nusabali

Satrio Welang Rilis Parfum Puisi Kedua

Luminosa: The Poetry by Satrio Welang

  • www.nusabali.com-satrio-welang-rilis-parfum-puisi-kedua

Parfum yang dibuatnya dikemas dengan unsur artistik, dengan harapan menjadi media komunikasi lintas bangsa bagi kawan-kawannya yang berada di Eropa dan Amerika.

DENPASAR, NusaBali 
Setelah peluncuran parfum puisi pertamanya, The Poetry by Satrio Welang di bulan Agustus 2023 lalu, seniman teater berbasis di Bali Moch Satrio Welang meluncurkan parfum puisinya yang kedua bertajuk Luminosa: The Poetry by Satrio Welang pada akhir Desember 2023. 

Dalam kemasan parfum Luminosa yang berbotol hitam dengan ukiran seni batik berwarna emas ini disertakan 4 puisi terbaru yang ditulis sepanjang tahun 2023, berjudul ‘Burung-Burung di Langit Merah’, ‘Anak yang Memeluk Matahari’, ‘Negeri Puisi’, dan ‘Surat yang Tak Pernah Kaubaca.’  

Puisi-puisi tersebut masih bertema kritik sosial, kemanusiaan, kematian yang menjadi sumber inspirasinya menulis. Bagi Satrio Welang menulis puisi adalah bentuk berekspresi seperti pulang ke ‘rumah’, memasuki ruang dalam paling sunyi, dengan renung peristiwa kehidupan yang mendorong puisinya bergerak.  

Ia menuturkan Luminosa berarti cahaya, puisi sebagai salah satu karya susastra diharapkan mampu menjadi penerang kala kita tersesat dalam gelap, berjibaku memburu kesejatian dan upaya mengeksplorasi nilai kehidupan. Lembar-lembar puisinya dapat dinikmati sebagai satu kesatuan artistik. Luminosa beraroma bunga, tetumbuhan, yang didominasi citrus yang segar.  

”Parfum ini dapat dimaknai  secara simbolik sebagai sebuah katarsis di zaman kini, di mana terlalu banyak hoaks dan fitnah bertebaran. Tak jarang kita saling menyakiti. Mengumbar kebusukan demi kebusukan yang pada akhirnya tak sadar membuat mental generasi bangsa jatuh. Minder. Hanya berpangku tangan dan parahnya menjadi generasi yang kehilangan karakter,” kata Satrio Welang.

Kita perlu harumkan bumi tempat kita tinggal ini dengan spirit kreatif yang menjadi kendaraan terus melaju. Kita memang tak akan pernah bisa membunuh ‘ular’ dalam diri. Kita hanya bisa hidup di atasnya. Mengendalikannya,” imbuhnya. 

Ia pun menceritakan bahwa dirinya sempat bekerja berkelana mengelilingi dunia. Bertemu dengan begitu banyak orang asing. Menurutnya dalam pergaulan dengan orang berbeda budaya, kita perlu meningkatkan kepercayaan diri dan kebanggaan akan budaya yang begitu kaya. 

Parfum yang dibuatnya dikemas dengan unsur artistik, dengan harapan menjadi media komunikasi lintas bangsa bagi kawan-kawannya yang berada di Eropa dan Amerika. 

Satrio Welang sendiri baru saja meluncurkan Antologi Puisi Palestina se-Indonesia, ‘Burung-Burung di Langit Merah’, sebagai bentuk menyuarakan perlawanan akan penindasan, polemik bertahun-tahun yang terjadi di Timur Tengah. 

“Waktu kita dalam hidup ini tidak banyak, lakukan apa yang ingin dilakukan. Nikmati hidup dalam gairah kreatifitas seni. Mari berselancar!” katanya. 

Peluncuran parfum puisi kedua Satrio Welang dikemas dalam video art berdurasi 4 menit di kanal YouTube pribadinya. Disutradarai secara artistik oleh Legu Adi Wiguna dari Quito Art Studio video tersebut mengusung tema Art Luxury Elegant, masih mengunakan topeng Sekartaji yang ikonik dalam setiap penampilan teatrikal Satrio Welang. Proses penyuntingan video art ini digarap oleh seniman muda, Eka Widya Putra, pemenang piala ‘Film Terbaik’ Sawma Movie Awards 2017 silam. 7 cr78

Komentar