nusabali

Paket Wisata Barong-Legong Jro Pengaji Kantongi Sertifikat Citra Raksata

  • www.nusabali.com-paket-wisata-barong-legong-jro-pengaji-kantongi-sertifikat-citra-raksata

GIANYAR, NusaBali
Paket wisata Barong dan Legong Yayasan Yasa Putra Sedana Jro Pengaji, Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Gianyar,  kantongi sertifikat Citra Raksata.

Sertifikat Nomor 05/SentraKI/2022 dengan Pencipta Paket Wisata Dewa Rai Budiasa dan Dewa Putra Diasa, diserahkan langsung oleh Bupati Gianyar Made Mahayastra saat puncak peringatan HUT Kota Gianyar ke-251, di Alun-alun Gianyar, Selasa (19/4).

Bersama Dewa Rai Budiasa, sertifikat ini juga diberikan kepada enam kandidat lain dalam rangka perlindungan kekayaan intelektual masyarakat Gianyar. Mereka yakni seniman I Wayan Darya yang Kepala Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan Gianyar,  asal Banjar Kebon, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati. Dia sebagai Pencipta Tabuh Gong Gede Saih Pitu Galang Bulan. Seniman musik Agus Teja Sentosa asal Banjar Junjungan, Kelurahan/Kecamatan Ubud dengan Lagu Vatsalya. Perupa Made Santun asal Banjar Pejengaji, Desa/Kecamatan Tegallalang, dengan patung Erotik. I Gusti Ngurah Arya Udianata asal Banjar Kelodan, Desa Tampaksiring yang membuat Patung Anyaman Bambu Dewi Bumi. I Gusti Ngurah Serama Semadi, Panglingsir Puri Taman, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh selaku pencipta Tari Legong Gadung Melati, dan sastrawan I Nyoman Manda asal Kelurahan Gianyar, Kecamatan Gianyar dengan Novel Gending Pengalu.

Ditemui usai acara, Dewa Rai Budiasa mengatakan paket wisata Barong dan Legong ini sudah aktif sejak tahun 1995. "Pementasan perdana kami gelar pada 1 Desember 1995 dalam rangka uji kompetensi oleh Listibya Provinsi Bali guna memperoleh Pramana Patram Budaya," ujarnya.

Dijelaskan Dewa Rai Budiasa, paket barong-legong dan dinner atau makan malam ini tercetus berdasarkan saran dan masukan dari koleganya di mancanegara yang sering berwisata ke Bali. "Mereka khawatir terjadi degradasi mutu Tari Bali akibat keinginan pengelola wisata yang cenderung menyederhanakan penampilan kesenian Bali akibat tuntunan komersial," jelasnya.

Pertunjukan diawali dengan pentas Bapang Barong yang dilanjutkan dengan penampilan tari Pelegongan pilihan. Antara lain Legong Keraton, Kebyar Terompong, Oleh Tamulilingan, Cendrawasih, dan diakhiri dengan Barong Ngunying. Yang menarik, pertunjukan berlangsung di halaman terbuka Jabe Jro Pengaji. Setelah pementasan, wisatawan diundang untuk makan malam di Natar atau halaman tengah Jro Pengaji. Diawali dengan pengenalan keluarga besar, pengenalan rumah adat Bali yang sesuai dengan Asta Kusala Kusali dan diakhiri dengan makan malam.

Paket wisata ini memiliki ciri khas tempat pementasan yang terbuka menyatu antara penari, penabuh dan penonton. Sehingga penonton secara khusus dapat memperhatikan komposisi gerak tari yang senada dengan tabuh pengiringnya. "Suasana alami pedesaan dapat dirasakan. Penonton secara khusus menyaksikan selama 1 jam nonstop sehingga jiwa antara reportoire pertama sampai terakhir ada kesinambungan dan tidak membosankan," jelas Dewa Rai Budiasa. Dia berharap pencatatan paket wisata ini sebagai Hak Kekayaan Intelektual dapat berkontribusi positif terhadap seni budaya dan pariwisata di Bali.

Bupati Gianyar Made Mahayastra menyebut terdapat 20.000 seniman dan perajin yang belum mendaftarkan hasil karyanya pada Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Atas kondisi ini, Pemkab Gianyar membentuk Sentra Hak Kekayaan Intelektual dan memfasilitasi sertifikat HAKI kepada seniman dan perajin yang ada di Gianyar.

Bupati Made Mahayastra, menjelaskan banyak hasil karya warga Gianyar yang belum terdaftar dan hal ini mudah ditiru dan dikembangkan oleh daerah lain bahkan sampai di negara lain. Disebutnya, seniman Gianyar mampu mengolah kayu menjadi hasil kerajinan, bahkan sampai akar kayu. Begitu pula dengan bahan lain seperti kulit, perajin perak, emas yang menjadi karya memukau. *nvi

Komentar