nusabali

Turbulensi Belajar di Rumah

  • www.nusabali.com-turbulensi-belajar-di-rumah

Pembelajaran dengan sistem daring memeroleh momentum tepat saat ini. Ketika wabah Covid-19 merebak ganas, kebanyakan aktivitas kehidupan dilaksanakan di rumah termasuk pembelajaran.

Penulis : Prof.Dewa Komang Tantra,MSc.,Ph.D. 
Pemerhati Masalah Sosial dan Budaya

Secara teoritik, pembelajaran dapat diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Interaksi tatap muka adalah mustahil, maka dari itu interaksi diganti dengan metode belajar dalam jaringan (on-line learning).

Sebelum wabah, peran orangtua dalam pembelajaran relatif sederhana. Tetapi, pembelajaran dengan sistem daring menjadikan peran orangtua bertambah kompleks. Peran orangtua bertambah dalam memasilitasi, mendampingi, memotivasi, mendukung, menilai, dan mendokumentasikan perkembangan selama di rumah. Sedangkan, peran pendidik merencanakan kegiatan harian dan memastikan kegiatan yang mendukung perkembangan. Turbulensi akan muncul dari konversi peran orangtua dan guru dalam sistem pembelajaran melalui daring!

Tidak semua orangtua memeroleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan mengajar serta mendidik yang memadai. Pengetahuan dapat digunakan untuk menjelaskan gejala. Ketika orangtua tidak memiliki teori, metode, atau teknik membelajarkan, maka ia tidak akan mampu menjelaskan suatu gejala sikap yang kurang baik. Pengetahuan itu penting, tetapi pemahaman terhadap pembelajaran lebih penting. Karena, pemahaman tentang materi atau substansi akan dapat dijadikan dasar untuk mencapai tujuan. Sebenarnya, pengetahuan dan pemahaman adalah dua sisi yang tidak terpisahkan dalam membentuk keterampilan! Akibat turbulensi ini perkembangan tidak dapat dicapai maksimal dan berkualitas!

Turbulensi lain berasal dari kesiapan perangkat pembelajaran daring beserta sistemnya. Sistem pembelajaran melalui daring beraneka ragam, tidak semua guru apalagi orangtua paham. Kesiapan teknologi pembelajaran beserta daya dukungnya belum tentu tersedia.  Kesiapan  perangkat  keras, perangkat lunak, listrik, pulsa dan sebagainya mengakibatkan pembelajaran lewat daring terseok dan terputus. Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan produktif kadang sulit diperoleh. Turbulensi demikian berdampak negatif terhadap pemerolehan tujuan.

Turbulensi lain adalah sistem penilaian. Ada beberapa jenis penilaian: penilaian untuk pembelajaran, penilaian tentang pembelajaran, dan penilaian sebagai pembelajaran. Masing-masing memiliki cara dan tujuan. Ketiga tujuan dan makna penilaian tersebut belum tentu diketahui dan dipahami guru apalagi orangtua. Di samping itu, penilaian melibatkan pengukuran, evaluasi, dan asesmen. Pengukuran bertujuan memeroleh data akurat dan terpercaya. Evaluasi adalah pengambilan keputusan dari hasil pengukuran, apakah seorang peserta didik ‘lulus’, ‘tidak lulus’, ‘kompeten’, atau ‘kurang kompeten’. Sedangkan, asesmen berbagai cara dan teknik untuk memeroleh data obyektif dan terpercaya.

Mungkin masih ada turbulensi lainnya, tetapi belum teridentifikasi apalagi dianalisis; atau sudah ditemukan tetapi tidak dipahami; atau tidak ditemukan dan tidak diketahui apalagi dicari solusinya! Situasi pendidikan sedang dalam perempatan jalan, ke utara, selatan, barat atau timur tanpa rambu lalu lintas yang jelas. Walau demikian, saat ini merupakan momentum yang tepat bagi guru rupaka membelajarkan diri, suputra belajar dengan sempurna. Guru pengajian berkomitmen pada tugas dan kewajiban, bukan pada gratifikasi. Kata guru pada guru rupaka maupun guru pengajian mengandung arti harfiah ‘berat’ dan memang berat menjadi orangtua maupun pendidik! 7

Komentar