nusabali

Ayah dan Anak 'Ngeleak' Bareng Saat Malam Saraswati

  • www.nusabali.com-ayah-dan-anak-ngeleak-bareng-saat-malam-saraswati

I Gusti Putu Bawa Samar Gantang baca puisi andalan ‘Leak Lanang, Leak Wadon, Leak Kedi’, sementara putranya yakni I Gusti Ngurah Hari Mahardika bawakan puisi ‘Leak Kabeh’.

Dari Ajang Tabanan International Poetry Festival 2015 di Rumah Penyair Modre

TABANAN, NusaBali
Dua seniman Tabanan yang notabene merupakan ayah dan anaknya, I Gusti Putu Bawa Samar Gantang (penyair) dan I Gusti Nengah Hari Mahardika (komposer), tampil bareng dalam ajang ‘Tabanan International Poetry Festival 2015’ yang digelar di kediamannya, Banjar Tegal Belodan, Desa Dauh Peken, Kota Tabanan, Sabtu (28/11) malam. Keduanya kompak membawakan puisi bertema ‘Leak’ dalam event yang dihadiri sejumlah penyair tingkat dunia di Malam Saraswati tersebut.

Dalam ‘Tabanan International Poetry Festival 2015’ yang digelar pada Hari Raya Saraswati, Saniscara Umanis Watugunung, Sabtu malam itu, I Gusti Ngurah Hari Mahardika membawakan puisi bertajuk ‘Leak Kabeh’. Sedangkan ayahnya, I Gusti Putu Bawa Samar Gantang, tampil dengan puisi andalannya berjudul ‘Leak Lanang, Leak Wadon, Leak Kedi’. Aksi ‘ngeleak’ bareng ayah dan anaknya ini disaksikan belasan penyair dunia dari 9 negara.

Penampilan Bawa Samar Gantang dan putranya, Hari Mahardika, di hadapan para penyarir dunia dari 9 negara asal 5 benua ini, terbilang cukup unik. Dibandingkan pementasan sebelum-sebelumnya, kali ini Bawa Samar Gantang mengemas aksinya dengan entertainment, namun tidak mengurangi kemistikan puisi modre (mantra khas Bali).

Bawa Samar Gantang yang menggunakan pakaian serba putih bak pamangku, malam itu mengawali aksinya dengan membacakan puisi bertajuk ‘Saraswati Buana Mabah’. Puisi ini berisi mantra puja-puji sebagai ucapan terima kasih kepada Dewi Saraswati, sebagai Dewi Pengetahuan.

Pembacaan puisi ‘Saraswati Buana Mabah’ diiringi dengan alunan tabuh ‘Lelambatan’ dari Aridwipa Gamelan Group. Juga ditingkahi suara dentingan bajra (genta) yang dibawakan seorang pamangku, yang seakan menuntun penonton untuk menyatu dengan Dewi Saraswati. 
Suasana yang semula remrem (gelap) karena gulem (mendung), kontan bergeser menjadi terang. Tampak bulan begitu cantik di angkasa dengan sinarnya yang terang. Aura magis puisi ‘Saraswati Buana Mabah’ ini terasa kuat ketika seorang penari dengan sosok Dewi Saraswati meliuk gemulai mengiringi alunan tabuh Lelambatan. Penari serasa menyatu dengan syair yang dibawakan langsung Bawa Samar Gantang. 

Penonton terpana dengan penampilan Tari Saraswati yang dibawakan Gek Diah tanpa melepas kuping untuk mendengar syair dari Bawa Samar Gantang yang tampil dengan duduk di depan pamangku. Menginjak larut malam, barulah puisi bertema leak dimulai. 

Hari Mahardika, putra ketiga Bawa Samar Gantang yang selama ini dikenal sebagai komposer tabuh, tampil membawakan puisi berjudul ‘Leak Kabeh’. Guru Kesenian SMPN 1 Tabanan yang pernah meraih the best composer saat lawatan ke Amerika Serikat ini tampil total, dengan kemampuannya. 

Ibarat sebelas-duabelas, Hari Mahardika nyaris seperti ayahnya saat membawakan puisi modre. Suara yang melengking, bertenaga, dan ekspresif membuat penonton terpana. Bahkan, vokal Hari Mahardika yang notabene merupakan vokalis Ikoyak Band ini terasa kuat, tanpa kehilangan tempo. Setelah puisi ‘Leak Kabeh’ berkumandang, barulah Bawa Samar Gantang keluar, diawali dengan tabuh menghentak dan dentingan genta. Pakaiannya pun sudah berubah dari semula kenakan baju putih hingga tinggal saput poleng.


SELANJUTNYA . . .

Komentar