nusabali

Setelah Dua Purnama dan Tilem, Putra Bungsu I Gusti Ngurah Rai Dilepas Bade Tumpang Sia dan Naga Kaang Karya Gusde Pidada

  • www.nusabali.com-setelah-dua-purnama-dan-tilem-putra-bungsu-i-gusti-ngurah-rai-dilepas-bade-tumpang-sia-dan-naga-kaang-karya-gusde-pidada

MANGUPURA, NusaBali.com – Palebon putra bungsu pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai, I Gusti Ngurah Alit Yudha dilaksanakan secara kolosal pada Sukra Pahing Pahang, Jumat (10/2/2023).

Pelepasan panglingsir Puri Ngurah Rai, Puri Agung Carangsari ini dilaksanakan setelah mendiang Alit Yudha disemayamkan selama dua purnama dan tilem. Bahkan mendiang tokoh senior Partai Golkar Bali ini sudah beristirahat sementara di bale gede melewati Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Palebon ayahanda dari Anggota Komisi IV DPRD Badung I Gusti Ayu Agung Inda Trimafo Yudha ini dilaksanakan secara kolosal dan bergotong-royong dengan krama Desa Carangsari. Bahkan krama yang terlibat juga berasal dari wilayah Desa Petang hingga Desa Bilok Sidan, Kecamatan Petang.

Dalam prosesi palebon mendiang Alit Yudha ini, terdapat bade tumpang sia setinggi 20 meter tanpa roda. Di samping itu, ada pula bale pabasmian Naga Kaang berwarna hijau yang juga menjadi piranti palebon turun temurun di Puri Agung Carangsari.

“Ini merupakan tradisi ring puri menggunakan bade tanpa roda. Di palebon Ajung (Alit Yudha) ini pula kami berusaha menjaga tradisi tersebut,” kata wanita yang akrab disapa Gung In ketika dijumpai di sela karya palebon pada Jumat siang.

Kata Gung In, bade tersebut diarak oleh 125 orang per estafet dari tiga pergantian estafet. Bade raksasa ini diarak sejauh 1 kilometer menuju Setra Desa Adat Carangsari. Namun demikian, ribuan orang bersiaga membantu mengarak bade setinggi pohon kelapa itu menuju tempat pengembalian unsur Panca Maha Bhuta dari mendiang Alit Yudha.

Selain bade tumpang sia tanpa roda, ada pula bale pabasmian berwujud Naga Kaang berwarna hijau. Panjang dari Naga Kaang ini diperkirakan mencapai 7 meter. Bale pabasmian ini juga diarak secara estafet oleh 50-60 orang dalam sekali arakan sebelum pergantian estafet.

Kata walaka lingsir dari Griya Kediri Sangeh Ida Bagus Made Suardika, 61, palebon warga puri yang tidak madwijati paling lengkap menggunakan bade tumpang sia dan bale pabasmian Naga Kaang.

“Kalau di puri yang tidak madwijati biasanya menggunakan Naga Kaang kemudian pengarakannya menggunakan bade. Kalau yang sudah madwijati menggunakan bale pabasmian Naga Banda,” tutur Gusde Suardika ketika dijumpai di sela membantu pelaksanaan ritual palebon Alit Yudha.

Kedua piranti palebon Alit Yudha yakni bade dan bale pabasmian tersebut merupakan karya maestro undagi bade yakni Ida Bagus Gede Pidada, 61, dari Griya Meranggi, Desa Adat Kesiman. Sosok prawartaka karya ini dikenal sudah mereka bade berbagai jenis dari yang paling sederhana sampai tingkat tertinggi.

Pada tahun 2021 silam, Gusde Pidada dipercaya oleh Puri Agung Pemecutan sebagai pereka bade palebon Raja Pemecutan Ida Tjokorda Pemecutan XI. Kali ini, karyanya yang berupa bade tumpang sia dan bale pabasmian Naga Kaang didedikasikan untuk putra bungsu I Gusti Ngurah Rai.

Ungkap Gung In, Alit Yudha sewaktu masih muda bersahabat baik dan sering bersilaturahmi dengan warga Griya Meranggi. Karena kedekatan rasa dan sejarah itu, bade tumpang sia dan bale pabasmian Naga Kaang ini dikonsep khusus oleh undagi bade yang menurunkan kemampuan Ida Pedanda Wayahan Meranggi zaman Kerajaan Badung. *rat

Komentar