nusabali

P2KBP3A Dampingi Korban Perkosaan yang Hamil

  • www.nusabali.com-p2kbp3a-dampingi-korban-perkosaan-yang-hamil

SINGARAJA, NusaBali
Remaja putri berusia 14 tahun asal Kecamatan Gerokgak yang menjadi korban pemerkosaan hingga hamil kini tengah menjalani konseling oleh petugas Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Kabupaten Buleleng.

Konseling sudah dilakukan sejak kasus tersebut mencuat dan akan berlanjut hingga korban melahirkan. Kepala Dinas P2KBP3A Buleleng Nyoman Riang Pustaka mengatakan, sesuai dengan koordinasi dengan pihak kepolisian, Dinas P2KBP3A diminta melakukan pendampingan kepada korban. Terlebih saat ini kondisi korban tengah hamil di usia muda. "Korban ini menjadi prioritas pendampingan kami, apalagi masih muda, termasuk kehamilan risiko tinggi," ujar Nyoman Riang, Senin (13/2).

Terkait kondisi korban yang sedang berbadan dua, terus dipantau oleh bidan desa dan tim pendamping keluarga Dinas P2KBP3A. "Kami di tiap desa kan ada tim pendamping keluarga. Jadi korban ini, jadi prioritas kami lakukan pendampingan," ucapnya.

Ia mengakui kasus kekerasan dan persetubuhan dengan korban anak di bawah umur masih marak terjadi di Buleleng. Pihaknya pun berupaya agar kasus serupa tak terjadi kembali. "Sosialisasi pendekatan kekeluargaan terus kami lakukan pada masyarakat. Namun belum ada secara spesifik kami lakukan peningkatan program," kata Riang Pustaka.

Upaya pencegahan kasus terhadap anak juga digencarkan menyasar pelajar di sekolah-sekolah dengan menggandeng guru bimbingan konseling. Peran Guru BK (Bimbingan dan Konseling) juga ditingkatkan agar tak hanya pada penindakan pelanggaran sekolah. Guru BK diminta lebih peka dengan kondisi psikologis siswa untuk mendeteksi lebih dini dan menangani jika terjadi kasus yang menimpa pelajar.

Riang Pustaka mengungkapkan, dari kasus-kasus persetubuhan anak di bawah umur yang ditangani Dinas P2KBP3A selama ini, sebagian besar pelaku justru merupakan orang dekat korban, bahkan keluarganya. "Selama ini rata-rata seperti itu. Keluarga terdekat atau orang di sekitar korban sebagai pelakunya. Karena mangasa paling dekat ya orang terdekat," ungkapnya.

Menurut dia, tak dipungkiri teknologi informasi juga turut menjadi faktor penyebab timbulnya kasus. "Gadget termasuk paling besar pengaruhnya. Itu orang terdekat mungkin awalnya tidak ada niatan, karena tontonan yang didapat melalui ponsel sehingga memicu hasrat seksual pelaku," jelas Riang Pustaka. Untuk itu, ia juga mengingatkan pentingnya penguatan peran dan kepedulian keluarga pada anak. *mz

Komentar