nusabali

Krama Dentiyis Gelar Ngaben Ngerit 3 Tahun Sekali

  • www.nusabali.com-krama-dentiyis-gelar-ngaben-ngerit-3-tahun-sekali

Krama Banjar Dentiyis, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, menggelar Ngaben Ngerit (massal) tiap tahun sekali. Periode waktu Ngaben ini didasari perarem krama banjar.

GIANYAR, NusaBali

Hal itu disampaikan Kelian Adat Banjar Dentiyis, Desa Batuan, I Made Sinar, di sela-sela pelaksanaan Ngaben Ngerit diikuti 14 sawa (roh), Wraspati Wage Medangkungan, Kamis (26/9), bertepatan dengan Kajeng Dadi.

"Di bajar kami, krama memang diharuskan untuk Ngaben Ngerit. Palebon atau Ngaben langsung, hanya diperbolehkan untuk kalangan pamangku," jelasnya.

Dia menyampaikan, pada tahun – tahun sebelumnya Ngaben Ngerit sempat digelar setahun sekali. Namun periode setahun sekali dirasa kurang efesien sehingga diubah jadi setiap tiga tahun sekali. Begitu juga dengan pamereman yang ada berupa lembu, dari balai banjar menuju setra tepatnya di perempatan jalan, silih berganti berputar dilanjutkan saling tabrakkan. ‘’Tabrakan dimaksudkan dalam upacara yang berlangsung dapat lebih memupuk dan menunjukkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan,’’ jelasnya.

Jelas dia, saat Ngaben kemarin, jumlah Lembu ada delapan, ditambah dengan Bebean hingga Tabla menjadi 14 pamereman. Pengarakannya juga diutamakan kebersamaan agar bisa berjalan dengan lancer. Made Sinar menegaskan khusus di Banjar Dentiyis, tidak diperkenankan ada warga Ngaben sendiri-sendiri. Terkecuali jenazah mengabenkan Pamangku ataupun pandita. Sedangkan warga biasa, harus mengutamakan kebersamaan dengan ngaben di banjar yang telah disepakati sesuai pararem.

Pada Ngaben Kamis kemarin, Pamereman berupa Lembu maupun Tabla yang diarak oleh karma dari balai banjar setempat sampai ke setra. Uniknya, di Catus Pata Desa Batuan,  Lembu yang diarak sengaja ditabrakkan dengan tujuan menjalin rasa kebersamaan. Pantaun di lapangan, prosesi mengarak Lembu dimulai pukul 10.30 Wita, oleh ratusan krama  diiringi dua barung gambelan Baleganjur. Sedangkan yang membedakannya lagi dengan prosesi Ngaben di tempat lain adalah dibawanya Penjor berbahan tangkai bambu berisikan daun bambu. Penjor itu pun dilengkapi sebuah kain putih yang di dalamnya berisikan banten dan diikat menggunakan benang tri datu (putih, merah, hitam).

Salah seorang warga, Ni Ketut Warti menjelaskan penjor tersebut hanya dibawa oleh krama yang memiliki hubungan darah kepada sawa yang diaben. “Kalau kumpinya yang diaben baru harus bawa penjor ini. Terbuat dari tangkai bambu, di dalam kain kasa dibungkus eteh-eteh dan anget-angetan sama jarum. Tujuannya untuk mapamit kumpinya yang akan diaben agar prosesi upacara hingga rohnya mendapat tempat yang terbaik,” imbuhnya.

Ketua Panitia Ngaben Ngerit I Made Sujendra mengatakan, selama persiapan hingga Ngaben berakhir, pihaknya selalu menjaga desa agar bebas dari sampah terutama sampah plastik. Dia mengaku mendukung program desa sendiri yang bebas dari sampah plastik. Sehingga selama prosesi Ngaben, krama selalu diimbau agar menjaga kebersihan. “Melalui Batuan Clean Up, kami juga bertanggung jawab menjaga kebersihan. Termasuk dalam prosesi Ngaben ini,” terangnya.

Dia mengatakan langkah itu sebagai bentuk partisipati yang dilakukan demi menjaga lingkungan agar tetap bersih. Sehingga dari itu sangat masuk dalam konsep ajaran Agama Hindu yang disebut dengan Tri Hita Karana (Hubungan baik antara Tuhan, Alam, dan Manusia). “Selama prosesi ngaben ini berlangsung sudah ada beberapa warga yang memang ditugaskan membawa kantung sampah. Supaya warga lainnya juga sadar akan kebersihan lingkungan,” ungkap Sujendra. *nvi

Komentar