nusabali

Belasan SD Minim Siswa

  • www.nusabali.com-belasan-sd-minim-siswa

Rata-rata sekolah yang kurang peminat berada di daerah terpencil. Kemungkinan SD minim peminat akan dihapus atau regrouping.

SINGARAJA, NusaBali
Sejumlah 12 Sekolah Dasar (SD) di Buleleng  hanya mendapatkan sedikit siswa baru di tahun ajaran 2018/2019. Hal tersebut terpantau setelah waktu pendaftaran kembali calon siswa berakhir pada Selasa (3/7) lalu. Bahkan belasan SD ini mendapatkan siswa hanya di bawah lima siswa.

Rata-rata belasan sekolah yang mendapatkan siswa minim adalah kawasan terpencil. Seperti SDN 5 Tajun, SDN 5 Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, SDN 1, 2 Pegadungan, SDN 4 Tegallinggah, Kecamatan Sukasada, SDN 4 Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, SDN 8 Busungbiu, SDN 1 Kekeran, SDN 2 Kedis di Kecamatan Busungbiu, SDN 4 Kayuputih di Kecamatan Banjar, SDN 5 Ringdikit di Kecamatan Seririt dan SDN 3 Pengulon di Kecamatan Gerokgak.

Dari laporan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng sedang melakukan evaluasi. Kepala Disdikpora Buleleng, Gede Suyasa ditemui di ruang kerjanya, Kamis (5/7) kemarin mengatakan, sejauh ini pihaknya masih mengevaluasi penyebab minimnya peserta didik baru di dua belas sekolah itu.

Pihaknya pun mengaku segera melakukan evaluasi dan membentuk tim izin pendirian dan penghapusan sekolah. “Tim ini nanti akan melihat dan menganalisa apakah sekolah ini layak dipertahankan,” kata dia.

Sejauh ini Suyasa pun belum dapat memastikan secara jelas penyebab minimnya siswa baru di belasan sekolah tersebut. Penyebab dan alasan pasti baru dapat dilihat setelah proses evaluasi usai dilakukan.

Suyasa juga menjelaskan selanjutnya belasan sekolah itu akan dianalisa dan diklasifikasi untuk mendapatkan tindakan tepat. Ia pun merinci, belasan sekolah yang mendapatkan siswa minim tidak harus dihapuskan atau di regrouping. Suyasa pun mengaku akan melihat dan mempertimbangkan terlebih dahulu lokasi sekolah yang bersangkutan.

Jika sekolah yang minim siswa baru satu halaman dengan sekolah lain, maka jalan keluar regrouping akan menangani masalah tersebut. Hal itu juga disebut Suyasa akan lebih efektif dan efisien dari segi biaya operasional dan juga masalah lain seperti keterbatasan guru dan sarana prasana.

Namun jika sekolah itu memang berlokasi di daerah terpencil, tentu akan dipertahankan pemerintah. “Seperti SDN 5 Tajun itu kan sangat jauh, di perbatasan Buleleng dan Bangli, kalau itu ditutup masyarakat mau sekolah dimana,?” kata dia.

Hal lain pun dipertimbangkan, yakni mengganti SDM di sekolah yang bersangkutan jika ditemukan kejanggalan, seperti perubahan jumlah siswa yang sangat drastis. Seperti halnya SDN 4 Kayuputih yang tahun lalu menerima 28 siswa, tahun ini hanya 3 orang siswa. Hal serupa juga tampak pada SDN 1 Kekeran yang tahun lalu menerima 22 orang siswa yang tahun ini hanya menerima 5 siswa baru. “Ini kan bisa saja terjadi, nanti kami akan lihat dulu dan segera akan carikan solusi yang tepat,” ungkap Suyasa. *k23

Komentar