nusabali

'Peternak di Bali Berpengalaman Tangani Flu Babi Afrika'

  • www.nusabali.com-peternak-di-bali-berpengalaman-tangani-flu-babi-afrika

DENPASAR, NusaBali - Belasan ribu ternak babi di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah telah mati dalam beberapa hari terakhir akibat flu babi Afrika (African swine fever / ASF).

Bali punya pengalaman mengatasi merebaknya flu babi Afrika pada tahun 2020 sehingga kasus serupa diharapkan tidak terjadi lagi di Pulau Dewata. 

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan Pangan) Provinsi Bali I Wayan Sunada mengatakan, saat ini di Bali tidak ada ternak babi yang terkena ASF. Hal itu berdasarkan survelains yang dilakukan pihaknya bekerjasama dengan Balai Besar Veteriner Denpasar. 

"Di Bali masih aman, kita punya BBVet yang mengawasi. Kita sudah lakukan surveilans dan uji laboratorium," ujar Sunada ketika dihubungi, Kamis (25/5). 

Pemeriksaan dengan hasil bebas ASF juga didapat dari pemeriksaan sampel babi pada peternakan di Buleleng yang telah kehilangan ratusan babi dalam sejak awal tahun ini. "Kemarin kita lakukan uji lab negatif semua," kata Sunada merujuk hasil pemeriksaan laboratorium oleh BBVet Denpasar. 

Terkait kekhawatiran virus ASF babi di Sulawesi masuk Bali, Sunada yakin hal tersebut tidak akan terjadi. Pasalnya pintu masuk Bali tertutup untuk ternak babi dari luar pulau. "Babi Sulawesi masuk Bali nggak boleh, dari luar Bali nggak boleh babi masuk. Sapi, babi, kambing, nggak boleh masuk Bali. Kita keluar baru boleh," jelas Sunada. 

Pengiriman babi keluar Bali juga dengan persyaratan yang sangat ketat. Babi yang keluar Bali harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH). Sejauh ini, kata Sunada belum ada laporan jika babi yang hendak dikirim keluar Bali menderita penyakit tertentu termasuk ASF. 

Terkait antisipasi kembali merebaknya ASF di Bali seperti pada tahun 2019-2020, Sunada mengatakan seluruh pihak di Bali berkolaborasi untuk kembali mencegah hal yang sangat merugikan peternak tersebut terjadi lagi. 
 
Menjaga kebersihan lingkungan kandang dan secara rutin melakukan penyemprotan disinfektan, kata Sunada, merupakan hal yang selama ini sudah rutin dilakukan peternak babi di Bali. Hal itu mutlak harus dilakukan mengingat ASF memang tidak ada obatnya.  

Sementara itu pengawasan di sejumlah pintu masuk Bali bekerjasama dengan pihak Karantina Pertanian juga terus dilakukan secara intensif. 
Terpisah, Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa mengatakan para peternak di Bali belajar banyak terkait biosecurity saat flu Bali Afrika (ASF) merebak tahun 2019-2020 di Bali. Ia berharap kejadian serupa tidak terjadi lagi di Bali.

"Sebagian besar peternak Bali itu sudah bisa 'berteman' dengan virus ini. Jadi mereka sudah tahu apa yang harus mereka lakukan untuk mencegah penyebaran virus ASF ini. Edukasi kita sangat masif," kata Hari. 
Ia juga mengatakan, bahwa ASF tidak ada obatnya, sehingga satu hal yang bisa dilakukan adalah biosecurity secara ketat.

"Nol toleransi," sebutnya. 

Hari juga menanggapi merebaknya ASF di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Menurutnya, sejak pertama kali masuk ke Indonesia tahun 2019 beberapa wilayah sudah pernah terdampak ASF. Dimulai dari Sumatera, Jawa, Bali, dan kini Sulawesi. 

Hari menyayangkan ASF merebak hebat di Sulawesi. Menurutnya,  pemerintah dalam hal ini, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang notabene di wilayah-wilayah yang memang terdapat populasi babi, proteksinya kurang maksimal sehingga kejadian luar biasa ASF terus berulang dan berlanjut dan melebar ke wilayah-wilayah yang belum tersentuh. 

"Ini sebuah kegagalan, mungkin terlalu keras bahasanya, tapi itu faktanya di lapangan. Kita anggap pemerintah dalam hal ini gagal dalam upaya mereka melokalisir atau mengantisipasi agar wilayah-wilayah yang belum terdampak tidak terdampak," ujar pria yang maju pada pemilihan anggota DPD dari Bali pada Pemilu tahun depan. 

Hari mengatakan, ASF sudah sekitar lima tahun masuk Indonesia seharusnya menjadi pelajaran buat semua orang atau semua pihak terkait untuk mengupayakan dan mengantisipasi penyebaran wabah ASF ini. Ia berujar, dari semua wilayah di Indonesia yang pernah terkena ASF, Bali yang paling cepat bisa memulihkan kondisinya. 

"Ini tinggal Irian Jaya (Papua) saja lagi satu. Kalau Irian Jaya sampai kena berarti bulatlah Indonesia sudah kena ASF," tandasnya. 7 cr78

Komentar