nusabali

Peduli Pendidikan Agama Islam di Bali, Bripka Jono Dirikan TPQ Gratis

  • www.nusabali.com-peduli-pendidikan-agama-islam-di-bali-bripka-jono-dirikan-tpq-gratis

DENPASAR, NusaBali - Dahulu sekitar tahun 1990-an tak sedikit masyarakat takut dengan polisi. Sebut polisi saja sudah takut apalagi mendatangi kantor dan berurusan dengan polisi. Rasa takut terhadap polisi saat itu seperti sudah ditanamkan dari kecil.

Polisi yang ditugaskan negara untuk menegakan hukum kala itu sering digunakan orang tua untuk menakut-nakuit anak-anak yang berbuat salah. Bahkan terhadap anak yang tidak mau makan.

Berjalannya waktu, perubahan melaju cepat seiring kemajuan teknologi. Kini aplikasi media sosial bermunculan. Akibatnya seolah-olah tak ada sekat yang tak bisa ditembus. Untuk mengeritik Polri yang dahulu seolah angker pun terbuka bebas melalui kanal-kanal media sosial. Menghadapi perubahan yang terjadi mau tidak mau Polri harus berbenah. Kini bentuk pelayanan, komunikasi, dan pola pendekatan Polri terhadap masyarakat mengikuti perkembangan zaman. 

Mulai dari Kapolri sampai Kapolsek berusaha membuat dan menjalankan program yang intinya mendekatkan diri dengan masyarakat. Jika dahulu hanya Bhabinkamtibmas saja yang berbaur langsung dengan masyarakat, kini semua anggota polisi diberi kesempatan yang sama untuk berbuat sesuatu yang positif di masyarakat. 

Salah satu anggota Polri yang menerjemahkan hal itu adalah Bripka Jono, anggota Direktorat Kepolisian Perairan dan Udara (Dit Polairud) Polda Bali. Anggota Polri yang kini menjabat sebagai Banit Unit 1 Sipatwalairud Subdit Patroli Airud Polda Bali mendirikan Taman Pendidikan Al Qur'an (TPQ) di tempat tinggalnya di Perumahan Raya Kampial, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. 

TPQ yang diberi nama Asy Syifa itu dirintisnya sejak 2005. Awalnya kegiatan belajar digelar di rumahnya sendiri. Berjalannya waktu kini Bripka Jono dan pengurus bisa membeli tiga rumah untuk tempat belajar para santri. Di TPQ itu Bripka Jono tidak hanya sebagai pengurus tetapi langsung menjadi guru. 

Kepada NusaBali Bripka Jono menceritakan TPQ Asy Syifa awalnya didirikan untuk anak-anak dari warga Perumahan Raya Kampial. Rencana mulianya itu mendapat dukungan warga muslim di perumahan tersebut. Bripka Jono terpanggil untuk mendirikan TPQ karena sering mendengar cerita anak-anak warga di perumahannya tidak mendapatkan pendidikan agama Islam yang maksimal di sekolah. 

Setelah sekian lama berdiri TPQ Asy Syifa kini sudah bekerja sama dengan sejumlah sekolah di Kecamatan Kuta Selatan. Kerja sama dimaksud adalah untuk memberikan nilai agama Islam bagi santri TPQ Asy Syifa yang di sekolahnya tidak mendapatkan pendidikan agama Islam.


Saat ini santri yang belajar di TPQ Asy Syifa berjumlah 71 orang. Mereka semua adalah pelajar TK sampai SMA. Sebagian besar para santri adalah anak-anak dari warga perumahan setempat, dan sebagian kecil lainnya anak di sekitar perumahan. 

"Dari 71 orang santri kami yang sekolah di sekolah yang tidak ada guru agamanya kami yang mengeluarkan nilai agamanya. Lahirnya TPQ ini berawal dari kepedulian saya dan warga perumahan lainnya. Kita tahu di Bali ini mayoritas Hindu. Anak-anak di perumaham ini yang sekolah di sekolah negeri ada yang ada guru agamanya dan adapula yang tidak ada guru agamanya. Kalaupun ada guru, tetapi pendidikan agamanya sangat minim," ungkap Bripka Jono, Senin (12/6).

Para santri yang belajar di sana tidak dipungut biaya alias gratis SPP. Di TPQ ini para santri tidak hanya belajar Alquran, tetapi juga belajar Fiqih, Tauhid, Akhlak, Sejarah Islam, Fasholatan, dan Bahasa Arab. Selain itu ada kegiatan ekstrakurikuler, yakni para santri belajar main rebana. 

Karena memiliki keterbatasan, jadwal belajar di TPQ Asy Syifa digelar Senin sampai Kamis. Proses belajar mengajar dibagi dua sesi. Anak-anak TK dan SD belajar mulai pukul 16.00 Wita sampai pukul 17.00 Wita. Sementara untuk pelajar SMP dan SMA mulai pukul 19.00 Wita Sampai pukul 20.00 Wita. 

