nusabali

Aminta Semaya: Ogoh-Ogoh Sekehe Demen Sesetan dengan Pesan Moral Mendalam

  • www.nusabali.com-aminta-semaya-ogoh-ogoh-sekehe-demen-sesetan-dengan-pesan-moral-mendalam

DENPASAR, NusaBali.com – Menyambut Tahun Baru Caka 1946, Sekehe Demen Sesetan, tak mau ketinggalan menghadirkan ogoh-ogoh unik dan penuh makna berjudul ‘Aminta Semaya’.

Dibuat oleh Yoga Sutanggara (Kulen), seorang seniman muda yang telah lama berkecimpung di dunia ogoh-ogoh, karya ini menceritakan kisah seorang wanita di zaman Kaliyuga yang terlena dengan kekayaan instan.

Ogoh-ogoh ‘Aminta Semaya’ menceritakan tentang seorang wanita perawan yang ingin mendapatkan segala hal secara instan dengan cara mengabdi kepada makhluk halus. Ia berjanji akan menyerahkan anaknya kepada makhluk halus tersebut sebagai imbalan atas kekayaan dan kemewahan.

Karya ini ingin memberikan pesan moral kepada masyarakat agar tidak terlena dengan iming-iming kekayaan instan dan selalu percaya dengan keagungan Tuhan.

Karya Seni yang Menakjubkan

Meskipun dibuat dengan anggaran terbatas, hanya Rp 3 juta, ogoh-ogoh ‘Aminta Semaya’ memiliki detail yang luar biasa dan sarat makna. Tinggi ogoh-ogoh ini mencapai 3 meter dan bagian terumitnya adalah konstruksinya.

Kulen, sang arsitek, ingin menunjukkan bahwa seni ogoh-ogoh tidak hanya tentang keindahan, tetapi juga tentang menyampaikan pesan moral yang penting.

Kulen berharap ogoh-ogoh ‘Aminta Semaya’ dapat memberikan edukasi dan hiburan bagi masyarakat. Ia juga berharap seniman Bali terus berkarya dan menciptakan ogoh-ogoh yang berkualitas dan sarat makna.

Kulen sendiri menekuni pembuatan ogoh-ogoh sejak kanak-kanak, dan semakin memperdalam saat duduk di bangku SMA pada tahun 2012. 

Ia sempat menjadi arsitek ogoh-ogoh di Banjar Gaduh Sesetan sejak tahun 2015. 

Tahun 2017 karyanya ‘Bima Swarga’ bersama ST Eka Laksana Banjar Gaduh Sesetan masuk 8 besar di tingkat Kecamatan Denpasar Selatan. Menembus posisi 8 besar kembali diraih setahun kemudian lewat ‘Narasimha’. 

Lalu pada 2019 membuat karya ‘Mahakala’, dan  2020 membuat ‘Kala Rudra’. 

“Tahun 2019-2020 saya membuat karya big size karena libur lomba di kota,” terang seniman tato ini. 

Sayangnya Kala Rudra gagal diarak lantaran pandemi melanda Pulau Dewata. *m03

Komentar