nusabali

Anggara Kasih Medangsia, Puncak Piodalan Arca Sang Hyang Brahma Lelare

  • www.nusabali.com-anggara-kasih-medangsia-puncak-piodalan-arca-sang-hyang-brahma-lelare

GIANYAR, NusaBali.com - Pangempon Arca Sang Hyang Brahma Lelare (Patung Bayi Sakah) menghelat upacara puncak piodalan padudusan alit pada Anggara Kasih Medangsia, Selasa (22/8/2023) sore pukul 17.00 Wita.

Sebelumnya, pada dewasa yang sama, padudusan agung telah labda karya dilaksanakan 210 hari silam. Kali ini, krama Banjar Adat Blahtanah, Desa Adat Ganggangan Canging, Desa Batuan Kaler, Sukawati, Gianyar kembali bersuka cita melaksanakan padudusan alit.

Prajuru Adat Banjar Blahtanah I Made Suwirtha, 56, menuturkan bahwa padudusan agung enam bulan lalu telah paripurna dengan pendanaan Rp 800 juta. Di mana, sebagian besar dananya berasal dari punia pamedek yang kerap tangkil dari luar Kabupaten Gianyar.

"Hari ini adalah hari H padudusan alit di Arca Brahma Lelare. Enam bulan lalu adalah padudusan agung pertama, kali ini rentetan padudusan alitnya," ungkap Suwirtha, dijumpai di sela upacara pada Selasa sore.

Kata Suwirtha, padudusan alit di arca yang berdiri kokoh di persimpangan Jalan Sakah ini bersifat nyatur. Selama tiga hari ke depan bakal dilaksanakan upacara panganyaran setiap harinya hingga ditutup pada Sukra Pon Medangsia, Jumat (25/8/2023) nanti.

Puncak piodalan pada Selasa ini dipimpin oleh dua pandita dari Siwa dan Budha. Pandita Siwa berasal dari Griya Kajeng Abiansemal, Ida Pedanda Istri Kania. Kemudian, Pandita Budha berasal dari Griya Sukawati yakni Ida Pedanda Jelantik Lila Arsa.

Sementara itu, Prawartaka Karya I Wayan Rija, 63, mengungkapkan, pamedek memang biasanya membludak ketika ada piodalan. Tidak hanya dari seputaran Kecamatan Sukawati, ada pula yang dari luar Kabupaten Gianyar.

Pangempon arca sendiri sejatinya terdiri dari krama Banjar Adat Blahtanah yang berjumlah 345 kepala keluarga. Sementara itu, ada ribuan pamedek yang biasa tangkil saat piodalan dari berbagai wilayah di Pulau Dewata.

"Jumlah pamedek relatif ya. Tapi yang biasa tangkil masesangi ke sini, dan sekiranya dikabulkan. Biasanya mereka datang kembali kalau ada piodalan," tutur Rija, dijumpai di sela upacara.

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tedung yang terpasang saat piodalan. Suwirtha menyebut hampir 99 persen tedung yang digunakan merupakan punia dari pamedek yang pernah tangkil dari berbagai daerah.

Kesehariannya, Arca Brahma Lelare ini kerap kali dikunjungi oleh pamedek dengan berbagai tujuan atau pengharapan. Mulai dari anugerah keturunan, kesehatan, hingga keselamatan. Pamedek yang tangkil biasa datang pada hari kajeng kliwon, purnama, dan tilem.

"Karena ini di jalan raya, yang sehari-harinya lalu lalang melewati arca ini biasanya juga berhenti sejenak menghaturkan canang," beber Rija.

Krama Banjar Adat Blahtanah telah mengusahakan untuk menghelat piodalan selama berpuluh-puluh tahun pasca arca ini berdiri lebih dari 30 tahun silam. Pada awalnya dimulai dengan upacara setingkat padudusan alit ini saja.

Krama percaya bahwa manifestasi Tuhan yang berlingga di arca ini menganugerahkan ketenteraman untuk wilayah setempat. Lebih luas lagi untuk Pulau Dewata beserta isinya. *rat

Komentar