nusabali

Busana ke Pura Jangan ’Merangsang’

  • www.nusabali.com-busana-ke-pura-jangan-merangsang

Untuk perempuan lebih baik menggunakan kebaya warna putih dengan bagian tangan melewati siku. Pusungan tagel untuk yang sudah berkeluarga, pusungan gonjer bagi yang masih lajang.

BANGLI, NusaBali

PHDI Bangli mengingatkan krama Hindu memakai busana yang tidak ’merangsang’ ke pura. Busana ke pura harus beretika untuk mendukung suasana khidmat dan khusuk. Bagi perempuan sebaiknya pakai kebaya putih dengan bagian lengan melewati siku. Demikian pula kamen yang dikenakan sampai di atas mata kaki bukan hampir menyentuh lutut.

Ketua PHDI Bangli I Nyoman Sukra mengaku sudah lama menyampaikan tata busana sembahyang lewat para bendesa. Sebab busana ke pura tak sekadar berpakaian, namun sarat filosofi. Misalnya untuk perempuan, gunakan kebaya warna kalem, tidak mencolok. Lebih baik warna putih dengan bagian tangan mesti melewati siku. Kalau pusungan (sanggul), pusungan tagel untuk yang sudah berkeluarga, pusungan gonjer bagi yang masih lajang.

Sementara bagi laki-laki menggunakan udeng putih, baju juga sebisa mungkin putih dan makancut. “Imbauan tertulis memang belum, tetapi secara lisan sudah kami sampaikan kepada para bendesa,” kata Sukra, Kamis (15/9). Penegasan etika berbusana tersebut perlu dilakukan agar cara berbusana mendukung suasana khidmat. “Jangan sampai karena ’keliru’ berbusana sebabkan orang sembahyang hilang konsentrasi,” tandas tokoh asal Banjar Blungbang, Bangli ini. Sejauh ini, kata Sukra belum ada persoalan terkait dengan etika berbusana ke pura di Bangli. “Kalau ada yang nyeleneh, pasti pecalang sudah menanganinya,” tambahnya. Dtegaskan, pakaian ke pura harus sopan, rapi, bersih, dan tidak menonjolkan bagian-bagian tubuh yang dapat merangsang.

Sebelumnya, Ketua MADP (Majelis Alit Desa Pakraman) Kecamatan Bangli I Gusti Made Oka menuturkan hal senada. “Imbauan  tata berbusana yang patut ke pura sudah disampaikan kepada kalangan bendesa,” ujarnya. Hal itu rencananya akan kembali disampaikan kepada para bendesa di Kecamatan Bangli yang berjumlah 23 kabendesaan (desa pakraman). “PHDI juga sudah mengimbau. Mari kita beretika mengenakan pakaian sembahyang,” ajak tokoh adat asal Desa Pakraman Bebalang, Kecamatan Bangli ini. * k17

Komentar