nusabali

Ribuan Wisman Tertahan di Bandara Ngurah Rai

  • www.nusabali.com-ribuan-wisman-tertahan-di-bandara-ngurah-rai

Wagub Cok Ace, menyayangkan kondisi ini dan menilai kontra produktif dengan usaha peningkatan pelayanan (hospitality) pariwisata Bali.

MANGUPURA, NusaBali

Pelayanan terhadap wisatawan asing yang hendak memasuki Pulau Bali melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung pada, Jumat (21/2) pagi hingga sore mengalami gangguan. Bahkan, gangguan itu menyebabkan ribuan penumpang tertahan selama 6,5 jam di bandara tersibuk kedua di Indonesia ini. Usut punya usut, terganggunya pelayanan ini karena sistem pemeriksaan passpor mengalami down. Saat ini, proses pemeriksaan sudah normal setelah tim teknisi dari Imigrasi melakukan perbaikan hingga, Sabtu (22/2) pagi. Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace,  menyayangkan kondisi ini dan menilai kontra produktif dengan usaha peningkatan pelayanan (hospitality) pariwisata Bali.

Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Bali, Sutrisno, mengakui adanya penumpukan penumpang di terminal kedatangan internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai itu pada, Jumat pagi mulai pukul 10.30 Wita hingga sore pukul 17.00 Wita. Penumpukan itu disebabkan adanya gangguan pada sistem pemeriksaan passpor bagi penumpang mancanegara. Sehingga, sistem yang terkoneksi dari pusat itu tidak bisa diakses alias down di Bandara Ngurah Rai. Karena adanya gangguan, petugas Imigrasi pun melakukan pemeriksaan secara manual terhadap para wisatawan.

Hal inilah yang menimbulkan penumpukan penumpang di seputaran area pemeriksaan passpor wisatawan asing. "Pada, Jumat tanggal 21 Februari 2020 sekitar pukul 10.30 Wita memang telah terjadi gangguan sistem yang ada di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Bandara Ngurah Rai. Sehingga terjadi kelambatan pelayanan bagi penumpang dari mancanegara yang datang ke Bali," ungkap Sutrisno melalui siaran pers yang diterima NusaBali, Sabtu (22/2) sore.

Sesaat setelah sistem jaringan down, pihaknya berusaha melakukan perbaikan. Namun, hal itu baru bisa teratasi sekitar 6,5 jam kemudian atau tepatnya pada, Jumat pukul 17.00 Wita. Hanya saja, perbaikan itu sebatas sementara dan mengakomodir para wisatawan yang sudah mengantre lantaran pemeriksaan manual.

Sementara, untuk jaringan sepenuhnya utuh atau berfungsi seperti sediakala baru selesai dikerjakan pada, Sabtu (22/2) pukul 04.00 Wita. "Setelah diketahui rusak, petugas kita langsung memutuskan untuk memberikan pelayanan secara manual bagi seluruh penumpang yang memerlukan pelayanan dan pemeriksaan keimigrasian di TPI Bandara Ngurah Rai Bali. Sehingga, pada sore harinya pukul 17.00 Wita telah selesai dilakukan perbaikan sistem sementara dan para penumpang tidak lagi dilakukan pelayanan dan pemeriksaan keimigrasian secara manual tetapi sudah secara sistem," terangnya.

Ditanyai terkait penyebab down-nya sistem milik Imigrasi itu, Sutrisno tidak merinci lebih detail. Sutrisno juga mengakui kalau sistem yang terkoneksi di Bandara Ngurah Rai itu sudah ada dari pusat. Sehingga, pihaknya tidak mengetahui secara pasti penyebabnya. Hal itu pun langsung disampaikan kepada tim teknis di pusat. Ihwal adanya serangan hacker beberapa waktu lalu di Imigrasi Denpasar?

Sutrisno juga tidak mau berandai-andai dan sepenuhnya jaringan itu di bawah kendali pusat. Sementara, ditanyai total penumpang/wisatawan yang terdampak karena jaringan down itu, dia juga enggan membeberkan data secara pasti dan mengelak kalau penumpukan karena proses pemeriksaan secara manual yang menyebabkan adanya antrean. "Untuk data pasti (yang terdampak gangguan,red) tidak ada," bebernya.

Terpisah Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace  menyayangkan kejadian terlunta-luntanya 2.000-an wisman di Bandara I Gusti Ngurah Rai, yang diduga akibat adanya error system imigrasi. Kata Cok Ace, dampak kejadian itu kontra produktif dengan usaha peningkatan pelayanan (hospitality) pariwisata Bali.

