nusabali

Harga Jeruk Anjlok, Petani Kelimpungan

  • www.nusabali.com-harga-jeruk-anjlok-petani-kelimpungan

Kebun Jeruk di kawasan Tegallalang dan Payangan, Gianyar, saat ini sedang memasuki musim panen. Namun bukannya keuntungan yang diperoleh para petani.

GIANYAR, NusaBali

Harga Jeruk malah anjlok menjelang hari raya Galungan, Buda Kliwon Dungulan, Rabu (24/7), Hampir menjadi rutinitas, tiap kali panen raya harga jeruk justru turun. Stok jeruk yang melimpah diprediksi menjadi faktor penyebab. Maka dari itu, petani Jeruk berharap sinergitas antara sektor pertanian dan pariwisata tidak sebatas wacana semata. Dengan adanya kepastian permintaan Jeruk dari pariwisata, diharapkan harga jeruk stagnan bahkan bisa meningkat.

Salah satu petani Jeruk di Banjar Let Desa Taro Kecamatan Tegallalang, Ni Komang Rini mengaku tak rela menjual jeruknya terlalu murah. Jeruk yang tak laku dijual dengan harga standar, lebih baik dijadikan pupuk. "Saat ini cuma ditaksir Rp 3.500 per kg. Alasan dari pengepul, karena stoknya yang melimpah. Jadi tyang tunda dulu jualnya, yang terlanjur matang tyang biarkan saja untuk jadi pupuk," jelasnya. Biasanya, menyambut hari raya Galungan dan Kuningan harga jeruk rata-rata Rp 5.000 sampai Rp 6.000 per kg. "Tapi sekarang turun drastis,” jelas Rini.

Perempuan berumur 31 tahun ini mengaku punya ratusan pohon jeruk yang siap panen di atas lahannya seluas 20 are. Dalam setahun, pohon Jeruk hanya panen sekali. Untuk sekali panen, bisa dipetik beberapa kali. "Ini sudah metik untuk keempat kalinya," jelasnya. Jenis jeruk yang dipanen yakni Jeruk Siem. Dalam sekali petik, Rini bisa mmengumpulkn sebanyak 500 kg jeruk. "Selang 20 harinya lagi, kembali bisa dipanen. Tapi di pohon yang lain," jelasnya. Selain dijual ke pengepul, sebagian hasil panen dijual ke daerah Sekar Dadi, Kabupaten Bangli untuk dikemas dan dikirim ke luar Bali. Biasanya sebagian buah bisa ia jual ke pedagang dan pengepul lain untuk dijual ke pasar-pasar yang ada di daerah Gianyar sampai Denpasar. Namun karena hargnya anjlok, sebagian yang tidak terpakai setelah dipacking itu dia mengaku hanya digunakan sebagai pupuk di pohon jeruk itu sendiri.

Disinggung dengan pengaruh cuaca, ia mengatakan hanya terpengaruh pada hujan abu erupsi Gunung Agung beberapa waktu lalu. Sedangkan pengaruh cuaca yang lainnya, dikatakan tidak ada pegaruh yang sangat berarti. Namun biasanya pohon jeruk sering diserang peyakit yang disebut dengan ranting kering.

“Biasanya ini kendala penyakit pohon jeruk sendiri yang dikatakan ranting kering. Itu membuat buahnya tidak bagus bahkan lepas dari rantingnya. Kalau beli obatnya mubasir juga, karena harga obatnya tidak sebanding dengan harga hasil panennya. Jadi saya biarkan saja digunakan pupuk langsung,” tandasnya.

Rini pun mengakui, menjadi petani jeruk sudah ia lakoni sejak enam tahun lalu. Dia mengalami harga buah jeruk yang anjlok tersebut sudah yang ketiga kalinya. Buah jeruk yang diambil oleh pengepul sekarang, sepengetahuannya biasa dijual seharga Rp 4 ribu sampai Rp 4.500.  "Ini sudah yang ketiga kalinya saat panen jeruk harganya malah anjlok,” imbuhnya.*nvi

Komentar