nusabali

Pandemi, Pembuat Sketsa Wajah di Lapangan Puputan Badung Sepi Pelanggan

  • www.nusabali.com-pandemi-pembuat-sketsa-wajah-di-lapangan-puputan-badung-sepi-pelanggan

DENPASAR, NusaBali
Warga Denpasar yang sering melakukan aktivitas olahraga atau rekreasi di kawasan Lapangan Puputan Badung, Denpasar, mungkin pernah melihat sosok pembuat gambar sketsa wajah dan lukis cat air. Yanto Sunandar, begitu nama pria ini, telah membuka praktik gambar sketsa wajah sejak tiga tahun yang lalu.

Tak hanya membuka lapak sketsanya di pinggir Lapangan Puputan, di hari-hari tertentu Yanto Sunandar juga berpindah ke lokasi lainnya. Bahkan, dalam Pesta Kesenian Bali dua tahun terakhir, dirinya juga membuka jasa sketsa wajah di event tersebut. Namun, di situasi pandemi Covid-19 ini yang turut meniadakan salah satu event terbesar di Bali tersebut, Yanto Sunandar mengalami penurunan pelanggan. 

Padahal, sebelum wabah menyerang, dirinya bisa menmbuat antara enam hingga tujuh sketsa. “Sekarang seharusnya ke PKB, biasanya satu bulan saya di PKB. Kalau sehari, sangat jarang. Mungkin karena ekonomi jatuh, dan lagipula di sini juga jarang orang datang ke taman. Kadang-kadang nggak ada yang bikin,” ujarnya saat ditemui di Lapangan Puputan Badung, Sabtu (20/6).

Harga untuk membuat sketsa wajah ini cukup terjangkau. Sketsa wajah hitam putih yang dibuat dengan pensil atau arang dan dibuat dalam waktu 15-20 menit dibanderol dengan harga Rp 25.000, dan sketsa berwarna dengan cat air yang dibuat dalam waktu 45 menit hingga satu jam dibanderol dengan harga Rp 50.000. 

Selain menggambar sketsa wajah, Yanto Sunandar juga membuat lukisan kanvas dengan cat akrilik, namun lukisan tersebut tak dijual dengan bebas. “Bikin, lukisan kuda, binatang. Tapi itu juga hanya orang tertentu yang senang. Jadi ditaruh di rumah saja, nanti kalau ada yang bertanya baru kita tunjukkan barang itu,” lanjut Yanto Sunandar. 

Tak hanya membuat sketsa dan lukisan, dirinya juga kadang menerima permintaan untuk melakukan rekonstruksi pada foto-foto lama. Umumnya permintaan datang dari pelanggan yang ingin merekonstruksi foto lama orang tuanya yang sudah tiada atau untuk ditunjukkan ke anak-cucu. Biasanya, foto yang ditunjukkan berupa foto lama yang sudah dalam kondisi tidak bagus. 

Proses rekonstruksi yang dilakukan Yanto dan pelanggannya bisa memakan waktu hingga satu minggu lebih, dimulai dari konsultasi sebanyak dua-tiga kali hingga pengerjaan lukisan. “Ada seperti konsultasi dulu sebelum dibuat di kanvas atau di media yang lebih besar, seperti watercolour. Biasanya konsultasi kalau bahan fotonya kurang jelas. Dan banyaknya gitu, mungkin 70% bahannya tidak jelas,” jelas pria asal Jakarta yang mempelajari seni lukis secara otodidak ini.*cr74

Komentar