“Komplain (dari Konjen Australia) belum. Namun sudah ada keluhan dan informasi dari teman-teman soal ini,” ujar Cok Ace, Sabtu kemarin. Cok Ace menyatakan memahami yang namanya sistem bisa saja down. “Karena tidak mungkinlah kita bisa mengharapkan (sistem) tidak mati-mati,” tegasnya. Namun semestinya kata Cok Ace, langkah-langkah antisipasi sudah ada  sebelumnya. Sehingga jika terjadi hal yang tidak normal, bisa dilakukan penanganan dengan cepat. Tidak sampai berjam-jam tidak tertangani.

Apalagi, katanya dengan predikat Bandara I Gusti Ngurah Rai sebagai bandara internasional. “Kan beberapa kali sempat juara,” ujar tokoh asal Puri Agung Ubud, Gianyar yang juga Ketua Badan Pengurus Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Seluruh Indonesia (BPD PHRI) Bali ini.

“Misalnya kalau karena listrik, genset disiapkan sehingga segera tertangani,” tegasnya. Sedangkan kepada  wisman/penumpang yang terdampak akibat kejadian tersebut dilayani dengan baik. Minimal disediakan tempat duduk yang memadai atau layanan lain, sehingga wisman bisa merasakan sedikit lebih nyaman. Itu sebagai bentuk kompensasi atas error system tersebut. “Dulu karena faktor bencana alam gunung meletus saja kita layani dengan baik, apalagi jika kejadian karena faktor human error,” harap Cok Ace membandingkan.

Ke depan dia berharap kejadian serupa tidak terulang. Karena kontra produktif dengan upaya berbagai pihak, baik pemerintah maupun industri untuk meningkatkan citra dan memulihkan kepariwisataan Bali.

Terpisah, Ketua Bali Hotel Association (BHA), Ricky Putra, berharap setiap instansi yang menangani pariwisata punya kontigensi plan untuk mengantisipasi kejadian di luar kondisi normal atau plan utama. Di industri perhotelan, kontigensi plan itu merupakan SOP. Sehingga begitu ada kejadian tidak normal, sudah ada plan lain disiapkan. “Misalnya kita halaman terbuka siap 200 tenda, tiba- tiba hujan. Sudah ada antisipasinya kita ajak ke ruangan,” kata Ricky Putra menggambarkan.

Berdasarkan pengalaman, kata Ricky Putra wisman/tamu akan mengapresiasi  dan bisa memahami kondisi dari seberapa jauh usaha dan kesigapan menangani kejadian atau dampak yang terjadi di luar kondisi normal. “Mereka akan empati,” katanya. Sebaliknya, akan komplain jika upaya penanggulangan lamban. Apalagi, tidak melakukan sesuatu sama sekali.

Hal senada disampaikan Sekretaris Bali Villa Association (BVA), Agus Yoga Iswara. Dia meminta kejadian tersebut tidak terulang lagi. Karena bagaimanapun, peristiwa tersebut berimbas terhadap citra Bali sebagai daerah tujuan wisata. “Kalau di hotel atau vila kita ada back up system, untuk opsi kalau terjadi sesuatu,” tegas Yoga Iswara yang merupakan President Director Global Hospitality Expert (GHE), salah satu lembaga pengembangan SDM di bidang pariwisata ini.

Kasus ini juga mendapat sorotan dari Wakil Rakyat Bali di DPR RI. Anggota Komisi VI DPR Dapil Bali dari Fraksi Demokrat, Putu Supadma Rudana, mengatakan harusnya pemerintah segera ambil langkah emergency yang konstruktif dan solutif sehingga persoalannya bisa selesai dalam waktu cepat. "Tidak malah lama begini,  terkesan kita tidak menguasai teknologi. Memalukan. Kejadian error dalam sistem imigrasi di lingkungan Bandara yang menjadi wajah Indonesia khususnya Bali tidak boleh terjadi. Lebih dari 40 persen turis ke Indonesia itu masuk melalui Bali. Sistem error ini parah sekali," ujar politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar ini.

Sementara anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali dari Fraksi PDIP, I Nyoman Parta, secara terpisah mengatakan kasus  error pada sistem di Imigrasi lingkungan Bandara Ngurah Rai memprihatinkan. "Di tengah seriusnya virus Corona yang berdampak pada pariwisata, bukannya memberikan kesan positif tentang pelayanan. Justru terbalik," ujar Parta.

Dia mendorong ada upaya membenahi citra pariwisata Bali. Ternyata kembali ada kasus besar. "Kami di Komisi VI awalnya mendorong pemerintah melakukan upaya-upaya agar pariwisata cepat pulih. Seperti kebijakan tiket murah baik penerbangan domestik maupun penerbangan internasional. Kami juga mendorong pemerintah untuk mencari pasar turis di luar China. Eh malah kasus sistem error. Memalukan sekali," ujar Parta.

Menurut dia sistem keimigrasian bukan hanya menyangkut administrasi. Tetapi menyangkut keamanan negara. "Harusnya disiapkan antisipasi dengan segala kondisi dan keadaan," ujar mantan Ketua Komisi IV DPRD Bali ini. *dar, k17, nat

Komentar