nusabali

Angkat Tjokorda Mas, Seniman Besar yang Mulai Terlupakan

Dari Seminar Legenda Seni Karawitan

  • www.nusabali.com-angkat-tjokorda-mas-seniman-besar-yang-mulai-terlupakan

DENPASAR,NusaBali
Desa Mas Kecamatan Ubud lebih dikenal sebagai sentra industri kerajinan kayu.

Baik dalam bentuk seni klasik maupun seni pop atau pop art. Banyak seniman maupun tokoh kerajinan kayu lahir dari desa ini kemudian  dikenal di manca negara. Namun sejatinya Desa Mas tak hanya melahirkan tokoh atau seniman kerajinan/ukiran kayu. Desa yang terdiri dari 12 banjar dinas ini juga melahirkan seorang seniman/maestro dalam seni tabuh atau karawitan. Ialah Tjokorda  Gde Agung Mas Khanaka (almarhum) dari Puri Agung Mas.

Hanya saja ketokohan alrmahum seperti terlupakan. Padahal Tjokorda Gde Agung Mas Kanaka atau lebih dikenal dengan Tjokorda Mas, salah seorang seniman besar yang banyak berperan memperkenalkan seni karawitan Bali ke manca manca negara. Diantaranya ikut  sebagai promotor dalam misi kesenian  Sekaa Gong Peliatan melalang buana ke Amerika Serikat dan Eropa tahun 1952. Selain mengajar menabuh di banjar- banjar di kampungnya di Desa Mas, Ubud dan sekitarnya.

Hal  tersebut terungkap dalam Seminar Sehari Memperingati 100 Tahun Tjokorda Gede Agung Mas Khanaka di Kantor Perbekel Desa Mas, Kecamatan Ubud, Senin (28/12).

“Seorang seniman besar dan hebat, tidak  saja sebagai composer atau koreografer semata, tetapi bagaimana mendedikasikan hidupnya untuk seni,” ujar  Kadek Agus Cahaya Suputra, mahasiswa pasca sarjana ISI Denpasar asal Banjar Lungsiakan, Ubud.

Dari penelitian yang dilakukannya, kata Kadek Agus Cahaya Suputra dia mendapat sosok kesenimanan dan dedikasi seorang Tjokorda Mas terhadap seni, khususnya seni kerawitan atau gamelan.

“Beliau adalah orang pertama mengajar gambelan di luar negeri,” sebut  Agus Cahaya Suputra.  Dia merujuk  penelitiannya dimana pada tahun 1960, Tjokorda Agung Mas diundang  University of California, di Los Angeles untuk mengajar kerawitan selama 6 tahun. Dari 1960-1966.

Selain mengajar gambelan, bukti sahih kesenimanan almarhum adalah warisan beberapa karya seni (tabuh). Diantaranya Tabuh Galang Kangin, Tabuh Pengaksama dan Tabuh Topeng Tua serta yang lainnya.  “Beliau adalah sosok seniman di belakang layar,”  kata Agus Cahaya.

Sementara Ketua Pokdarwis Desa Mas Mangku Wayan Kandia  menyatakan dari potensi alam, Desa Mas terbilang biasa-biasa saja. Atau mungkin malah kurang dibanding dengan desa atau tempat lain.

“Namun dari sisi potensi SDM, Desa Mas banyak dianugerahi potensi luar biasa,” ujarnya.

Salah satu diantaranya adalah Tjokorda Gde Agung Mas Khanaka. Cerita dan riwayat hidupnya menunjukkan potensi luar biasa SDM dari Tjokorda Agung Mas, yang sekaligus  perbekel pertama Desa Mas di era kemerdekaan.

Hanya saja lanjut Kandia, ketokohan dan peran seniman maupun tokoh bidang lainnya di Desa Mas seolah terabaikan. “Seolah terlupakan,” kata Kandia.

Untuk mengapresiasi ketokohan  para seniman atau maestro seni itulah mengapa Pokdarwis Desa Mas, menggelar  Seminar Sehari tentang Tjokorda Gde Agung Mas Khanaka. “Momen  100 tahun beliau (Tjokorda Gde Agung Mas Khanaka) sebagai salah satu bentuk apresiasi tersebut,” ujar pria yang juga seorang pramuwisata (mantan Ketua HPI Bali).

Tjokorda Gde Raka Dharmika,74, salah seorang putra almarhum Tjokorda Gde Agung  Mas Khanaka menyambut positif  apresiasi terhadap tokoh maupun seniman Mas, yang kali ini adalah menyangkut ayahndanya. “Becik .. becik itu (positif) itu,” ujarnya ditemui di Puri Agung Mas.

Generasi penerus maupun yang akan datang, agar paham bagaimana upaya dan pengabdian para tetua atau leluhur pada masa lampau. “ Semoga dapat menginspirasi,” ujar  mantan birokrat di Pemprov Bali didampingi kerabat puri lainnya. Diantaranya  Anak Agung Gde Oka, Cokorda Gde Dharma Putra dan yang lainnya.

Hal senada disampaikan Tjokorda Putra Suastika, putra almarhum Tjokorda Gde Agung Mas Khanaka. “Ya orang tua kami memang dikenal sebagai seniman,” ujarnya. Tak hanya piawai memainkan gambelan, Tjokorda Gde Agung Mas Khanaka dikenal berjiwa sosial tinggi. “Kadang gambelan  diberikan Cuma-Cuma  saja kepada orang yang meminta,” ujar Tjokorda Putra Suastika. *K17

Komentar