nusabali

GUPBI Dambakan Peran Aktif Pemerintah untuk Industri Peternakan Babi

  • www.nusabali.com-gupbi-dambakan-peran-aktif-pemerintah-untuk-industri-peternakan-babi

MANGUPURA, NusaBali.com - Beternak babi merupakan salah satu 'tradisi' masyarakat Bali untuk menunjang ekonomi dan adat. Sayangnya, peran pemerintah dalam industri peternakan babi dinilai masih melempem.

Peternak babi di Pulau Dewata yang tergabung dalam Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali menyoroti industri peternakan babi yang dipandang sebelah mata. Padahal, babi sudah dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan krama Bali.

"Beternak babi ini kan bukan usaha yang dilakukan segelintir orang. Sudah jadi bagian dari tradisi turun temurun yang dampaknya sangat luas," kata Ketua GUPBI Bali I Ketut Hari Suyasa ketika dihubungi pada Jumat (28/7/2023) sore.

Kata Hari Suyasa, pemerintah mungkin melihat peternakan babi sebagai sektor tunggal. Akan tetapi, jarang disadari usaha kuliner yang dijalankan krama Bali bertumpu pada daging babi. Selain itu, hajatan adat dan keagamaan pun tidak luput dari kebutuhan daging babi.

Tokoh yang dikenal vokal ini menyebut sudah mengambil inisiatif untuk mendekati pemangku kepentingan. Namun, belum memperoleh tindak lanjut yang progresif dan keseriusan untuk perkembangan peternakan babi di Pulau Dewata.

Hari Suyasa mengingatkan pemerintah terkait fenomena peningkatan populasi babi dan perputaran uang di kala pandemi. Di saat sektor ekonomi utama Bali yakni pariwisata sempoyongan, masyarakat kembali ke trah ekonomi tradisi yaitu beternak babi untuk bertahan hidup.

"Melihat rakyat yang banyak menggantungkan hidup dengan beternak babi, apakah pemerintah tidak terketuk hatinya untuk membantu? Ini yang buat kami kecewa," tegas tokoh asal Kecamatan Abiansemal, Badung ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) RI, Provinsi Bali memiliki populasi babi terbanyak kedua secara nasional setelah NTT. Sebanyak 449.859 ekor babi tercatat dipelihara di Bali pada tahun 2022. Populasi babi di Bali tercatat terus meningkat dari tahun ke tahun.

Menariknya, secara jumlah populasi, Bali memang menempati urutan kedua. Namun, produksi daging babi di Bali adalah yang terbesar secara nasional. Pada tahun 2022, BPS mencatat 160.665 ton daging babi diproduksi di Bali.

Hal ini sejalan dengan citra kualitas daging babi Bali yang digandrungi konsumen nasional utamanya di areal Jabodetabek. Seorang produsen daging babi Bali, I Wayan Eko Nada Saputra membeberkan, konsumen nasional lebih percaya dengan produksi daging babi dari Bali ketimbang daerah lainnya.

"Produksi daging babi dari Bali itu memang digemari oleh konsumen luar. Mungkin melihat kualitas daging dan sistem peternakannya," ungkap pemilik usaha meat processing King Pork Bali ini.

Untuk pengembangan lebih jauh terkait potensi peternakan babi di Bali, GUPBI meminta keterlibatan pemerintah dalam upaya menekan biaya produksi yang terus merangkak naik. Dikatakan, biaya produksi masih lebih tinggi dari nilai jual babi sehingga peternak merugi.

Hari Suyasa berharap ketidakacuhan pemerintah tidak berlarut-larut dengan buang muka terhadap potensi besar industri peternakan babi dan pengolahannya. Setidaknya bisa dimulai dengan eksekusi kebijakan subsidi pakan dulu, GUPBI menyebut akan sangat menghargai.

"Jangan pemerintah sampai kalah dengan desa dan adat. Jelang Galungan pada enam bulan lalu, desa dinas dan desa adat di beberapa wilayah khususnya Tabanan mengintervensi pasar dengan imbauan rentang harga babi ideal di desa masing-masing," tandas Hari Suyasa.

Komentar