nusabali

Timedoor Academy Pamerkan Kemahiran Programmer Cilik, Ingatkan Pentingnya Buah Hati Melek Teknologi

  • www.nusabali.com-timedoor-academy-pamerkan-kemahiran-programmer-cilik-ingatkan-pentingnya-buah-hati-melek-teknologi
  • www.nusabali.com-timedoor-academy-pamerkan-kemahiran-programmer-cilik-ingatkan-pentingnya-buah-hati-melek-teknologi
  • www.nusabali.com-timedoor-academy-pamerkan-kemahiran-programmer-cilik-ingatkan-pentingnya-buah-hati-melek-teknologi
  • www.nusabali.com-timedoor-academy-pamerkan-kemahiran-programmer-cilik-ingatkan-pentingnya-buah-hati-melek-teknologi

DENPASAR, NusaBali.com - Timedoor Academy memamerkan kemahiran coding 30 siswa mereka di Trans Studio Mall Bali pada Minggu (25/6/2023) sore. Puluhan programmer cilik ini membuka mata orangtua soal pentingnya buah hati melek teknologi sejak dini.

Founder dan CEO Timedoor Indonesia Yutaka Tokunaga menuturkan, talenta terpilih dari Timedoor Academy berusia belia ini sengaja dipamerkan di dalam mal. Alasannya, untuk menggugah kesadaran masyarakat khususnya orangtua bahwa usia belia bukan halangan bagi buah hati untuk berkarya sesuatu sekompleks teknologi.

"Kami ingin mengedukasi masyarakat bahwa anak-anak sebelia ini saja sudah bisa bikin sistem yang keren. Oleh karena itu, kami pamerkan karya-karya siswa Timedoor Academy dari level Junior, Kids, dan Teens atau usia 5-18 tahun," tutur Yutaka di sela gelaran bertajuk Fun Coding Competition & Exhibition.

Sebanyak 30 peserta pameran ini telah melalui beberapa tahap seleksi. Tahap awal siswa Timedoor Academy dari seluruh Indonesia lebih dulu mengumpulkan video karya mereka. Kemudian, video presentasi karya itu diseleksi oleh coding mentor dan akhirnya terpilih 30 karya terbaik.

Peserta pameran dari level Junior (5-7 tahun) terpilih sebanyak tiga siswa, dari level Kids (8-11 tahun) sejumlah 14 siswa, dan 13 siswa dari level Teens (12-18 tahun). Karya-karya yang ditampilkan pun cukup beragam mulai dari game, website, dan aplikasi dengan kompleksitas yang berbeda sesuai level.

"Kami sudah memiliki lebih dari 3.000 siswa di seluruh Indonesia. Sementara di Bali kami ada sekitar 700 siswa. Khusus di Bali pertumbuhan minat coding sangat baik. Setiap tahun kami bisa menerima lebih dari 300 siswa baru di Bali," ujar pria kelahiran Jepang yang sudah 9 tahun menetap di Indonesia.


Menurut Yutaka, pertumbuhan minat coding di Bali yang terbilang baik ini mesti didukung oleh berbagai pihak terutama orangtua. Sebab, Bali tidak bisa terus-terusan dependen dengan pariwisata apalagi di tengah disrupsi teknologi. Yutaka mengajak masyarakat belajar dari pengalaman pandemi dan bagaimana dampaknya pada pariwisata Bali.

Kebanyakan anak didik yang diterima Timedoor Academy dilatarbelakangi kesukaan pribadi pada dunia coding bukan karena paksaan orangtua. Kata Yutaka, kesukaan ini diawali dengan ketertarikan pada game dan dunia digital. Kemudian, mulai tumbuh rasa penasaran bagaimana hal itu dibuat.

Seperti Muhammad Rafif Alkafi, siswa Timedoor Academy level Kids berusia 12 tahun dari Jakarta yang turut meramaikan pameran di TSM Bali. Rafif mengungkapkan, dirinya lebih tertarik pada dunia di balik layar game dan komputer ketika mengenal game Minecraft di usia belia.

"Main game saya tidak terlalu, tapi bikin game-nya itu saya lebih tertarik. Menurut saya lebih interesting dan seru apalagi di masa depan semuanya serba digital jadi kemampuan coding itu sangat penting bagi saya," beber siswa HighScope (SHI) Kelapa Gading.

