tuntas, krama Banjar Adat Kubujati berencana menggelar upacara Ngenteg Linggih.

“Saya sekarang sudah berumur 60 tahun lebih belum pernah ketemu ngenteg linggih. Cerita tetua bahkan dari cicit saya dulu juga belum pernah ada. Sehingga kami berdasarkan paruman sepakat untuk menggelar upacara ini,” imbuh Jarsana.

Namun prajuru Banjar Adat Kubujati kehabisan dana untuk melangsungkan upacara yang memerlukan anggaran tidak sedikit. Mereka akhirnya melakukan penggalian dana berupa kupon bazar yang kemudian ditukar dengan undian berhadiah. Tidak tanggung-tanggung hadiah utama berupa dua unit sepeda motor.

“Ini salah satu inovasi dan keyakinan kami untuk bersatu menyelesaikan upacara ngenteg linggih. Astungkara ada jalan dan Ida memperlancar. Saat ini sudah ada 6.000 kupon yang tersebar. Undian berhadiah ini kami gelar untuk meyakinkan krama atas usaha yang telah dilakukan prajuru adat dan juga panitia,” kata Jarsana. 7 k23

Komentar