nusabali

34 Tahun Bertugas, Layani 5 Gubernur Bali

Sukamto, Sopir Andalan Kantor Penghubung Provinsi Bali di Jakarta

  • www.nusabali.com-34-tahun-bertugas-layani-5-gubernur-bali

Saat awal menjadi sopir di Kantor Penghubung Provinsi Bali di Jakarta dengan status honorer tahun 1986, Sukamto hanya bergaji Rp 40.000 per bulan. Tapi, saat itu harga seporsi nasi di Jakarta baru Rp 500

DENPASAR, NusaBali

Kantor Penghubung (dulu disebut Kantor Perwakilan) Provinsi Bali di Jalan Cikini II Nomor 3 Jakarta Pusat, menjadi salah kantor yang paling sibuk belakangan. Ini karena banyaknya agenda pejabat Provinsi Bali di Jakarta, yang diurus melalui Kantor Penghubung. Salah satu personel yang selalu sibuk adalah Sukamto, 56, sopir di Kantor Pengubung Provinsi Bali yang sudah bertugas selama puluhan tahun di era lima Gubernur Bali berbeda.

Sukamto adalah sopir berstatus PNS kelahiran Purworejo, Jawa Tengah, 24 Desember 1964. Sukamto tercatat sudah selama 34 tahun bertugas di Kantor Pengubung Provinsi Bali di Jakarta sejak 1986. Dia sudah menghandle keperluan lima Gubernur Bali berbeda, yakni Prof Dr Ida Bagus Mantra (1978-1988), Prof dr Ida Bagus Oka (1988-1998), Dewa Made Beratha (1998-2008), Komjen Pol Purn Dr I Made Mangku Pas-tika (2008-2018), dan Dr Ir Wayan Koster MM (2018-2023).

Selain mnenghandle keperluan lima Gubernur Bali berbeda, Sukamto selaku sopir di Kantor Pengubung Provinsi Bali di Jakarta juga nmenghandle para Wakil Gubernur Bali dan Ketua DPRD Bali era 1986 hingga sekarang. Ketua DPRD Bali tersebut, antara lain, I Gusti Putu Raka, I Gusti Wayan Sudiksa, Ida Bagus Putu Wesnawa, AA Ngurah Oka Ratmadi, hingga I Nyoman Adi Wiryatama.

Ditemui NusaBali di Bandara Internasional Sukarno Hatta Cengkareng, Tangerang, Banten, Jumat (7/2) lalu, Sukamto mengaku diboyong orangtuanya dari Purworejo ke Jakarta sekitar tahun 1966. Saat itu, kedua almarhum orangtuanya: Kasman dan Suprapti, bekerja sebagai juru masak di Rumah Sakit Karulus Jakarta---yang lokasinya di seberang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Sukamto pun menikmati masa kecil, masa remaja, sampai sekarang di Jakarta. "Ya, saya sudah jadi warga Ibukota Jakarta," ujar Sukamto sembari terkekeh.

Sukamto memulai kariernya di Kantor Penghubung Provinsi Bali di Jakarta sebagai pegawai honorer pada 1985, ketika usianya baru 21 tahun. Sukamto kala itu baru 2 tahun menamatkan sekolah di SMP Diponegoro 1 Jakarta Timur.

Diceritakan, Sukamto awalnya kenal dengan salah satu juru masak di Kantor Penghubung Provinsi Bali, Mariadi. Dari perkenalannya dengan juru masak asal Jakarta Pusat itulah, Sukamto akhirnya bisa dibantu masuk kerja sebagai pegawai honorer di Kantor Penghubung Provinsi Bali.

Sejak awal sampai sekarang, mulai status honorer hingga diangkat jadi PNS, Sukamto bertugas sebagai sopir di Kantor Penghubung Provinsi Bali. Pada awal bertugas pertengahan tahun 1980-an itu, Sukamto menikmati profesinya sebagai sopir dengan gaji hanya Rp 40.000 per bulan. "Saat itu, harga nasi bungkus di Jakarta baru Rp 500. Jadi, lumayanlah dengan gaji segitu (Rp 40.000, Red)," kenang Sukamto.

Karena selama 34 tahun bertugas di Kantor Penghubung Provinsi Bali, Sukamto pun tahu betul karakter para pejabat asal Bali. Sejak bertugas di Kantor Penghubung Provinsi Bali, Sukamto yang hanya tamatan SMA menghandle lima Gubernur Bali berbeda. Dia pernah nyopir empat Gubernur Bali, kecuali Wayan Koster yang baru menjabat setahun.

"Dari Gubernur Ida Bagus Mantra sampai Gubernur Pastika, pernah saya sopiri kalau lagi ke Jakarta. Kalau Gubernur Wayan Koster, belum pernah saya sopiri," cerita ayah 4 anak dari perenikahannya dengan Alia ini.

Menurut Sukamto, dirinya juga pernah nyopiri sejumlah Wakil Gubernur Bali, Bupati, Walikota, hingga Ketua DPRD Kabupaten/Kota asal Bali. "Paling sering saya sopiri Wagub Bali Alit Kelakan (periode 2003-2008) dan Anak Agung Puspayoga (Walikota Denpasar 2000-2008 dan Wakil Gubernur Bali 2008-2013),” papar pria berperawakan kurus yang tinggal di rumah orangtuanya kawasan Rawamangun, Jakarta Timur ini.

Sukamto mengatakan, masing-masing pejabat asal Bali yang pernah disopiri, punya karakter berbeda. Mereka semuanya baik terhadap staf. Namun, Sukamto mengaku paling berkesan ketika nyopiri AA Ngurah Oka Ratmadi alias Cok Rat, Ketua DPRD Bali 2009-2014, saat datang ke Jakarta. Di mata Sukamto, Cok Rat ini figur yang unik.

"Cok Rat orangnya kocak dan selera humornya tinggi. Kalau beliau ke Jakarta dan saya ditugaskan nyetir, kami ketawa-ketawa terus. Lucu gitu orangnya," tegas Sukamto, yang menempuh pendidikan terakhir di SMA BKBM Jakarta (Kejar Paket) tamat pada 2019.

Menurut Sukamto, selama 34 tahun pengabdiannya di Kantor Penghubung Provinsi Bali, dirinya tidak pernah dimutasi. Sejak berstatus pegawai honorer hingga diangkat jadi PNS tahun 1989, Sukamto selalu ditugaskan sebagai sopir. Saat ini, Sukamto menyandang Golongan II C.

Bahkan, salah satu dari empat anak Sukamto, yakni si sulung Ryan Adi Bagus Saputra, 31, saat ini juga ikut bekerja di Kantor Penghubung Provinsi Bali di Jakarta, dengan status pegawai kontrak. "Kebetulan, ada lowongan di Protokol Kantor Penghubung Provinsi bali, ya anak saya diterima mengabdi di situ. Tapi, tugasnya bukan sopir, melainkan di bagian protokol," terang Sukamto.

Sedangkan 3 anak Sukamto lainnya dari perniukahannya dengan Alia, bekerja di tempat lain. Mereka masing-masing Risky Aris Setiawan, 29, Ambar Indiati, 27, dan Septian Nur Lestari, 23. Sukamto sendiri 2 tahun lagi akan pensiun sebagai PNS di Kantor Penghubung Provinsi Bali. Pasca pensiun nanti, Sukamnto akan menikmati masa pensiunnya dengan momong 4 cucunya di rumah. *nat

Komentar