nusabali

Pasien DB Asal Gelumpang Ditolak 4 Rumah Sakit

Geram, Bupati Agus Mahayastra Tegur RSUD Sanjiwani Gianyar

  • www.nusabali.com-pasien-db-asal-gelumpang-ditolak-4-rumah-sakit

GIANYAR, NusaBali
Seorang pasien demam berdarah (DB) asal Banjar Gelumpang, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar ditolak tiga rumah sakit swasta di Gianyar untuk berobat.

Masalahnya, perempuan berusia 27 tahun penderita DB ini berasal dari banjar di mana sebelumnya ada seorang pekerja migran Indonesia (PMI) yang terkonfirmasi positif Covid-19. Bahkan, RSUD Sanjiwani Gianyar juga ikut ‘tolak’ pasien DB ini, sehingga rumah sakit milik pemerintah itu diperingatkan oleh Bupati Made Agus Mahayastra.

Pasca ditolak empat rumah sakit berbeda, perempuan penderita DB asal Banjar Gelumpang, Desa Sukawati ini akhirnya dirawat di RS Payangan, Gianyar, Jumat (8/5). Berdasarkan diagnose di RS Payangan, pasien berinisial IGA MAS ini memang benar menderita DB.

Heboh pasien DB ditolak rumah sakit ini terungkap setelah salah seorang keluarganya, melalui akun atas nama Yudhi Wirayasa, menuliskan status di media sosial. Yudhi Wirayasa menyampaikan kekesalan karena iparnya, perempuan penderita DB tadi, beberapa kali ditolak di rumah sakit saat hendak berobat, Jumat pagi.

"Ipahe DB, rumah sakit sing ada nyak nerima (Ipar saya kena DB, tidak ada rumah sakit yang mau menerima). Alasannya, di Gelumpang ada yang positif Covid-19. Apakah sekejam itu? Atau rumah sakit yang gimana?” tulisnya.

Postingan Yudhi Wirayasa itu kemudian mendapat beragam komentar. Bahkan, sampai dibaca oleh pemucuk jagat Gianyar, yakni Bupati Made Agus Mahayastra. Tak pelak, Bupati Mahayastra geram atas perlakukan tidak enak yang diterima pasien DB asal Banjar Gelompang, Desa Sukawati tersebut.

Akhirnya, Bupati Mahayastra memerintahkan Sekda Kabupaten Gianyar, I Made Gede Wisnu Wijaya, untuk membuat surat teguran kepada Direktur Utama (Dirut) RSUD Sanjiwani Gianyar, dr Ida Komang Upeksa. Masalahnya, RSUD Sanjiwani yang notabene rumah sakit milik pemerintah juga disebutkan ikut-ikutan menolak pasien DB tersebut.

"Saya lihat di medsos, sekitar jam 12 siang tadi (kematrin siang pukul 12.00 Wita) soal ini. Saya langsung hubungi orangnya (keluarga pasien yang menulis status di media sosial, Red). Sudah saya telusuri kronologisnya,” jelas Bupati asal Desa Melinggih, Kecamatan Payangan, Gianyar ini.

Menurut Mahayastra, pasien DB asal Banjar Gelumpang, Desa Sukawati tersebut akhirnya dibawa ke RS Payangan. “Sekarang yang bersangkutan telah dirawat dengan baik di RS Payangan, tanpa dipungut biaya sedikit pun. Sementara, Sekda Gianyar telah saya perintahkan untuk membuat surat teguran ke Direktur RSUD Sanjiwani," tegas Mahayastra.

Mahayastra sendiri sempat menjenguk pasien yang sempat ‘dipingpong’ empat rumah sakit tersebut di RS Payangan, Jumat kemarin. Bupati yang mantan Ketua DPRD Gianyar dua kali periode (2004-2009, 2009-2013) ini terjun langsung untuk melihat kondisi IGA MAS di ruang perawatan RS Payangan.

Mahayastra menegaskan, terkait penolakan dari tiga ruymah sakit swasta dan RSUD Sanjiwani Gianyar terhadap pasien DB tersebut, pihaknya telah menugaskan Kadis Kesehatan Gianyar, dr Ida Ayu Cahyani, untuk mengusut tuntas kasus ini.

“Kadis Kesehatan sedang mengusut, kenapa sampai pasien ditolak? Sementara tadi (kemarin) saya sudah kunjungi di pasien di RS Payangan. Saya langsung ketemu bapak pasien dan suaminya. Saya kasi penjelasan, mereka sekarang sudah tenang," katanya.

Sementara itu, Dirut RSUD Gianyar, dr Ida Komang Upeksa, belum ber-hasil dikonfirmasi terkait surat teguran yang akan dilayangkan Bupati Gianyar melalui Sekda. Hingga berita ini ditulis, yang bersangkutan belum bisa dihubungi NusaBali.

Sedangkan Humas RSUD Sanjiwani, AA Parwata, mengatakan penolakan pasien DB asal Banjar Gelumpang, Desa Sukawati tersebut hanya salah paham. Menurut Parwata, pihaknya sudah menelusuri kasus ini. “Sekitar pukul 09.00 Wita (kemarin, Red), ada telepon masuk ke admision dari Puskesmas Sukawati bahwa ada pasien yang perlu dirawat inap, seraya menanyakan apakah ada kamar," ungkap Parwata saat dikonfirmasi NusaBali.

Ketika itu, menurut Parwata, hanya ada tersisa 1 kamar Kelas III di Ruang Arjuna RSUD Sanjiwani. Hanya saja, dalam kamar tersebut sedang dirawat satu pasien diabetes dengan luka terbuka pada kaki. "Puskesmas Sukawati sudah diberitahu tentang itu. Biasanya, pasien lain tidak nyaman jika berdampingan dengan pasien diabetes, karena tak tahan bau. Biar tidak rugi bolak-balik daftar, makanya langsung ke RS Payangan," jelas Parwata.

Parwata juga menyebutkan, pagi pukul 09.00 Wita belum waktunya visitasi dokter, sehingga belum terlihat adanya kepulangan pasien lain yang mengindikasi ada kamar kosong lainnya di RSUD Sanjiwani. "Maka, dianjurkan untuk nelepon kembali setelah pukul 11.00 Wita. Ini mis komunikasi, mungkin pasien baru mendengar percakapan admision dengan Puskesmas, sudah langsung merasa tidak dianggap. Padahal, setelah jam 11, ada banyak kamar kosong, pasien bisa memilih," terang Parwata. *nvi

Komentar