nusabali

Atma Prasanga, Ogoh-Ogoh Penuh Makna dari ST Werdhi Yowana Tampak Gangsul

  • www.nusabali.com-atma-prasanga-ogoh-ogoh-penuh-makna-dari-st-werdhi-yowana-tampak-gangsul

DENPASAR, NusaBali.com - Kehidupan manusia di zaman sekarang yang cenderung melenceng dari ajaran agama dan dharma (kebaikan), ditambah adanya karmala menjadi konsep ogoh-ogoh Atma Prasanga yang disiapkan ST Werdhi Yowana dalam rangka menyambut Tahun Baru Saka 1945.

Ogoh-ogoh dari Banjar Tampak Gangsul, Desa Dangin Puri Kauh, Denpasar Utara ini terlihat klasik. Walaupun penampakannya sederhana, namun Atma Prasanga memiliki banyak makna sesuai alur cerita.

“Ogoh-ogoh ini menampilkan tiga karakter  dari sosok raksasa, Sangsuratma dan sosok atma yang dihukum karena karmapalanya selama hidup dengan posisi diikat dan di gantung oleh raksasa,” kata I Bagus Putu Anom Sumanjaya, undagi atau arsitek ogoh-ogoh di Banjat Tampak Gangsul, Selasa (14/3/2023).

Ogoh-ogoh dengan  tinggi kurang lebih 5 meter ini menelan anggaran kurang lebih Rp 35 juta ini melibatkan 6 orang arsitek dengan fokus penggarapan masing-masing bidang.

Ada yang fokus pada bagian konstruksi (rangka), pembentukan anatomi, pembuatan tapel dan aksesoris,  dan bagian pewarnaan (pengecatan) yang kesemuanya digarap di Balai Banjar Jalan Nakula Denpasar Utara dengan dibantu oleh seluruh anggota ST Werdhi Yowana.

“Semua orang dapat berperan dan kami membuka ruang bagi mereka yang mempunyai keahlian di bidangnya untuk berkarya dan bekerjasama dalam satu tim,” kata undagi yang biasa disapa Jik Nom ini.  

Aksesoris ogoh-ogoh ini menggunakan bahan-bahan seperti gulungan koran, koran dibentuk menyerupai tengkorak dan caling (gigi binatang) dan menggunakan tapis kelapa. 

Pada proses pengecatan, jika biasanya pewarnaan ogoh-ogoh menggunakan kompresor, ogoh-ogoh Atma Prasanga menggunakan cat air dan spon untuk pewarnaannya.

Ogoh-ogoh Atma Prasangsa ini menggunakan sistem konstruksi jembatan yang saling berpegangan satu sama lain. Konstruksi ini dimaksudkan untuk memvisualisasikan atau dapat membuat tampilan karakter atma seolah-olah digantung dan diikat menggunakan tali oleh raksasa. “Dimaksudkan juga agar mampu menopang beban Sangsuratma,” kata Jik Nom.

Kerumitan terjadi pada bagian rangka tangan raksasa yang harus ditambahkan besi guna memperkuat dan menyeimbangkan kedua karakter yang ditopangnya. 

Karya ogoh-ogoh yang disiapkan sejak bulan Februari lalu ini tidak lolos nominasi Lomba Ogoh-Ogoh Kota Denpasar, namun tetap akan disiapkan tampil mempesona pada malam pangerupukan di Titik O Catur Muka  Kota Denpasar pada Selasa (21/3/2023) mendatang.

Banjar Tampak Gangsul akan berkolaborasi dengan Banjar Titih dan Wangaya Kelod untuk mengguncang kawasan Lapangan Puputan.

Pada bagian lain Jik Anom mengklarifikasi jika ogoh-ogoh Atma Prasanga menonjolkan ‘karakter dewasa’ dataran ada visualisasi ketelanjangan.

Dijelaskan olehnya  jika tidak ada maksud mengarah ke porno, karena penggambaran dari karakter yang telanjang lebih terinsirasi dari kehidupan di mana hidup manusia tidak lepas dari porno (manusia terlahir telanjang dan matinya juga telanjang).

Di samping itu pada karakter atma menggunakan kain hitam untuk menutupi bagian kelamin hal ini terinsipirasi dari proses pemandian mayat di mana keadaan mayat telanjang dan bagian kelamin atau alat vitalnya ditutup kain. 

“Berdasarkan hal tersebutlah saya mendapatkan ide untuk memvisualisasikan bentuk atma,” terang Jik Nom.

Di satu sisi atma tersebut merupakan pengambaran dari sosok dadong atau nenek yang dalam hidupnya suka menyakiti orang dengan cara menggunakan ilmu hitam. Maka ketika meninggal, atmanya dihukum dan dihakimi oleh Sang Suratma dengan membawa lontar sebagai petunjuk dan bukti bahwa atma tersbut banyak memiliki dosa dan tidak dapat berbohong. 

Undagi berusia 41 tahun ini menjadi arsitek ogoh-ogoh di banjarnya sejak 2005 atau pertamakalinya Kota Denpasar menggelar lomba ogoh-ogoh. Saat itu ogoh-ogoh ST Werdhi Yowana mampu meraih gelar juara III se-Kota Denpasar.

“Setelah itu saya vakum, dan memberikan kesempatan bagi generasi-generasi baru untuk menjadi undagi ogoh-ogoh sekaligus untuk mencari bibit -bibit baru dalam bidang seni khususnya di bidang seni ogoh-ogoh,” ujarnya. 

Baru pada tahun 2023 inilah, Jik Nom selaku senior bagi anggota ST Werdhi Yowana kembali turun gunung setelah dipercaya kembali menjadi undagi ogoh-ogoh. *m03

Berita ini merupakan hasil liputan Ngurah Arya Dinata, mahasiswa Praktek Kerja Lapangan di NusaBali.com 




Komentar