nusabali

Pasar Saham Berpotensi Alami Keruntuhan Kedua

  • www.nusabali.com-pasar-saham-berpotensi-alami-keruntuhan-kedua

JAKARTA, NusaBali
Ketidakpastian ekonomi masih membayangi pergerakan pasar saham. Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi mengaku tidak dapat memastikan pasti pergerakan indeks ke depan.

Namun melihat krisis serupa yang pernah terjadi sebelumnya, Hasan Fawzi mengatakan, potensi kejatuhan pasar gelombang kedua atau second crash bisa saja terjadi, seperti pada tahun 1929-an.

"Memang dibeberapa krisis sebelumnya potensi second crash terbuka untuk terjadi. Tapi untuk ke depan tidak bisa ditebak, apakah akan terus melanjutkan recovery atau kembali ke bawah," kata Hasan Fawzi, di Jakarta, Selasa (28/7).

Pada awal tahun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh posisi tertinggi di level 6.325,41. Setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus positif di Indonesia untuk pertama kalinya, IHSG langsung anjlok ke level 5.518,63 dan terus mencapai titik terendah di level 3.937,63.

Sedangkan guru besar keuangan dan pasar modal FEB-UI Budi Frensidy memperkirakan IHSG akan butuh waktu lama untuk bisa kembali ke posisi 6.300 seperti di awal tahun. Berdasarkan kebijakan makro ekonomi, pemerintah mengasumsikan kondisi ekonomi baru bisa kembali normal pada 2023 mendatang.

Menurut Budi kepada republika.co.id, lambatnya pemulihan IHSG ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang masih negatif hingga kuartal II. Budi melihat, pertumbuhan negatif masih akan berlanjut di kuartal III.

Sementara itu, Direktur Anugerah Investama Sekuritas Hans Kwee menilai kemungkinan adanya second crash sangat tergantung pada kebijakan pemerintah dalam mengatasi pandemi Covid-19. Sebagian negara seperti Indonesia dan Amerika Serikat berjuang memenangkan gelombang pertama pandemi Covid-19.

Namun, Hans menggarisbawahi, second crash di pasar saham bukan terjadi karena pandemi. Menurutnya, potensi second crash bisa terjadi apabila pemerintah melakukan lockdown secara ketat. *

Komentar