nusabali

New Normal, Perputaran Ekonomi Buleleng Membaik

  • www.nusabali.com-new-normal-perputaran-ekonomi-buleleng-membaik

Sempat deflasi pada bulan April dan Mei, Buleleng kembali mengalami inflasi pada bulan Juni.

SINGARAJA, NusaBali
Perputaran ekonomi di Buleleng mulai membaik di setelah diberlakukannya new normal. Pada akhir Juni lalu, Buleleng disebut mengalami inflasi sebesar 0,32 persen setelah sebelumnya sempat mengalami deflasi dua bulan berturut-turut akibat melemahnya daya beli masyarakat di tengah pandemi.

Kepala Badan Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Setda Buleleng, Gede Sasnita Ariawan, Senin (27/7) menjelaskan angka inflasi bulan Juni sebesar 0,32 persen, cukup positif untuk ukuran pertumbuhan ekonomi jika dibandingkan bulan sebelumnya. Menurutnya inflasi 0.32 persen menunjukkan daya beli masyarakat mulai membaik terutama pada keperluan kebutuhan pokok.

“Inflasi bulan Juni ini mulai ada pergerakan perekonomian setelah dua bulan sebelumnya sempat deflasi di April sebesar Rp 0,36 persen dan Mei deflasi 0,22 persen. Pergerakan pertumbuhan ekonomi sangat positif, ketersediaan stok terjamin, harga terjangkau dan distribusi lancar,” jelas mantan Kabid Penagihan di Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD) Buleleng ini.

Menurutnya dari inflasi yang terjadi di Bulan Juni lalu sebagian besar dipengaruhi oleh kebutuhan pokok, seperti daging ayam ras, daging babi, ikan tongkol. Di luar kebutuhan pangan juga masuk sebagai penyumbang inflasi tertinggi adalah canang sari yang kebutuhannya tak pernah menurun di Bali. sedangkan pengaruh lainnya dari bahan bangunan multiroof.

Pertumbuhan ekonomi yang sudah membaik juga dijelaskan Sasnita tak lepas dari kebijakan pemerintah daerah dengan pembelakuan new normal dan memberikan kelonggaran lebih pada jam buka tutup kegiatan perdagangan. Selanjutnya, Tim Pengendali Inflasi Daerah  (TPID) Buleleng tetap akan melakukan pemantauan setiap harinya. Terutama pada ketersediaan stok, kelancaran distribusi dan keterjangkauan harga.

Pemantauan dan pengawasan lebih intens difokuskan pada produk kebutuhan pokok yang diproduksi di luar Bali, seperti gula pasir dan minyak goreng. Sedangkan kebutuhan bahan pokok lainnya seperti beras, bawang, cabai dan daging yang masih terpenuhi dengan produksi lokal Buleleng dan Bali, tetap diberlakukan kebijakan dan perhitungan realistis untuk menjamin harga tetap stabil. Kontrol produksi lokal yang saat ini mengalami masa panen seperti cabai rawit merha juga dikondisikan untuk tetap ada dan terjangkau harganya oleh masyarakat.*k23

Komentar