nusabali

Kontingen Kota Surakarta Pentaskan Tari Jaranan

  • www.nusabali.com-kontingen-kota-surakarta-pentaskan-tari-jaranan

Kontingen Kota Surakarta, Jawa Tengah, tampilkan Tari Jaranan Putri di Festival Pusaka Nusantara dan Rapat Kerja Nasional VII JKPI (Jaringan Kota Pusaka Indonesia) 2019 di Taman Budaya Candra Buana, Jalan Ngurah Rai Amlapura, Minggu (23/6) malam.

AMLAPURA, NusaBali

Tarian ini dibawakan oleh dua penari laki dan 8 penari perempuan. Para penari menunggangi kuda tiruan sambil diiringi musik kenong, kendang, dan gong.

Tari Jaranan Putri yang dikoordinasikan Esti Andrini ini disaksikan langsung Walikota Surakarta FX Hadi Rudyhatmo didampingi Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa dan Sekda Karangasem I Gede Adnya Muliadi. Penampilan kontingen Tari Jaranan Putri mendapatkan aplaus dari ribuan penonton. Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo langsung naik panggung mengapresiasi tarian itu. “Kami berterima kasih kepada masyarakat Karangasem yang mengapresiasi tarian ini. Kami berterima kasih kepada Pemkab Karangasem yang telah memberikan kesempatan tampil di panggung ini,” ungkap FX Hadi Rudyhatmo.

Walikota Surakarta FX Hadi Rudyhatmo mengatakan, kedatangannya selain mengikuti Festival Pusaka Nusantara dan Rakernas VII JKPI, juga mengucapkan HUT ke-379 Kota Amlapura. “Semoga kita sama-sama memelihara, menjaga, dan melestarikan warisan pusaka yang merupakan jiwanya budaya nasional,” jelas FX Hadi Rudyhatmo. Sebab bangsa yang berbudaya adalah bangsa yang bermartabat. “Sebenarnya kami mau bertanya kepada Direktur Eksekutif JKPI, sayangnya beliau telah pulang. Kami berharap penyelenggaraan JKPI ke depan lebih baik lagi,” harapnya.

Salah satu penari, Devi Putri mengatakan untuk tampil di panggung Festival Pusaka Nusantara berlatih intensif sebulan. Sehingga semua gerak tari jadi kompak dan seirama dengan musik sebagai pengiringnya. Disebutkan, tari jaranan itu sempat dibawakan siswa SD dan SMP secara massal sebanyak 5.000 penari di Solo, Senin (29 April 2019). Penarinya berpakaian prajurit menunggang kuda tiruan. Devi Putri mengatakan, Tari Jaranan berasal dari Jawa Timur, tetapi berkembang juga di Surakarta. Kuda tiruan yang ditunggangi terbuat dari anyaman bambu kemudian dihias warna-warni.

Tariannya menggambarkan gerombolan prajurit berkuda, sesuai sejarahnya prajurit berkuda mengiringi pernikahan Dewi Songgo Langit dengan Klono Sewandono perjalanan dari Kediri ke Wangker. Sesuai keyakinan masyarakat di Jawa, Tari Jaranan merupakan media perantara komunikasi dengan leluhur. Makanya, sering penarinya kerwuhan (trance). Stiap menarikan Tari Jaranan mengajak pawang yang lebih lazim disebut gambuh. Tari Jaranan biasanya dibawakan saat upacara perkawinan, sunatan, penyambutan tamu besar, dan festival. *k16

Komentar