nusabali

Tahun Baru, Hotel di Buleleng Diserbu Wisatawan

  • www.nusabali.com-tahun-baru-hotel-di-buleleng-diserbu-wisatawan

Antusias wisatawan ke Buleleng tinggi, hingga untuk mendapatkan akomodasi hotel berbintang menjadi hal sangat sulit.

SINGARAJA, NusaBali

Sebanyak 160 hotel berbintang dan non berbintang dengan 3.000 kamar di Buleleng menikmati malam pergantian tahun baru. Jika pada malam Natal 25 Desember 2019, hanya terisi 70-80 persen, okupansi itu pun terkatrol maksimal hingga 100 persen,  sejak  tanggal 29 Desember 2019. Kondisi kunjungan wisatawan di Buleleng itu disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Buleleng, Dewa Ketut Suardipa.

Suardipa, Rabu (1/1/2020), menjelaskan pada high season penghujung tahun 2019, Buleleng memang kecipratan berkah pariwisata Bali. Hanya saja kunjungan wisatawan yang menginap tetap lebih rendah dari tiga tahun terakhir. Wisatawan domestik dan mancanegara baru berdatangan pada tanggal 29 Desember ke atas. Baik di kawasan wisata Buleleng tengah, timur, barat dan selatan. “Kunjungan masih seperti tahun lalu. High season kemarin sempat lesu pada natal, ternyata di tahun baru ada last minute khusus tamu domestik sehingga hotel berbintang penuh 100 persen di tanggal 29 Desember kemarin,” jelas Dewa Suardipa.

Empat kawasan destinasi wisata di Buleleng masing-masing memiliki pasar tersendiri. Jika di kawasan tengah meliputi kawasan wisata Lovina dan sekitarnya pada libur Nataru dipenuhi oleh wisatawan domestik, maka destinasi wisata barat wilayah Pemuteran dan sekitarnya, destinasi wisata bagian timur meliputi sekitar Tejakula dan destinasi wisata bagian selatan meliputi Pancasari dan sekitarnya dipenuhi wisatawan mancanegara.

Hanya saja kondisi itu tak sejalan dengan kondisi di hotel melati yang tingkat kunjungannya hanya 30-50 persen. Bahkan menurut data yang dimiliki PHRI, kunjungan wisatawan yang datang ke Buleleng khususnya domestik rata-rata hanya menginap 1,5-2 malam. Sedangkan mancanegara rata-rata 2-3 malam.

Dari data dan fakta itu Dewa Suardipa mewakili pelaku wisata di Buleleng menyebutkan Buleleng masih memerlukan promosi serta perancangan destinasi wisata yang lebih diprioritaskan. “Destinasi wisata unggulan selama ini sudah ada hanya saja belum menjadi prioritas. Prioritas yang dimaksud adalah yang lebih wah tak hanya fisik, tetapi juga SDMnya, pelayanannya termasuk tiket masuk yang sudah profesional,” ungkapnya.

Menurut tokoh asal Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng ini, Buleleng dengan potensi wisata yang dimiliki belum tergarap maksimal. Sehingga wisatawan yang menginap selama ini masih ragu mencari tempat kunjungan selanjutnya setelah melihat wisata dolphin di Pantai Lovina. “Masalah pariwisata itu sangat kompleks tidak hanya persaingan internasional, tetapi ada persaingan pariwisata provinsi dan daerah. Wisatawan habis nonton dolpin kalau mau ke air panas meski kita di sini punya tetapi daerah lain menyuguhkan yang lebih wah, itu persaingan. Buleleng masih perlu kuliner dan atraksi malam untuk menahan wisatawan lebih lama stay di Buleleng,” kata dia.

Selain itu pemerintah juga harus segera berbuat untuk membangun destinasi prioritas yang lebih wah dan besar. Dirinya pun menyarankan jika pemerintah tak sanggup karena terkendala kemampuan keuangan daerah agar membuka keran untuk investor menanamkan modalnya di bidang pariwisata di Buleleng. Termasuk menyambut tol Jakarta-Surabaya. Menurut Suardipa Buleleng sebagai daerah terdekat dengan Banyuwangi punya potensi untuk disinggahi, kalau ada destinasi dan atraksi prioritas yang dimiliki. Hal itu pun disebutnya tidak mudah, namun jika semua komponen bergerak mengajukan proposal ke pemerintah pusat, niscaya lima tahun ke depan pasti terealisasi satu atau dua destinasi wisata prioritas di Buleleng.

“Patung Dolphin Lovina misalnya dibuat besar dan menjorok ke laut, bukit di Pemuteran bisa dimanfaatkan seperti misalnya tembok besar China, sekarang apalagi zaman selfie ini pasti sangat menjual karena Buleleng punya potensi alam yang luar biasa,” tegas dia.*k23

Komentar