nusabali

Galungan-Kuningan, Volume Sampah Meningkat Dua Kali Lipat

  • www.nusabali.com-galungan-kuningan-volume-sampah-meningkat-dua-kali-lipat

NEGARA, NusaBali
Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kabupaten Jembrana memprediksi volume sampah saat Hari Raya Galungan dan Kuningan pada Rabu (8/6) dan Sabtu (18/6) mendatang, akan meningkat dua kali lipat dibanding hari biasa.

Dari pengalaman sebelumnya, peningkatan sampah saat Galungan dan Kuningan ini didominasi sampah organik bekas sarana upakara.  Kepala Dinas LH Jembrana Dewa Gede Ary Candra Wisnawa, saat dikonfirmasi Jumat (10/6), mengatakan, sementara belum dapat memastikan berapa volume sampah saat Galungan saat ini. Pasalnya, untuk jadwal dua rit per armada truk pengangkut sampah pasca Galungan ini, juga baru dimulai per Jumat kemarin.

"Saat penampahan, hari H Galungan dan umanis , tetap dilakukan pengangkutan. Tetapi normal satu rit (satu kali bolak-balik) per truk. Sebanyak 17 truk tetap jalan tiap hari. Tetapi untuk riel berapa sampah setelah Galungan, karena double rit baru diketahui besok," ucap Ary Candra yang mantan Sekretaris Dinas LH Jembrana ini.

Namun dari pengalaman Galungan dan Kuningan sebelumnya, kata Ary Candra, biasanya terjadi peningkatan sampah hingga dua kali lipat dari hari biasanya. Untuk hari biasa, ada 40 ton hingga 50 ton sampah per hari yang masuk ke TPA Peh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Jembrana. Sedangkan setelah Galungan dan Kuningan, biasa mencapai 80 ton hingga 90 ton sampah per hari. "Biasa naik dua kali lipat dan 70 persen biasanya adalah sampah organik," ujar Ary Candra.

Menurut Ary Candra, saat ini di TPA Peh sudah tersedia tempat pengolahan sampah terpadu (TPST). Namun untuk sampah yang bisa diolah di TPA Peh saat ini, hanya mencapai 20 ton per hari. Artinya setiap hari masih ada puluhan ton sampah yang ditumpuk. Untuk menangani persoalan sampah itu, belakangan sudah diupayakan penjajakan ke pihak swasta ataupun Non-Governmental Organization (NGO) peduli lingkungan yang menjalani kerjasama dengan Pemkab Jembrana.

Di mana salah satu skenario yang disiapkan melalui kerjasama itu, adalah menghadirkan teknologi refuse-derived fuel (RDF) di TPA Peh. Dengan teknologi itu, seluruh sampah bisa diolah menjadi RDF yang merupakan bahan bakar alternatif pengganti batu bara.

"Nanti jika ada mesin RDF yang bisa mengolah sampai 100 ton sampah per hari, 2 sampai 3 tahun ke depan, sampah-sampah yang ada di TPA akan berkurang. RDF yang itu juga lebih murah dan ramah lingkungan dibanding menggunakan batu bara. RDF itu nanti juga akan dibeli pihak swasta. Dan di Jembrana, kami sudah data ada lima pabrik di Pengambengan yang menggunakan batu bara. Jadi nanti RDF ," ucapnya.*ode

Komentar