Tenaga pengajar di TPQ ini sebanyak tujuh orang, yakni Bripka Jono sekaligus sebagai penanggung jawab. Ustadz Rahmatullah. Alumni Ponpes Sidogiri Pasuruan itu juga sebagai Kepala TPQ. Ustadz Muhibbin, Ustadz Alvinur Sayeed Widnatha, Ustadzah Nurhayati, Ustadzah Dwi Novia Wahyuni, dan Suharsi sekaligus sebagai tata usaha. Para pengajar ini mengajar tanpa digaji. 

"Anak-anak belajar tanpa dipungut biaya. Tujuannya agar anak-anak yang ada di lingkungan kami ini semuanya bisa ngaji. Selain itu agar ada semangat dari orang tua untuk mendorong anaknya belajar agama. Tak hanya gratis, perlengkapan seragam untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu ditanggung pengurus. Kami berusaha mencari dana lewat para donatur kami yang baik hati," ungkap Bripka Jono. 

Anggota Polri kelahiran Batang, Jawa Tengah, 2 Januari 1981 ini berharap agar anak-anak yang belum bergabung untuk belajar ngaji segera gabung belajar bersama di TPQ Asy Syifa. Dia mengaku sampai saat ini jebolan dari TPQ Asy Syifa sudah ada yang menempuh pendidikan di Al Azhar, Kairo Mesir.


Polisi yang berdinas di Polda Bali sejak 2001 ini mengaku saat ini menghadapi banyak tantangan. Di antaranya masalah dana untuk membantu anak-anak kurang mampu dan banyak santri yang sudah duduk di bangku SMA tidak mau mengaji lagi. 

Meskipun mengalami berbagai kesulitan, Bripka Jono terus berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk masyarakat, khusunya anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa. Selain itu Bripka Jono tidak pernah lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota Polri. 

Kegiatan dari Bripka Jono ini sejalan dengan poin pertama Commander Wish Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra yakni "Memastikan Kehadiran Polri di Tengah Masyarakat Untuk Memberikan Rasa Aman dan Nyaman". Meskipun kehadiran Bripka Jono di TPQ Asy Syifa itu adalah sebagai pengajar dan pengurus, namun predikatnya sebagai polisi tetap menempel pada pribadinya. Dengan demikian masyarakat yang ada di sekitar, minimal para orang tua yang menitipkan anaknya belajar Al Quran di TPQ itu merasa aman. Secara tidak langsung Bripka Jono berperan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada Polri.

Pola pendekatan terhadap masyarakat yang dilakukan oleh Bripka Jono merupakan satu dari sekian banyak program dari Polri. Dahulu kalau ada Polisi datang ke tengah masyarakat bisa dipastikan di sana sedang ada kasus. Kini anggapan itu sudah tidak ada lagi. Banyak program unggulan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo yang memaksakan anggota Polri hadir di tengah masyarakat. 

Belakangan ini yang sedang populer dan masih digelar adalah program Jumat Curhat. Program yang digelar setiap hari Jumat itu intinya mendengar curhatan ataupun keluhan dan masukan dari masyarakat untuk kebaikan Polri. Kegiatan Jumat Curhat juga tidak hanya dikhususkan bagi kalangan tertentu. Pemulung, tukang ojek, nelayan, dan lainnya disambangi polisi untuk mendengarkan curhatan mereka. Curhatan-curhatan yang didapatkan dari masyarakat itu dijadikan bahan evaluasi oleh Polri baik untuk membenah internal maupun pemberian pelayanan kepada masyarakat.

Selain itu ada pula program Polisi RW atau di Bali namanya Polisi Banjar. Anggota yang ditugaskan sebagai Polisi RW ini berbeda dengan Bhabinkamtibmas yang sudah lama ada. Polisi RW merupakan wujud Binmas prediktif yang merupakan bentuk integralitas semua fungsi Harkamtibmas dalam mengemban tugas sebagai Polmas dalam komunitas tingkat RW atau di Bali adalah Banjar, seperti mendengarkan keluhan masyarakat dan problem solving lainnya.

Polisi RW memiliki konsep untuk mempermudah perlindungan, pengoyoman dan pelayanan kepada masyarakat, serta memungkinkan terjadinya interaksi antara Polri dengan masyarakat dalam memecahkan masalah bersama dan saling mengembangkan sikap yang positif, serta bersama mencegah dan menjaga situasi Kamtibmas agar selalu aman dan kondusif di wilayah tersebut.

Menjadi Polisi RW merupakan tugas tambahan dan bukan merupakan tugas pokok. Anggota Polisi RW dari berbagai fungsi. Ada yang tugas pokoknya sebagai penyidik, buser, intel, Sabhara dan lainnya. Namun demikian sebagai tugas tambahan akan berusaha memberikan pelayanan maksimal untuk bisa hadir di setiap kegiatan di masyarakat.pol

Komentar