nusabali

Kekeringan dan Gagal Panen Hantui Petani

  • www.nusabali.com-kekeringan-dan-gagal-panen-hantui-petani

Fenomena El Nino umumnya memberikan dampak berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia.

SINGARAJA, NusaBali 
Persawahan di Buleleng rawan mengalami kekeringan dan berisiko gagal panen pada kemarau panjang dampak dari fenomena iklim El Nino. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi terjadinya fenomena El Nino. 

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Buleleng, I Gusti Ayu Maya Kurnia mengatakan, prediksi dampak kemarau terhadap pertanian adalah kekeringan. "Akan terjadi kekurangan kandungan air di dalam tanah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu, bisa di satu wilayah atau wilayah yang luas," ujar Maya Kurnia, Rabu (24/5).

Prediksi kemarau panjang ini bisa menimbulkan terjadinya dampak panen. Meskipun sejauh ini pihaknya belum menerima laporan gagal panen dari kelompok tani. "Dampak kemungkinan gagal panen tentu ada, tetapi untuk mengantisipasi kondisi kekeringan, kami sudah menyampaikan kepada petani pada saat pembinaan atau sangkep, terkait beberapa hal yang dapat dilakukan," ucap Maya.

Upaya antisipasi ini bisa dilakukan petani dengan pengaturan pola tanam. Ia mencontohkan, pola tanam yang sesuai dengan musim kering seperti palawija, sangat dianjurkan guna mengatasi kekurangan air. Pembagian air melalui pergiliran, dapat juga melakukan usaha tani hemat air dengan mengurangi tinggi genangan pada lahan sawah.

Kemudian, menanam varietas padi yang berumur pendek seperti M70D, Towuti, Situbagendit, dapat juga dengan menanam varietas padi genjah dan tahan kekeringan. "Penanaman varietas unggul baru yang mengeluarkan eksudat akar rendah, sesuai hasil penelitian yang dilaksanakan di ekosistem sawah irigasi dan tadah hujan di Kabupaten Pati menunjukkan ternyata varietas IR64, dan Ciherang karena dapat mengurangi emisi metan tanpa mengurangi produksi padi," bebernya.

Selanjutnya dengan mengembangkan sistem irigasi yang ramah lingkungan untuk mengurangi pemakaian bahan bakar seperti pompa air tanpa mesin, yakni kincir air, kincir angin, dan juga  memanfaatkan sumber-sumber air, melakukan pompanisasi dengan jaringan perpipaan.

Maya mengungkapkan, tren gagal panen akibat kekeringan di Buleleng selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan. Tahun 2020 luas kekeringan total seluas 53,20 hektare, seluruhnya mengarah ke gagal panen dengan jumlah terbanyak terjadi di Kecamatan Sawan sebanyak 33 hektare. Pada tahun itu luas tanam padi di Kabupaten Buleleng sebanyak 20.109 hektare.

Pada tahun 2021 luas kekeringan total 113,49 hektare mengarah ke gagal panen terbanyak di Kecamatan Buleleng seluas 26,49 hektare dari 32,24 hektare. Luas tanam padi Tahun 2021 di Kabupaten Buleleng 19.220 hektare.

Tahun 2022 luas kekeringan total 28,20 hektare, yang mengarah ke gagal panen hanya 1 hektare di Subak Anyar Tegal, Desa Jinengdalem, Kecamatan Buleleng. Luas tanam padi tahun 2022 di Kabupaten Buleleng seluas 18.390 hektare.

"Untuk tahun ini sampai saat ini belum ada laporan kekeringan yang mengarah ke gagal panen. Minggu ini kami melakukan pendampingan penyaluran benih padi Banpem (Bantuan Penerima) APBN TA 2023 untuk musim tanam Juni hingga Agustus," tandasnya. 7mzk

Komentar