nusabali

RSUD Karangasem Tambah 9 Mesin Cuci Darah

  • www.nusabali.com-rsud-karangasem-tambah-9-mesin-cuci-darah

RSUD Karangasem akan menambah 9 mesin untuk melayani pasien cuci darah.

AMLAPURA, NusaBali

Pasien asal Karangasem yang cuci darah di Denpasar bisa terlayani di RSUD Karangasem. Dengan rutin cuci darah dan menjaga pola makan, ada pasien bertahan hingga 15 tahun.

Direktur RSUD Karangasem I Wayan Suardana mengungkapkan, semula memiliki 13 mesin, hanya 12 mesin dioperasikan, satu mesin sebagai cadangan. Selanjutnya bertambah jadi 15 mesin, dioperasikan 14 mesin, satu mesin tetap sebagai cadangan. “Dalam waktu dekat ada tambahan 9 mesin lagi sehingga lebih optimal melayani pasien cuci darah. Pasien dari Karangasem tidak lagi cuci darah ke Denpasar,” jelas Wayan Suardana, Kamis (20/6).

Dikatakan, pasien dari Karangasem ke Denpasar capek di perjalanan. Apalagi ada yang cuci darah dua kali seminggu. Pasien yang cuci darah karena mengalami gagal ginjal. Pasien yang bukan gagal ginjal juga perlu cuci darah terutama yang disebabkan PH (pangkat hidrogen atau power of hydrogen) darah rendah, kondisi keracunan, metabolisme tinggi, penurunan kesadaran, dan terjadi penumpukan cairan dalam tubuh.

Pasien cuci darah yang mengalami gagal ginjal juga dibagi dua, penderita gagal ginjal kronis mesti menjalani cuci darah seumur hidup. Pasien dengan penyakit ginjal akut hanya menjalani cuci darah selama kondisi ginjal masih sakit. Tujuan cuci darah untuk membersihkan racun dalam tubuh karena ginjal tak mampu lagi buang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh. Hanya saja efek samping cuci darah bisa menyebabkan terjadi hernia atau ada cairan tertahan cukup lama dalam tubuh, terjadi kenaikan berat badan, dan tekanan darah rendah.

Cuci darah juga berefek pada kram pada otot, gatal pada kulit, sakit pada tulang dan persendian, kelelahan, dan sebagainya. “Bagi pasien yang disiplin menjaga pola makan, tetap sehat apabila cuci darah teratur. Buktinya ada pasien hingga 15 tahun rutin cuci darah,” tambahnya. Salah satu pasien cuci darah I Wayan Roja, 56, dari Banjar Abiantiying, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat mengaku telah 6 tahun menjalani cuci darah. Semula cuci darah di Denpasar selama lima tahun, selanjutnya sejak Januari 2019 pindah cuci darah di RSUD Karangasem.

Wayan Roja didiagnose gagal ginjal. Keluhannya mual-mual, gatal, pegal, dan pusing. “Jika terlambat cuci darah, badan pegal, pusing, gatal dan tidak bisa tidur,” kata Wayan Roja. Selama menjalani cuci darah tidak pernah buang air, hanya buang air besar, itu pun dalam volume sedikit. “Saya tidak mengerti 6 tahun kami tidak pernah buang air, entah di mana kencing itu terbuang,” katanya. *k16

Komentar