nusabali

Telur Ukir Karya I Nyoman Sukanta Peroleh Hak Paten

  • www.nusabali.com-telur-ukir-karya-i-nyoman-sukanta-peroleh-hak-paten

Kerja keras I Nyoman Sukanta, 55, akhirnya membuahkan hasil.

BANGLI, NusaBali
Karya seni pahat dengan media telur yang selama ini ditekuni resmi mendapat hak paten. Hak cipta atas dua karya resmi digenggam Nyoman Sukanta, warga Banjar Pande, Kelurahan Cempaga, Kecamatan/Kabupaten Bangli sejak Februari 2016.

Ditemui di rumahnya Jalan Nusantara, Banjar Pande, Kelurahan Cempaga, Kecamatan Bangli, Minggu (13/8), Sukanta, menjelaskan karya seni telur ukirnya yang dipatenkan adalah telur ukir judul Mahabarata dan Ramayana. Surat Pencatatan Ciptaan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) dia terima pada Februari 2016 lalu. Dengan dipatenkannya karya tersebut, Sukanta semakin percaya diri dalam berkarya. 

Diakuinya, sebelum karyanya itu mendapat hak paten, Sukanta khawatir bila karyanya diklaim orang lain. Hal itu karena hasil karyanya dipasarkan hingga ke luar negeri seperti Jepang, Australia, New Zealand. 

“Kalau tidak dipatenkan karya telur ukir ini bisa diklaim orang lain. Syukur sekarang sudah resmi. Ini berkat dukungan pemerintah juga,” ujarnya. 

Untuk mengurus hak paten itu, Sukanta harus beberapa kali mengisi formulir. Setelah lengkap semua persyaratan, dia mendapat hak paten tanpa harus menunggu lama.

Selama ini Sukanta juga mengurus izin usaha telur ukir. Itu dilakukannya karena telur menggunakan telur burung unta, burung kaswari, dan burung emu. 

Sementara untuk bahan baku, Sukanta tidak menyediakan. Pemesan yang membawa langsung telur yang akan diukir. 

“Saya agak-agak khawatir bila tidak mengurus izin. Kalau masa berlakunya izin sudah habis, sesegera mungkin saya perpanjang,” tuturnya mengenai perizinan usahanya. 

Dijelaskannya, satu telur ukir melukiskan satu cerita, dan cerita pewayangan banyak dibuat oleh Sukanta. Bahkan cerita dari agama lain, juga dibuatnya. “Ada pesanan membuat cerita Yesus Kristus. Agar tidak salah beberapa kali saya berkoordinasi, jangan sampai cerita salah dan menimbulkan tafsir yang berbeda,” ucap bapak tiga anak ini. 

Sejauh ini pesanan terhadap telur ukir cukup banyak, hanya saja proses pembuatan cukup lama. Untuk mengukir satu telur, perlu waktu sekitar satu bulan bahkan lebih. Karena dirinya mengutamakan tugas utama sebagai staf di Disdikpora Kabupaten Bangli, pengerjaan telur ukir kadang bisa sampai dua bulan. Honor yang diterima Sukanta untuk mengukir satu telur sebesar Rp 2 juta. 

Sukanta yang belajar dari ayah almarhum I Nyoman Tanggap, awal-awalnya mencuri-curi telur milik ayahnya untuk diukir. “Orangtua dulu pelit, khawatir telurnya pecah. Namun saya coba-coba sendiri, akhirnya bisa. Tapi sekarang anak-anak saya tidak mau meneruskan. Anak saya memang berkecimpung di dunia seni, tapi tidak ada yang mengikuti saya,” ujar lulusan Program Seni Rupa dan Desain Universitas Udayana, ini. *e

Komentar