nusabali

Ampah Campah, Tema Ogoh-Ogoh ST Satya Dharma Laksana

  • www.nusabali.com-ampah-campah-tema-ogoh-ogoh-st-satya-dharma-laksana

DENPASAR, NusaBali.com - ST Satya Dharma Laksana, Banjar Abian Kapas Kelod, Desa Sumerta Kecamatan Denpasar Timur mengusung konsep ogoh-ogoh ‘Ampah Campah’ dalam menyambut Hari raya Nyepi Tahun Saka 1945.

Campah memiliki arti menyepelekan, merendahkan, menganggap rendah dan tidak percaya tentang hal-hal mistis seperti  kata orang tua, ‘campah ajan nak cenik to’. 

Entah di zaman sekarang, banyak anak-anak muda yang sangat campah, entah karena faktor gadget, merasa diri sok hebat, atau memang merasa tidak tahu apa-apa, tapi merasa pintar (belog ajum).

“Dari pandangan tersebutlah muncul ide ampah campah ini,” kata  Ida Bagus Trimimapada alias Gus Tri, selaku senior atau pengawas sekaan teruna  di Banjar Abian Kapas Kelod tersebut.

Ogoh-ogoh yang dianggarkan  Rp 15 juta, memiliki tinggi 4,5 meter dengan dua karakter. Pertama, manusia yang terinjak menggambarkan keadaan manusia yang mabuk karena egonya sendirinya dan karena campahnya menyebabkan terinjak oleh karmanya. 

Kedua, tokoh raksasa yang menginjak adalah penggambaran dari hasil perbuatan si manusia itu akibat campahnya dengan berisikan api yang melambangkan sapta timira atau tujuh kegelapan. 

Ogoh-ogoh ini menggunakan sistem mekanik gerak dan satu poros pada bagian api. Kerumitan pembuatan ogoh-ogoh ini  saat menyatukan ide dari setiap anggota sekaa teruna. 

Terkait bahan Gus Tri konsisten menggunakan bahan ramah lingkungan seperti ulatan bambu. “Karena bisa mengajarkan anak-anak di lingkungan banjar untuk ikut bekerja dan belajar dalam membuat ogoh-ogoh, ketimbang menggunakan bahan gabus hanya satu orang saja yang dapat bekerja,” ujarnya. 

Gus Tri  pun berharap di dalam menyambut Tahun Baru Saka 1945 ini, khususnya sekaa teruna, generasi muda harus bisa menjaga tradisi dan bisa membuat ogoh-ogoh dan jangan sampai beli ogoh-ogoh agar tetap tercipta sebuah hubungan persaudaraan, pertemanan dan kebersamaaan dalam proses pembuatan ogoh-ogoh tersebut. 

Penggarapan ogoh-ogoh Ampah Campah tetap melibatkan I Made Adi Kumara Wastika atau yang sering disapa De Dabun.

Pemuda asal Payangan, Kabupaten Gianyar ini  membantu pembuatan ogoh-ogoh ST Satya Dharma Laksana sejak 2018.

Pada 2018 melahirkan karya Sukrasana Pralaya, selanjutnya Swaba Amertha Sidhi (2019), Kama Ngawi Pati (2020). Karya yang disebut terakhir ini gagal diarak akibat pandemi. 

De Dabun biasanya membagi waktu Senin-Rabu mengerjakan ogoh-ogohnya di Payangan, sedangkan Kamis-Minggu,alumnus ISI Denpasar ini mengerjakan ogoh-ogohnya di Banjar Abian Kapas Kelod.

Proses pembuatan ogoh-ogoh kali ini sempat terhambat dengan musibah kebakaran. “Saat pengelasan, ogoh-ogoh sempat terbakar karena terkena percikan api dari alat pengelasan. Namun hal itu berhasil ditangani dan semua proses bisa dilalui,” terang De Dabun. *m03

Berita ini merupakan hasil liputan Ngurah Arya Dinata, mahasiswa Praktek Kerja Lapangan di NusaBali.com

Komentar