nusabali

Isak Tangis Iringi Pengabenan Dosen Korban Bunuh Diri

  • www.nusabali.com-isak-tangis-iringi-pengabenan-dosen-korban-bunuh-diri

Jenazah Dr I Nyoman Ngurah Suwarnatha SH LLM, 39, dosen yang tewas bunuh diri, sudah diabenkan keluarganya di Krematorium Santha Yana Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara pada Radite Wage Wayang, Minggu (10/11) siang.

DENPASAR, NusaBali
Isak tangis keluarga iringi prosesi pengabenan yang dihadiri langsung Rektor Undiknas Denpasar, Dr Nyoman Sri Subawa ST SSos MM ini.

Sebelum diabenkan, jenazah Dr Nyoman Ngurah Suwarnatha sempat selama dua hari dititipkan di Rumah Duka Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Denpasar. Dosen dan peneliti Undiknas Denpasar ini sebelumnya ditemukan tewas gantung diri di dalam rumahnya kawasan Perum Prima Graha D13 Lingkungan Muding Kaja, Kelurahan Kerobokan Kaja, Kecamatan Kuta Utara, Badung, Jumat (8/11) sore pukul 15.30 Wita.

Prosesi upacara pengabenan jenazah almahum di Krematorium Santha Yana Desa Peguyangan Kangin, Minggu siang mulai pukul 12.00 Wita, dihadiri ratusan orang. Segenap civitas akademika Undiknas Denpasar juga hadi. Proses berlangsung selama 4 jam hingga ritual nganyut di Tukad Ayung sore pukul 16.00 Wita.

Pantauan NusaBali, istri almarhum, Maharatu Giri Pratiwi, juga hadir bersama kedua anaknya: Gusti Pasek Arbawa, 19, dan Victory Giri, 5. Demikian pula sang ayah Wayan Gede Wenten Suparlan, 70, yang hadir bersama kedua kakak almarhum, Putu Eka Windari, 42, dan Kadek Dwi Jaya, 40. Mereka datang dari kampung halamannya di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng.

Selama jenazah suaminya dibakar, Maharatu Giri Pratiwi tampak tiada henti menangis sambil memeluk foto almarhum yang mengenakan toga. Maharati berusaha ditenangkan oleh putra sulungnya, Gusti Pasek Arbawa. Sambil menangis, ibu dua anak ini mengaku belum bisa menerima kenyataan suami tercintanya pergi buat selamanya.

“Saya mohon maaf, saya belum bisa menerima kenyataan ini. Saya tidak bisa mengungkapkan apa-apa tentang peristiwa yang ujungnya seperti ini,” tutur Maharatu saat dihampiri NusaBali. “Sesungguhnya saya juga belum bisa menerima kepergian anakku ini. Dia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara,” sambun ayah almarhum, Gede Wenten Suparlan.

Sedangkan Rektor Undiknas Denpasar, Nyoman Sri Subawa, menceritakan semasa hidupnya, almarhum Nyoman Ngurah Suwarnatha merupakan dosen dan peneliti yang andal. Almarhum sangat concern melakukan penelitian di bidang hukum. Almahurm baru dua bulan yang lalu menerima gelar Doktor Ilmu Hukum dari UGM Jogjakarta.

“Saya sangat kehilangan sosok intelektual yang memiliki rutinitas dan dedikasi tinggi terhadap lembaga. Sangat disayangkan hal ini terjadi. Beliau ini cerdas dan tekun membidangi ilmu hukum. Beliau mengabdi sejak tahun 2005 sebagai dosen PNS yang dipekerjakan di Undiknas,” tutur Sri Subawa.

Sri Subawa menyebutkan, selama 14 tahun menjadi doden di Undiknas, almarhum Ngurah Suwarnatha tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya. Almarhum juga tak pernah bermasalah dengan siapa pun di kampus. Karena pintar dan keuletannya, almarhum diangkat menjadi salah satu peneliti di Undiknas.

Selama ini lanjut, Sri Subawa, tidak ada tanda-tanda kalau almarhum Ngurah Swanatha akan nekat melalukan ulahpati (mengakhiri hidup denhgan cara gantung diri). Menurut Sri Subawa, dirinya terakhir bertemu almarhum pada 10 September 2019 di UGM Jogjakarta, saat yang bersangkitan menerima gelar Doktor Ilmu Hukum.

Sri Subawa mengatakan, sebenarnya almarhum Ngurah Suwarnatha direncanakan untuk diangkat mengajar Ilmu Hukum di Pascasarjana Undiknas. Namun, rencana itu buyar, karena almarhum keburu berpulang buat selamanya secara tragis.

Sementara, salah seorang mahasiswa bimbingan almarhum di S1 Undiknas, Jeri Lapian, mengatakan Ngurah Suwarnatha adalah dosen yang sangat tegas, tapi suka bergaul dengan mahasiswanya. Dalam setiap kesempatan, almarhum selalu menekankan tentang kejujuran.


BACA JUGA: Dosen Undiknas Ditemukan Tewas Gantung Diri


“Beliau adalah dosen yang sangat tegas dalam mengarahkan mahasiwa menjadi orang jujur. Contoh sederhana yang ditawarkannya adalah jujur dalam mengerjakan soal ujian. Beliau adalah dosen pembimbing saya. Beliau membimbing saya dalam membuat laporan dan mengarahkan untuk PKL,” tutur mahasiswa Semester VII Fakultas Hukum Undiknas ini.

Nyoman Ngurah Suwarnatha sendiri sebelumnya ditemukan tewas gantung diri di rumahnya, Jumat sore pukul 15.30 Wita. Dua hari sebelumnya ditemukan tewas ulahpati, almarhum diketahui sempat video call dengan sang istri Maharatu Giri Pratiwi, Rabu (6/11) malam pukul 20.00 Wita.

Dalam video call dengan sang istri malam itu, dosen Undiknas yang baru dua bulan meraih gelar Doktor Ilmu Hukum ini mengatakan akan nekat gantung diri. Namun, tidak disebutkan kenapa berbuat nekat?

Setelah video call dengan suaminya yang ancam akan gantung diri malam itu, Maharatu kemudian meminta bantuan kepada paman almarhum, I Nyoman Tilem Darmawan, 48, untuk menjenguk ke rumahnya di Perum Prima Graha D13 Lingkungan Muding Kaja, Kelurahan Kerobokan Kaja, Kecamatan Kuta Utara. Namun, per-mintaan itu tak ditanggapi serius oleh sang paman.

Maharatu curiga terjadis sesuatu, karena selama dua hari sejak video call malam itu, suaminya tak pernah angkat telepon. Maharatu yang sehari-harinya tinggal terpisah di Kota Tabanan, pun datang ke tempat tinggal suaminya di Kelurahan Kerobokan Kaja, Kecamnatan Kuta Utara, Jumat sore.  

Saat tiba di lokasi, Maharatu menemukan mobil suaminya terparkir di garase. Sementara pintu rumah dalam keadaan terkunci dari dalam. Merasa ada yang tak beres, Maharatu pun mengajak tetangga untuk bersama-sama melihat ke dalam rumah, dengan membuka paksa pintu. Maharatu terkejut menemukan suaminya tewas menggantung dengan leher terjerat tali rafia yang dikaitkan ke kusen kamar mandi. *pol

Komentar