nusabali

Penabuh Cilik Gender Wayang Bermunculan, Saat Lomba Gender Wayang di Ajang PKB ke-45

  • www.nusabali.com-penabuh-cilik-gender-wayang-bermunculan-saat-lomba-gender-wayang-di-ajang-pkb-ke-45

DENPASAR, NusaBali - Kesenian gender wayang merupakan seni karawitan kuno (gamelan tua), sehingga pada zaman dahulu anak-anak tidak mungkin mempelajari jenis gamelan ini. Tetapi kini, dengan semakin mudahnya akses belajar, bibit-bibit seniman gender terus bertumbuh.

Hal itu terlihat dari kepiawaian para penabuh cilik gender wayang pada Wimbakara (Lomba) Gender Wayang serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Bali (Art Center) Denpasar, Sabtu (24/6). Tiga kelompok perwakilan kabupaten yang tampil merupakan duta kesenian Kabupaten Klungkung, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Jembrana. Mereka memainkan gending-gending klasik pewayangan.

Tampilnya seniman cilik berusia antara 7-15 tahun ini tak hanya untuk memenuhi syarat dari sebuah lomba, tetapi mereka mampu mengundang decak kagum penonton. Setiap pukulan bilah gender itu seakan menggetarkan jiwa penonton. Masing-masing duta menampilkan tiga jenis gending (lagu), yaitu Sekar Sungsang, Pamungkah dan Angkat-angkatan.

Koordinator juri, I Gusti Putu Sudarta merasa senang dan bangga dengan penampilan anak-anak dari duta kabupaten ini. Mereka tampil sangat baik, sehingga dapat menginspirasi anak-anak yang lain. Terlihat mereka sudah mempersiapkan diri dengan maksimal, sehingga tampil menawan.

Secara teknik, gegebug, dan pukul tutupannya lumayan bagus. Seumur mereka sudah mampu menampilkan teknik memainkan gender wayang secara baik, seperti permainan penabuh dewasa, ucapnya bangga.

Menariknya, masing-masing duta menyajikan gending gender wayang yang dinamis. Sebut saja, gending angkat-angkatan yang disajikan sangat dinamis. Walau jenis gending itu sama, tetapi masing-masing duta menampilkan gending khas daerahnya. Angkat-angkatan itu merupakan gending wayang untuk mengiringi perjalanan tokoh dan perjalanan pasukan, sehingga dinamika betul-betul digarap.

Masing-masing kabupaten menggarap tabuh dengan gaya masing-masing tersendiri. Walau gendingnya sama, tetapi masing-masing kabupaten menyajikan kakhasan tersendiri untuk membawakan lagu itu, kata dosen ISI Denpasar itu.

Kabupaten Klungkung misalnya, menampilkan gending angkat-angkatan dengan 'napas' mereka sendiri, sehingga ada kekhasan daerah bisa muncul dalam ajang PKB ini. Selain gending, penilaian mendasar dari dewan juri adalah teknik gegedik, pukulan tutupan, teknik permainan, kecanggihan mambawakan lagu, dan penjiwaan sesuai dengan karakter lagu dengan kekuatan tekniknya. Menyatu antara gending, teknik dan 'pengrasa' penjiwaan lalu yang terakhir adalah tampilan gaya, polesan dalam penampilannya yang menjadi kriteria penilaian.

Lomba gender wayang anak-anak ini bertujuan untuk menumbuhkan bibit-bibit baru. Gender wayang ini termasuk karawitan kuno, gamelan tua, sehingga pada zaman dahulu anak-anak tidak mungkin untuk mempelajari jenis gamelan ini. Tetapi kini, sistemnya sudah terbangun. Apalagi, sekarang ini terdapat gender wayang yang sangat banyak, demikian pula guru gender wayang mengajarkan dalam ekstra kurikuler di sekolah juga sudah ada, serta bertumbuhnya sanggar-sanggar seni yang melatih gender wayang membuat sangat mudah mendapatkan penabuh gender wayang.

Gusti Sudarta menegaskan, ajang PKB ini memberikan kesempatan untuk mengukur kemampuan peserta dalam memainkan gamelan gender wayang. Juara bukan menjadi tujuan utama, tetapi menyajikan apa yang menjadi pencapaian mereka menjadi yang terpenting.

Ini suatu suntikan kegairahan mereka, sehingga lebih mencintai sesuatu yang langka. Dulu ini langka, tetapi sekarang termasuk banyak bibit-bibit baru bermunculan. Itu karena ketertarikan yang sudah tumbuh, paparnya. 7 cr78

Komentar