nusabali

MUDP: Jangan Takut Potong Babi

  • www.nusabali.com-mudp-jangan-takut-potong-babi

Di sisi lain, Jero Gede Suwena juga mengingatkan masyarakat Bali untuk tidak melupakan sisi niskala (rohaniah) ketika akan menyembelih hewan ternak.

DENPASAR, NusaBali
Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Provinsi Bali mengajak krama Bali untuk tidak takut memotong babi menjelang Hari Suci Galungan, meskipun di sejumlah kabupaten di Pulau Dewata muncul kasus Meningitis Streptococcus Suis (MSS) atau meningitis babi.

"Jangan takut untuk memotong babi, lakukan saja sebagaimana mestinya. Yang penting jangan sampai menggunakan daging babi yang sudah rusak dan yang sudah mati gara-gara sakit," kata Ketua MUDP Provinsi Bali Jero Gede Suwena Putus Upadesha, di Denpasar, Jumat (17/3).

Menurut dia, meningkatkan kewaspadaan jauh lebih penting dari pada ketakutan berlebihan untuk memotong dan mengkonsumsi daging babi. Waspada itu diantaranya dilakukan dengan mengolah daging dengan benar. "Pastikan babi yang dipotong untuk makanan maupun kebutuhan ritual dalam kondisi sehat, cuci dengan bersih, alat-alat yang digunakan untuk pengolahannya juga terjaga kebersihannya serta masak sampai benar-benar matang," ucap pimpinan tertinggi lembaga yang menaungi seluruh desa pakraman (desa adat) di Bali itu.

Jero Gede Suwena menambahkan, terkait dengan perayaan Galungan yang identik umat Hindu di Bali membuat kuliner lawar, diharapkan agar sementara ini jangan menggunakan darah mentah (lawar barak). Di sisi lain, dia mengingatkan masyarakat Bali untuk tidak melupakan sisi niskala (rohaniah) ketika akan menyembelih hewan ternak. Baik untuk konsumsi dan ritual, terlebih dahulu hewan harus dimandikan agar benar-benar bersih dan dilantunkan doa. "Pisau yang dipakai pun harus benar-benar tajam, supaya jangan sampai menyiksa hewan yang disembelih," ujarnya.

Jero Gede Suwena juga mengharapkan agar Dinas Peternakan dapat mengintensifkan pemeriksaan pada peternakan babi milik masyarakat, untuk meminimalisasi munculnya penyakit-penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Ilmuwan Peternakan, Prof Komang Budarsa juga meminta masyarakat di Bali tidak takut berlebih, apalagi sampai menjauhi kuliner khas Pulau Dewata itu. “Bakteri S.s (Streptococcus suis) ini akan mati saat dimasak dengan matang. Jadi sebenarnya masyarakat tidak perlu takut. Jangan takut hanya karena ada isu ini. Sesungguhnya tidak segawat itu,” ujarnya saat diskusi kajian ilmiah Streptococcus suis yang digelar Dewan Pimpinan Kabupaten (DPK) Peradah Badung dan BEM Peternakan Unud, Kamis (16/3) sore.

Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Udayana itu menyampaikan,  dari beberapa literature, bakteri S.s akan mati pada suhu 56 derajat celsius. Karena itu, memasak daging babi dengan matang di atas 60 derajat celsius wajib dilakukan. Hanya saja, dia menyarankan untuk menunda sementara konsumsi lawar barak, dimana cukup memiliki potensi penularan bakteri S.s lewat darah mentah dalam lawar tersebut. Sementara untuk konsumsi daging babi guling, kata Prof Budarsa, masyarakat juga tidak perlu khawatir. Hal ini karena daging babi guling sudah pasti diguling di atas bara dengan suhu lebih dari 56 derajat celsius. “Hasil penelitian yang saya lakukan, babi guling dengan berat 20-40 kilogram akan matang pada suhu 110 derajat celsius dan diguling selama kurang lebih 2 jam. Dalam rentang waktu tersebut, bakteri S.s pasti mati, apalagi dalam suhu itu,” ucapnya. * ant, in

Komentar