nusabali

Istri Pekak Jegog Berpulang, Yuliastuti Kazuko Berandil Populerkan Jegog Jembrana ke Mancanegara

Diaben di Genah Pangabenan Santha Swarga, Diiringi Tabuh Jegog

  • www.nusabali.com-istri-pekak-jegog-berpulang-yuliastuti-kazuko-berandil-populerkan-jegog-jembrana-ke-mancanegara

DENPASAR, NusaBali.com - Istri kedua Almarhum I Ketut Suwentra alias Pekak Jegog, Ni Nyoman Yuliastuti Kazuko, telah berpulang pada Minggu (10/9/2023) lalu pukul 03.00 Wita pada usia 77 tahun. Pihak keluarga melaksanakan upacara ngaben pada Minggu (17/9/2023) ini di Genah Pangabenan Santha Swarga Denpasar.

Yuliastuti Kazuko tutup usia karena faktor kesehatan. Menurut putra sulung Pekak Jegog, I Gede Oka Artha Negara, 49, ibu tiri yang sudah seperti ibu kandung baginya itu memang dalam kondisi memiliki riwayat penyakit jantung.

"Ada serangan jantung dan memang sakit jantungnya semakin parah. Padahal belum lama ini mama masih manying (cerewet) minta dibelikan ini itu," ujar Oka di sela upacara ngaben sang mama di Genah Pangabenan Santha Swarga, Setra Bugbug, Kelurahan Pemecutan, Denpasar Barat.

Yuliastuti Kazuko merupakan wanita kelahiran Jepang yang merantau ke Bali pada sekitar tahun 1970-an bersama tiga orang temannya. Pada kala itu, Kazuko dan Pekak Jegog sama-sama berprofesi sebagai pramuwisata yang akhirnya membuat benih cinta tumbuh di antara mereka.

Kazuko setia menemani Pekak Jegog sampai akhirnya sang maestro wafat di usia 70 tahun pada 2018 silam karena penyakit kanker yang diderita. Meski pernikahannya dengan seniman asal Kelurahan Sangkaragung, Jembrana itu tidak dikaruniai keturunan, Oka adalah seorang putra bagi Kazuko.

"Mama datang ke Bali waktu itu bareng teman-temannya dan mendirikan travel agent. Setelah ketemu ayah saya, Pekak Jegog, keduanya mendirikan Yayasan Suar Agung," jelas Oka yang kini menetap di California, Amerika Serikat bersama keluarga kecilnya.


Foto: Oka Artha Negara saat prosesi mengambil galih. 

Oka menjelaskan, Kazuko merupakan sosok manajer andal yang membuat Yayasan Suar Agung berkembang. Sang mama lah yang membukakan jalan bagi Pekak Jegog untuk menampilkan alat musik khas Jembrana itu di Sapporo, Hokkaido, Jepang sekitar tahun 1980-an.

Kazuko bahkan dijuluki Mbah Jegog oleh murid-murid Pekak Jegog. Sebab, di balik seorang maestro ulung seperti itu ada sosok perempuan yang tangguh mendukung kesuksesannya. Oka mengaku, sang mama adalah kontributor besar dalam hidupnya.

Pada tahun 1980-an kala itu, Pekak Jegog tengah mengembangan Tari Makepung dengan iringan Jegog. Salah satu tokoh yang terlibat jadi angkatan pertama kelompok tarian ini adalah Ni Putu Putri Suastini Koster, yang dikenal sempat aktif dalam seni pertunjukan.

"Enggak ada yang tahu (Jegog) tanpa tangan besi Beliau (Kazuko) ini. Saya pun tidak akan seperti sekarang. Yang mengarahkan saya untuk menjadi penari Jegog, penabuh Jegog ya Beliau. Sampai saya bisa Bahasa Jepang juga," tutur jebolan ISI Denpasar ini.

Selain ke Jepang, Yayasan Suar Agung sudah melanglang buana ke Amerika Serikat, Taiwan, Thailand, Singapura, Jerman, dan Prancis. Hingga tahun 2016 silam, Suar Agung masih aktif bulak-balik ke Jepang sebelum sponsor tetap mereka kesulitan pendanaan.

Dua tahun kemudian, Pekak Jegog lantas tutup usia. Kini, lima tahun berselang, sang istri menyusulnya. Tanggung jawab Yayasan Suar Agung kini ada di pundak Oka yang mengaku tidak terlalu terkejut mendapat mandat besar karena sudah disiapkan sang mama sejak belia.

Foto: Tim Jegog Suar Agung mengiringi pangabenan Yuliastuti Kazuko.  

Di akhir hayatnya pun, Kazuko masih mencintai Jegog sama seperti sang suami yang hingga akhir hayat sudah menciptakan puluhan gending Jegog. Ini dibuktikan dengan permintaan Mbah Jegog itu agar kepergiannya diiringi atraksi tabuh Jegog.

"Saat mapaluasan, mama saya bilang: 'Masa bapak aja pakai Jegog (saat ngaben), mama juga mau pakai Jegog'. Padahal, mama tidak minta pun, saya sudah ada ide pakai Jegog karena bapak dulu pakai Jegog di Jembrana," ungkap Oka.

Walhasil, satu tim penabuh Jegog didatangkan ke Genah Pangabenan Santha Swarga untuk mengiringi kepergian sang mama. Dalam kesempatan itu, hadir pula beberapa sahabat dan kerabat Kazuko untuk menyaksikan prosesi ngaben.

Kazuko pergi meninggalkan dua orang anak dan satu almarhum dari pernikahan sebelumnya, serta empat anak tiri dan satu almarhum dari Pekak Jegog. Oka, yang kini aktif melatih dan mengenalkan Jegog di Amerika Serikat adalah anak Pekak Jegog yang paling dekat dengan Kazuko.

Tugas pria yang kini tengah menempuh program Doktor Seni Pertunjukan di University of California Santa Cruz ini adalah membangkitkan lagi Yayasan Suar Agung. Sebuah warisan yang ditinggalkan sang ayah dan sang mama.

Saat ini masih ada tiga kelompok Jegog di luar negeri yakni dua di Amerika Serikat dan bagian dari didikan Oka. Kemudian, satu lagi adalah Sekar Sakura yang bermarkas di Jepang. Hingga kini, Jegog masih kalah pamor di luar negeri daripada alat musik Bali lainnya seperti gamelan. *rat

Komentar