nusabali

‘Pare Gurih’ Datangkan Cuan bagi IRT Pancasari

  • www.nusabali.com-pare-gurih-datangkan-cuan-bagi-irt-pancasari

SINGARAJA, NusaBali - Pare tampaknya tak selalu pahit, jika pintar mengolah akan memberi keuntungan. Luh Puspa Wati, 49, berhasil meraup omzet jutaan rupiah dari hasil berjualan keripik pare. Dengan rasanya yang gurih dan tak pahit, keripik pare buatan Wati kini kian diminati hingga banyak diburu pelanggan.

Ibu rumah tangga asal Banjar Dinas Buyan, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini menuturkan, sudah menggeluti bisnis keripik sejak tahun 2019. Idenya itu muncul, saat Wati melihat penjual pare di depan tempatnya berjualan sembako di pasar desa setempat.

Dia pun lantas membeli pare itu, untuk coba diolah menjadi keripik. Hasil eksperimennya pun berhasil. Hingga kini keripik pare itu, menjadi bisnis tetap keluarganya. Saat ini ia berhasil meraup omzet hingga Rp 3 juta per bulan.

Keripik pare buatannya dikemas dengan dua kemasan. Kemasan besar dengan isian 20 pcs kemasan 1,5 gram dibandrol dengan harga Rp 12 ribu. Selanjutnya kemasan 5 gram yang dibandrol dengan harga Rp 5 ribu.

"Kalau hari raya banyak bikin, banyak pesanan. Habis ratusan bungkus saat hari raya. Tapi sulit cari parenya. Dijualnya di sekitaran dan di Pasar Pancasari, online belum. Toko-toko yang di Singaraja sudah mulai tertarik juga," ujarnya, Senin (18/12).

Wati mengatakan, proses pembuatan keripik pare ini membutuhkan waktu cukup panjang. Hingga bisa dinikmati, pare harus beberapa kali dicuci, dan direndam. Hal ini, untuk menghilangkan rasa pahit pada pare. Pare yang dipakai pun harus yang berukuran besar.

Biasannya, dalam sekali produksi 20 kilogram keripik pare. Setiap 5 kilogram pare akan jadi 15 bungkus keripik pare. Namun, karena produksi pare musiman Wati pun sempat kesulitan untuk mencari bahan baku. Dirinya pun mengakali dengan mengambil bahan baku tak hanya dari desanya. 7mzk

Komentar