nusabali

Remaja Penari Rangda Korban Tewas Tertusuk Keris Diabenkan Kemarin

  • www.nusabali.com-remaja-penari-rangda-korban-tewas-tertusuk-keris-diabenkan-kemarin

DENPASAR, NusaBali
Jenazah remaja penari rangda yang tewas tertusuk keris saat ritual Napak Pertiwi, I Gede NEP, 16, telah diabenkan keluarganya di Setra Desa Adat Tuka, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung pada Radite Wage Landep, Minggu (7/2).

Pengabenan diawali dengan upacara metatah (potong gigi) hingga nganyut yang dilakukan dalam sehari, Minggu kemarin. “Ya, kita sudah lakukan upacara metatah, kemudian dilanjutkan dengan pemandian jenazah, dilanjutkan dengan otonan, pamerasan, dan langsung diabenkan,” ungkap kakek dari korban Gede NEP, Nyoman Suardana, saat ditemui NusaBali di rumah duka ka-wasan Desa Adat Tuka, Minggu kemarin.

Menurut Suardana, pihak penyelenggara ritual Napak Pertiwi di Banjar Belong Gede, Desa Pemecutan Kaja, Kecamatan Kuta Utara di mana korban Gede NEP tewas tertusuk keris pada Wrastapi Umanis Sinta, Kamis (4/2) dinihari pukul 01.00 Wita, sudah menunjukkan itikad baiknya. Mereka datang minta maaf.

Pasemetonan yang merupakan rekan-rekan Gede NEP, juga telah mengantarkan korban ke RSUD Wangaya, Denpasar pasca musibah maut. Sebagai bukti itikad baiknya, kata Suardana, mereka ikut mengiringi kepulangan jenazah Gede NEP ke rumah duka, Minggu pagi.

“Mereka tadi pagi (kemarin) juga ikut dalam upacara termasuk ngaben, sehingga kami dari keluarga terima dengan baik. Mereka sudah ada niat baik untuk datang mohon maaf, karena menyadari kesalahannya,” jelas Suardana. “Kami juga beri masukan, kalau bisa nanti anak-anak itu supaya dipertimbangkan untuk diberikan ilmu yang sesuai dengan usia mereka,” jelas Suardana.

Suardana mengaku telah mengikhlaskan kepergian cucunya, Gede NEP, yang tewas terusuk keris saat menari rangda dalam ritual Napak Pertiwi tersebut. “Kami telah mengikhlaskannya, karena semua sudah telanjur. Kami hanya bisa melakukan apa yang mesti kami lakukan melalui yadnya upacara, sehingga perjalanan cucu kami menjadi baik,” papar Suardana.

Korban Gede NEP sendiri merupakan anak sulung dari dua bersaudara. Selama ini, Gede NEP tinggal bersama kakek, nenek, dan adik perempuannya yang kini baru Kelas V SD. Sedangkan ayahnya telah lebih dahulu meninggal dunia. Sebaliknya, sant ibu telah kembali ke keluarga asalnya.

Menurut Suardana, Gede NEP dikenal sebagai sosok yang sangat berbakat, baik dalam seni tari maupun tabuh. Bahkan, Gede NEP juga telah mulai menjadi pelatih tabuh. “Cucu saya ini memang bertalenta. Kami sekeluarga merasa sangat bangga memiliki cucu yang begitu multitalenta dan dibutuhkan oleh banyak orang,” terang Suardana.

Suardana menyebutkan, bakat yang dimiliki Gede NEP tidak hanya ditunjukkan kepada krama Hindu, namun juga di lingkungan umat Katolik di Banjar Tuka, Desa Dalung yang mempercayakannya untuk masolah dan melatih tabuh. Hingga maut menjemputnya, Gede NEP masih sekolah di SMKN 3 Sukawati (Kokar Bali). “Di sekolah juga dari laporan gurunya sangat luar biasa. Tidak hanya di Desa Adat Tuka, tapi di luar juga kiprahnya luar biasa, sehingga kami sangat bangga,” kenang Suardana.

Pada bagian lain, Suardana berharap petristiwa naas yang menimpa Gede NEP hendaknya menjadi pelajaran bagi semua pihak. “Apa agem-ageman yang diambil sekarang seperti tari rangda ini, menurut kami, tingkatannya terlalu tinggi bagi anak-anak. Belum sepantasnya anak seusia itu menarikan rangda, karena penuh risiko,” katanya.

Sementara itu, musibah maut tewasnya Gede NEP saat ritual Napak Perttiwi tengah diselidiki Polresta Denpasar, meskipun kasus ini tidak dilaporkan oleh pihak keluarga korban ke polisi. "Keluarga korban sampai saat ini tidak buat laporan. Meski demikian, kami tetap dalami kasus ini, apakah ada unsur kesengajaan? Kita kan di Bali, ada adat istiadat," ungkap Kapolresta Denpasar, Kombes Pol Jansen Avitus Panjaitan, Minggu kemarin.

Kombes Jansen menegaskan, polisi melakukan penyidikan terhadap peristiwa tersebut karena ada orang yang meninggal dunia. "Kita akan kordinasi dengan pihak keluarga korban. Masih didalami ini. Saksi-saksi diambil keterangannya untuk mengetahui bagaimana kronologis peristiwa,” tandas Kombes Jansen. *cr74,pol

Komentar