nusabali

Palebon Mpu Dharma Sadhu Dipuput 3 Sulinggih

  • www.nusabali.com-palebon-mpu-dharma-sadhu-dipuput-3-sulinggih
  • www.nusabali.com-palebon-mpu-dharma-sadhu-dipuput-3-sulinggih

AMLAPURA, NusaBali - Palebon Sira Mpu Dharma Sadhu,69, di Geria Taman Giri Tohlangkir, Banjar Yehkori, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Anggara Kliwon Julungwangi, Selasa (18/7), dipuput tiga sulinggih.

Sira Mpu Dharma Sadhu adalah mantan guru Agama Hindu di SDN 2 Jungutan, Kecamatan Bebandem. Sira Mpu pensiun tahun 2014 dan menjadi sulinggih tahun 2021. Sira Mpu lebar (meninggal) dalam perawatan di RSUD Sanjiwani, Gianyar, Selasa (4/7), karena sakit tumor hati.

Tiga sulinggih yang muput upacara palebon tersebut yakni, Sire Mpu Dharma Putra Adnyana dari Geria Toya Malet, Banjar Kaler, Desa Antiga, Kecamatan Manggis, Karangasem. Ida Sri Mpu Galuh Brahmanta dari Geria Natha Sukawana, Banjar Lusuh Kaler, Desa Peringsari, Kecamatan Selat, Karanmgasem. Ida Sire Mpu Istri Pramoda Wardani dari Geria Pasraman Bauddha Taman Saraswati Asrama, Banjar Pande Tunggak, Desa/Kecamatan Bebandem, Karangasem.

Prosesi palebon dimulai dengan Mlaspas Bade (menara pengusung jenazah) tinggi sekitar 7 meter, berlanjut  arah-arakan pengusungan jenazah dari Geria Taman Giri Tohlangkir menuju tempat upacara. Iringan-iringan terdepan Lembu, kemudian Bade. Di Bade ada dua sulinggih memanjang (mengomando) pengusungan dan pengibas-ibas sebagai pembuka jalan. Mereka yakni Sri Mpu Dharma Agni Yoga Sogata dari Geria Taman Giri Candra, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar dan Ida Sire Mpu Dharma Sidhi dari Geria Taman Angsoka, Banjar Laplapan, Desa Petulu, Kecamatan Ubud, Gianyar. Di Bade juga ada dua penabuh gender, yakni Putu Ananta Rahayu dan Kadek Adita Nareswari.

Usai pembakaran jenazah, dilanjutkan mengumpulkan Galih (tulang),  berlanjut upacara Prateka Galih. Puncak palebon diisi persembahyangan berupa doa terakhir untuk memohonkan agar perjalanan roh menjadi lancar menuju alam nirwana (surga).

Menurut Ida Sire Mpu Istri Pramoda Wardani, Ngaben bertujuan untuk mengembalikan shtulasarira berasal dari panca mahabhuta agar kembali ke panca mahabhuta. Sedangkan, jiwatma berasal dari Ida Sang Hyang Widhi agar dikembalikan ke Ida Sang Hyang Widhi. "Intinya Ngaben adalah penyucian roh fase pertama," jelasnya.

Sri Mpu Galuh Dharma Sadhu yang merupakan istri almarhum, menerangkan sejak tiga bulan terakhir, sang suami, Sira Mpu Dharma Sadhu keluar masuk rumah sakit karena sakit tumor hati. Terakhir, almarhum menjalani perawatan sekitar seminggu dan lebar, Selasa 4/7). Almarhum meninggalkan seorang istri, empat anak, dan enam cucu. "Sakitnya sudah lama. Selama menjalani perawatan tidak bisa katuran muput upacara," jelas Sri Mpu Galuh Dharma Sadhu.

Sebelumnya, pasangan sulinggih tersebut tinggal di Banjar Pegubugan, Desa Duda, Kecamatan Selat. Namun sejak jadi sulinggih, mereka tinggal di kampung asalnya,  Banjar Yehkori, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem.7k16

Komentar