nusabali

Puncak Dampak El Nino Diperkirakan Agustus–September, Bali Mesti Waspada

  • www.nusabali.com-puncak-dampak-el-nino-diperkirakan-agustus-september-bali-mesti-waspada

MANGUPURA, NusaBali - Meningkatnya suhu air muka laut di Samudra Pasifik atau fenomena El Nino diperkirakan berdampak pada kekeringan di wilayah Indonesia termasuk Bali.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) mengingatkan masyarakat Bali harus tetap waspada pada Agustus hingga September ini.

Hal itu disampaikan Wagub Cok Ace saat memberikan sambutan pada acara Rakor Penanggulangan Dampak El Nino di Wilayah Bali serta Deklarasi Champion Cabai dan Bawang Merah Indonesia, yang juga dihadiri Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, di Kuta, Badung, Jumat (28/7).

“Ancaman pemanasan global juga terjadi di mana batas toleransi suhu 1,5 derajat Celsius nyaris terlampaui, bahkan di Bali sendiri kita merasakan perubahan suhu. Untuk itu mari kita lakukan langkah preventif terutama dalam upaya menyediakan pasokan makanan kepada masyarakat,” ujar Wagub Cok Ace.

Dia mengatakan El Nino diprediksi mencapai puncaknya pada Agustus–September 2023 ini. “Saya harap kita bisa tanggap dan waspada akan dampak El Nino, sehingga kita tetap bisa menjaga supply barang ke pasar relatif lebih merata dan kontinyu,” kata Wagub Cok Ace.

Dia menyampaikan rakor ini juga diharapkan mampu menghasilkan gambaran potensi yang bisa dioptimalkan dalam peningkatan luas pertanaman, panen, produksi, dan produktivitas cabai dan bawang merah. Sehingga dapat membantu pemerintah dalam menstabilkan jumlah persediaan dan pasokan cabai dan bawang merah yang sangat fluktuatif. “Kami sangat mengapresiasi para petugas di lapangan yang selalu berupaya agar persediaan produksi tetap kontinyu dan harga tetap stabil,” imbuhnya.

Guru Besar ISI Denpasar itu mengungkapkan capaian pertanian Bali pada tahun 2022. Menurutnya di tahun tersebut Bali telah mencapai angka surplus untuk cabai rawit sebesar 27.573 ton yang hanya mengalami defisit di bulan Desember, dan cabai besar 3.639 ton tanpa ada bulan defisit.

Sementara bawang merah secara keseluruhan surplus 761 ton yang hanya berlangsung selama empat bulan, sedangkan delapan bulan lainnya mengalami defisit. “Hal ini mencerminkan bahwa pertanaman cabai tersebar relatif merata setiap bulannya, sedangkan bawang merah tersebar pada bulan-bulan tertentu saja karena sangat sensitif dengan perubahan iklim di luar musim (off seasons, Red),” tutur Wagub Cok Ace.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan komitmennya untuk menyelamatkan bangsa melalui penyediaan pangan untuk Indonesia. “Kita harus optimistis mau El Nino atau apapun kita hadapi, mari bersama berjuang, jadikan tantangan ini sebagai motivasi untuk bisa melakukan yang terbaik untuk bangsa,” ucapnya.

Acara pada sore itu juga dibarengi dengan Deklarasi Champion Bawang Merah dan Cabai. Syahrul berharap para Petani Champion atau petani penggerak mitra pemerintah, bisa memberikan dampak positif terhadap sub sektor hortikultura dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Saya juga berharap para Petani Champion bisa jaga inflasi dan penyebaran pasokan yang lebih merata hingga seluruh Indonesia,” kata Syahrul.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian RI Prihasto Setyanto sebelumnya menjelaskan Petani Champion berada di sentra-sentra produksi melaksanakan kegiatan pembelian cabai dan bawang merah dari petani dan mendistribusikan ke seluruh Indonesia.

Wilayah defisit cabai atau bawang merah akan dipasok oleh Champion tersebut. “Di sini pemerintah memetakan wilayah surplus dan defisit cabai dan bawang merah, sehingga lokasi-lokasi defisit mendapatkan perhatian yang lebih,” kata Prihasto. 7 cr78

Komentar