nusabali

Tim Penilai Bangga Bahan Daur Ulang Jadi Pilihan

Hari Kedua Penilaian Lomba Ogoh-Ogoh Denpasar

  • www.nusabali.com-tim-penilai-bangga-bahan-daur-ulang-jadi-pilihan

DENPASAR,NusaBali
Setelah penilaian lomba ogoh-ogoh di Kecamatan Denpasar Selatan, Senin (16/3), giliran penilaian serupa digelar di wilayah Kecamatan Denpasar Timur, Selasa (17/3).

Panitia penilai memulai penilaian di Banjar Kelandis, Desa Sumerta Kauh pada pukul 09.00 Wita dan berakhir di Banjar Kertalangu, Kesiman Kertalangu. Di wilayah Denpasar Timur terdapat 52 ogoh-ogoh dari 52 banjar yang mengikuti penilaian lomba ini. Banjar-banjar tersebut masuk dalam wilayah Desa/Kelurahan Sumerta Kauh, Dangin Puri, Dangin Puri Kelod, Sumerta Kaja, Kesiman, Sumerta, Sumerta Kelod, Kesiman Petilan, Penatih, Penatih Dangin Puri, dan Kesiman Kertalangu.

Panitia Pelaksana Lomba Ogoh-ogoh Kota Denpasar yang dikoordinatori, Nyoman Astita, menjelaskan penggunaan bahan-bahan yang bersifat ramah lingkungan menjadi poin plus dalam perlombaan di tahun ini. “Saya melihat perkembangan ogoh-ogoh ini lebih maju dari segi penggunaan barang-barang ramah lingkungan. Jadi pengolahan oleh para pembuat ogoh-ogoh itu sudah semakin maju, menggunakan barang-barang yang daur ulang, tapi dari finishingnya kelihatan sangat artistik,” puji Nyoman Astita di sela-sela penilaian ogoh-ogoh di Banjar Sima, Sumerta Kaja, Denpasar Timur, kemarin.

“Jadi sebagai sebuah kreativitas ini yang kami harapkan dari pemerintah untuk bisa terus memberikan ruang bagi generasi muda kita untuk terus berkarya, berkreativitas dan juga membuat inovasi-inovasi baru di dalam perkembangan ogoh-ogoh,” kata Astita didampingi Kabid Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, I Made Wedana, dan salah satu juri, Ketut Sudita.

Adapun beragam bahan daur ulang dan ramah lingkungan yang telah dijumpai oleh panitia lomba, antara lain bunga kamboja atau jepun kering, pelepah pisang kering, hingga lidi yang sebelumnya tak pernah terpikirkan untuk menjadi bahan pembuatan ogoh-ogoh.

Dengan adanya penggunaan bahan-bahan alami ini, panitia hampir tidak menemui ogoh-ogoh yang berbahan styrofoam. Hal ini sudah sesuai dengan anjuran dari tim pelaksana lomba ogoh-ogoh. “Ternyata itu diikuti oleh para peserta anak-anak muda kita, dan malahan mereka melihat bahwa dengan barang-barang daur ulang ini bisa lebih ekspresif dan lebih menantang mereka untuk membuat inovasi-inovasi baru,” lanjut Nyoman Astita.

Sementara Ketua ST Eka Dharma Canti, Banjar Yangbatu Kauh, Oka Mahendra, mengatakan tahun ini mengangkat tema besar Bhuta Kala, yakni Ngeruak. Di mana, ngeruak merupakan salah satu upacara yang dilaksanakan umat Hindu di Bali sebelum mendirikan bangunan. Hal ini dimaksudkan agar pekarangan yang akan dibangun telah suci dan terbebas dari gangguan Bhuta Kala.

“Karenanya pelaksanaan Upacara Ngeruwak ini diharapkan mampu menetralisir Sang Bhuta Bhutana dan Sang Bhuta Dengen sehingga proses pembangunan dapat terlaksana dengan lancar,” ujarnya.  *cr74, mis

Komentar