Minat Rafif pada dunia coding pun didukung penuh oleh sang ibu, Dina Daulay. Dina mengaku hanya mengikuti kemauan sang anak yang memang sedari kecil memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Begitu Timedoor Academy membuka kelas daring pada 2020 lalu, ketertarikan Rafif difasilitasi sang ibu.

"Belajar dari pandemi, kita sadar seberapa penting teknologi. Apa-apa membutuhkan bantuan teknologi jadi penting untuk semua (anak) bisa mengusai ini. Cuman memang perlu pengawasan orangtua agar aktivitas mereka balance antara belajar, nge-gadget, dan bergaul sama teman sebaya," jelas Dina di sela menemani Rafif di booth pamerannya.


Sementara itu, Yutaka menyebut memang tidak semua orangtua memiliki kesadaran akan perubahan zaman dan krusialitas teknologi seperti Dina. Hal inilah yang menjadi salah satu tantangan perkembangan coding di Bali. Sebab, beberapa orangtua yang melihat buah hatinya sering di depan gadget selalu berkonotasi negatif.

Padahal, industri pariwisata yang jadi kiblat ekonomi Bali pun tidak bisa lepas dari kebutuhan teknologi. Setiap komponen pariwisata memerlukan website ataupun sistem booking daring. Informasi destinasi wisata Bali untuk menggaet wisatawan asing juga memerlukan dukungan teknologi informasi.

"Tetapi sekarang ini ada tidak sumber daya manusia yang bisa mengajarkan anak-anak coding? Sekolah-sekolah di Bali mendukung tidak gurunya, kurikulumnya, dan fasilitasnya untuk mengajari siswa coding?" ungkap Yutaka.

Desakan teknologi adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Pada tahun 2022 lalu, Timedoor Academy dipercaya Pemkab Badung untuk melatih perwakilan guru dan siswa soal penguasaan coding. Harapannya, hasil pelatihan itu bisa diterapkan dan disebarkan ke sekolah masing-masing.

I Gusti Bagus Kesumajaya dari Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Badung menyebut kerja sama ini bakal berlanjut. Sebab, siswa SD di Badung sudah memiliki laptop dan jaringan internetnya sudah lebih siap dari daerah lain.

"Soal kesadaran orangtua terhadap pentingnya anak-anak melek teknologi, saya rasa kami di Badung dengan menyiapkan fasilitas laptop itu bisa membantu. Artinya, dengan anak-anak menyalurkan bakat teknologi informasi melalui fasilitas yang tersedia, harapannya orangtua bisa turut mendukung," papar Kesumajaya di sela menghadiri pameran mewakili pihak Disdikpora Badung.


Lanjut Kesumajaya, begitu ada muncul nilai plus dari penyaluran bakat anak-anak di bidang teknologi informasi ini, kesadaran orangtua bakal terbentuk. Sama halnya dengan 30 siswa Timedoor Academy yang berhasil menunjukkan nilai plus berupa critical thinking dan problem solving mereka lewat penguasaan coding.

Selama Fun Coding Competition & Exhibition ini, karya-karya anak didik Timedoor Academy bakal dinilai kembali oleh coding mentor. Selain itu, pengunjung pameran juga berhak memberikan penilaian dengan menempelkan stiker bintang pada lembar star collection.

Setiap booth yang dihampiri pengunjung selalu siap dengan programmer cilik yang tanggap memberikan penjelasan karya mereka dengan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Adapun siswa Timedoor Academy yang menjadi terbaik di tahap exhibition (pameran) ini bakal melaju ke babak grand final.

Berikut nama-nama siswa terbaik di tahapan exhibition Timedoor Academy Fun Coding Competition & Exhibition.
- Best Junior Project - I Gede Kelvin Narendra Van Veggel
- Best Kids Project - Gandewa Arjuna Gelar
- Best Teens Game Project - Ni Putu Bella Septiandita Rustama 
- Best Teens Web Project - Edgar Davey Tanibulie
- Best Favorite Project - Hugo Alexander Kusuma. *rat

Komentar