nusabali

MUTIARA WEDA: Tapa Pikiran

Manah prasādah saumyatvam maunamātmavinigrahah, bhāvasamsuddhirityetattapo mānasamucyate. (Bhagavad-gita, XVII.16)

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-tapa-pikiran

Ketenangan pikiran, kelemahlembutan, baik hati, pendiam, penguasaan diri, kesucian hati, inilah disebut pertapaan pikiran.

SECARA praktis, tapa ada tiga. Tapa badan, ucapan, dan pikiran. Tapa badan berhubungan dengan penghormatan kepada dewa, pendeta, guru, orang bijak, brahmacari, dan ajaran tentang kejujuran, ahimsa serta kesucian. Tapa ucapan dipraktikkan dengan kata-kata tidak menyakitkan hati, terbebas dari hinaan, mengandung kebenaran, menyenangkan, dan bermanfaat. Sementara tapa pikiran dilakukan dengan ketenangan pikiran, kelemah-lembutan, baik hati, pendiam, penguasaan diri, dan kesucian hati. Ini penjelasan Krishna kepada Arjuna di medan Kuruksetra.  

Apa yang dipahami oleh masyarakat umum? Tapa itu meninggalkan rumah dan keluarga, pergi ke hutan, tinggal di gua, dan menyiksa diri. Mengapa masyarakat berpandangan demikian? Karena orang yang melakukan tapa dilihat seperti itu. Cara mereka bertindak, berkata, dan berpikir dengan jalan seperti itu. Apakah bisa dengan cara lain tanpa harus pergi ke hutan, meninggalkan rumah dan keluarga atau menyiksa diri? Jika mengacu pada pengertian Krishna, ekspresi dari tapa bisa bermacam-macam, bisa pergi ke hutan bisa tidak, bisa menyiksa diri bisa tidak, bisa tinggal di gua bisa tidak. Apa yang tampak hanya ekspresi. Bisa saja meninggalkan rumah, tetapi bukan tapa. Mungkin juga menyiksa diri, tapa bukan isinya. Sebaliknya, bisa saja orang tetap menjalani rumah tangga, dan itu tapa.

Teks di atas lebih menjelaskan tentang esensi dibandingkan ekspresinya. Jika memang tapa adalah esensinya, maka apapun ekspresinya tidak menjadi persoalan. Seperti halnya Arjuna, meskipun dia ksatriya dan tugasnya berperang, Krishna memintanya untuk menjadi pertapa. Maksudnya, Krishna mengajak Arjuna menjadikan ekspresi kewajibannya itu sebagai laku tapa. Jika memang ksatriya, jadikan perang itu sebagai laku tapa. Jika seorang pengajar, jadikan mengajar sebagai laku tapa. Jika seorang buruh bangunan, jadikan pekerjaan itu sebagai laku tapa. Jika manajer, jadikan itu sebagai laku tapa. Demikian seterusnya. Biarkan ekspresi kehidupan kita dilandasi oleh laku tapa.

Hal unik dari semua jenis tapa yang ada adalah tapa pikiran sebagaimana Krishna nyatakan di atas. Uniknya di mana? Yakni tingkat rintangannya tinggi. Mari bandingkan. Orang yang pikirannya tidak baik bisa saja berkata dan bertindak sopan. Seperti misalnya seorang pekerja yang tidak suka dengan majikannya. Di pikirannya selalu negatif, tetapi karena tidak berani, dia tetap berkata ramah dan bertindak sopan. Sebaliknya, jika pikiran orang baik, maka perkataan dan tindakannya secara otomatis baik. Perkataan dan tindakan hanyalah ekspresi dari pikiran yang baik. Dari tiga jenis tapa di atas bisa dikatakan bahwa tapa pikiran adalah inti.

Bagaimana jika tapa pikiran itu sukses? Pikiran tenang, baik hati, mampu menguasai diri, lemah lembut, dan hatinya suci. Bagaimana praktik tapa pikiran ini? Memahami cara kerja pikiran adalah langkah awal. Memperhatikan kebiasaan-kebiasaan pikiran adalah langkah berikutnya. Memberikan direksi pikiran adalah langkah ketiga. Stick pada arah pikiran yang menuju kesucian adalah langkah terakhir. Jika direction pikiran kita telah jelas, maka seluruh energi kita akan mengalir sepenuhnya ke sana. Jika kita konsisten tetap berada pada arus itu, maka kebiasaan-kebiasaan buruk pikiran akan perlahan mati. Hal-hal yang tidak suci tidak lagi memperoleh asupan energi sehingga padam lama-lama. Padamnya seluruh direksi negatif menjadikan tapa pikiran itu sukses.

Seperti apa cara kerja pikiran itu? Panca vrtti mungkin dikatakan sebagai cara kerja pikiran. Panca klesa adalah kebiasaan-kebiasaannya. Agar kebiasaan-kebiasaan itu tidak mengganggu, maka asupan energi terhadapnya harus dikurangi. Cara menguranginya adakah dengan membuat cannel baru energi, mendireksi energi itu agar selalu bergerak ke arah kesucian. Lama-kelamaan, pikiran semakin dipenuhi energi kesucian, dan kebiasaan buruk semakin kurus. Lama-kelamaan, jika direksi tersebut secara konsisten dijaga, seperti halnya kanal air yang terus-menerus terpelihara, menghilangkan setiap rumput yang tumbuh, membuang benda-benda yang masuk ke dalamnya, dan membuat saluran tetap mengalir, seperti itu pula direksi energi itu terus-menerus dipertahankan di dalam diri. Cara mempertahankan direksi ini salah satunya dengan cara abhyasa dan vairagya. 7

I Gede Suwantana
Bali Vedanta Society

Komentar