nusabali

Sebelas Desa Wisata di Tabanan Belum Gereget

  • www.nusabali.com-sebelas-desa-wisata-di-tabanan-belum-gereget

Kunjungan ke desa wisata ini minim karena lemahnya SDM dan minimnya dana promosi.

TABANAN, NusaBali
Dari 14 desa wisata yang ditetapkan di Kabupaten Tabanan, hanya 3 desa wisata sudah berjalan maksimal dan dikunjungi wisatawan. Rata-rata jumlah kunjungan di tiga desa wisata ini tembus 1.000 wisatawan per tahun. Sementara 11 desa wisata lainnya belum gereget sehingga minim kunjungan. Kendalanya, masih pada kualitas sumber daya manusia (SDM) dan anggaran promosi.

Tiga desa wisata yang telah berjalan masing-masing Desa Wisata Jatiluwih (Kecamatan Penebel), Desa Wisata Pinge (Kecamatan Marga), dan Desa Wisata Nyambu (Kecamatan Kediri). Desa Wisata Jatiluwih mengandalkan pertanian dengan lahan sawah berundak-undak. Semenjak ditetapkan sebagai warisan budaya dunia (WBD), jumlah kunjungan wisatawan Eropa membeludak. Pun Desa Nyambu memikit wisatawan setelah ditetapkan sebagai dewa wisata ekologis oleh Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti pada 29 April 2016.

Desa Nyambu menawarkan keindahan alam seluas kurang lebih 380 hektare. Dalam areal sawah ini terdapat 67 pura dan 22 mata air. Sementara Desa Wisata Pinge menjual pesona angkul-angkul (pintu masuk rumah Bali) dengan tanaman hias puring sebagai ciri khas. Desa ini juga punya kesenian tradisional yakni Tari Leko. Setelah bertumbuh jadi desa wisata, rumah penduduk pun disulap jadi homestay dan wisatawan kerap menginap di rumah penduduk.  

Kepala Seksi Daya Tarik Wisata (DTW) Dinas Pariwisata Tabanan, I Ketut Muliarta menjelaskan, 3 desa wisata yang sudah jalan ditandai adanya kunjungan wisatawan. Termasuk ada homestay di desa tersebut dan ada wisatawan menginap. “Sebelas desa wisata yang tidak jalan maksimal karena kurangnya kunjungan ke desa tersebut. Kemungkinan sama sekali tidak ada kunjungan,” ungkap Muliarta, Kamis (4/5). Dikatakan, 11 desa wisata itu mengandalkan pesona alam yakni sawah dilengkapi jalur trekking, panorama pantai, hingga sentra industri rumah tangga.

Menurut Muliarta, kurang maksimalnya desa wisata itu karena minimnya promosi. Terlebih saat pembinaan kebanyakan desa wisata mengaku minim biaya dan SDM. “Saat kami ke lapangan kebanyakan mereka minta bantuan pemandu wisata,” terangnya. Dikatakan, agar desa wisata bisa mandiri, Dinas Pariwisata telah melakukan pembinaan secara rutin tentang langkah-langkah memajukan desa wisata. “Kami belum ada menurunkan bantuan dana karena masih terbentur anggaran. Bisa saja masing-masing desa wisata mendapatkan bantuan dari pusat jika mengajukan proposal yang dibuat,” tandasnya.

Desa wisata yang telah berjalan dan mendapatkan pemasukan sepenuhnya dana dikelola pihak desa tanpa kontribusi ke Pemkab Tabanan. Pasalnya seluruh hasil yang didapatkan digunakan untuk memajukan desanya. Tujuan Pemkab Tabanan bentuk desa wisata untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan cara menjual potensi desa yang dimiliki. “Pemkab Tabanan menyetujui adanya desa wisata agar masyarakat bisa menggali dan menonjolkan potensi desa sehingga bisa meningkatan perekonomian masyarakat,” beber Muliarta. * d, k21

Komentar