nusabali

KESEHATAN: Kelebihan Cairan

  • www.nusabali.com-kesehatan-kelebihan-cairan

Apa yang terjadi jika tubuh kelebihan cairan ?

Tubuh manusia terdiri dari 60% air. Air penting bagi tubuh untuk membantu menjalankan setiap fungsinya dengan baik demi menjaga kesehatan.

Namun demikian, jika tubuh kelebihan volume cairan justru akan berbalik sangat membahayakan. Kondisi tersebut dikenal dengan istilah hypervolemia. Hipervolemia adalah berbagai gejala yang diakibatkan oleh kelebihan volume air dalam tubuh, yang kemungkinan dapat disebabkan gangguan kesehatan tertentu sehingga tubuh tidak dapat mengatur penyimpanan air di dalam tubuh.

Hipervolemia seperti dilansir laman hellosehat adalah istilah medis yang menggambarkan kondisi ketika tubuh menyimpan terlalu banyak kelebihan volume cairan. Kelebihan cairan tersebut bisa menumpuk di luar sel-sel tubuh atau di ruangan antar sel di dalam jaringan tertentu. Hipervolemia juga menggambarkan kondisi kelebihan cairan dalam aliran darah. Dalam keadaan normal, kadar cairan tubuh dikendalikan oleh ginjal. Ketika ginjal mendeteksi tubuh sudah menyimpan banyak cairan, ginjal akan bantu mengeluarkannya lewat urin. Begitu pula sebaliknya. Jika ginjal mendeteksi tanda-tanda tubuh kekurangan cairan, ginjal akan mengerem produksi urin.

Pada orang-orang yang mengalami hipervolemia, keseimbangan cara kerja ini terganggu sehingga tubuh tidak dapat mengeluarkan cairan yang berlebih. Jika terjadi secara terus-menerus, simpanan air tersebut akan mengisi rongga dan jaringan dan aliran darah. Penyebab ketidakseimbangan pencetus hipervolemia dapat dipicu oleh penumpukan garam sodium di dalam tubuh. Tingginya garam sodium menyebabkan retensi, ketika tubuh menyimpan lebih banyak air untuk menyeimbangkan kadar garam tersebut.

Hipervolemia itu sendiri bukanlah penyakit, namun cenderung sebagai tanda atau gejala yang sering ditemukan pada orang-orang yang mengalami beberapa kondisi berikut:

Gagal jantung kongestif – Hipervolemia merupakan gejala yang umum pada penderita gagal jantung dan sangat sulit diatasi meski dengan pengobatan. Gagal jantung kongestif menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi ginjal untuk mengeluarkan kelebihan cairan.

Gagal ginjal – Sebagai organ utama dengan tugas mengatur kadar air, kerusakan ginjal akan secara otomatis berdampak pada gangguan keseimbangan cairan di dalam tubuh. Kondisi ini juga dapat menyebabkan gangguan pada saluran cerna, hambatan proses pemulihan luka, dan gagal jantung.

Sirosis hati – hati (liver) adalah organ yang berperan dalam penyimpanan dan penggunaan nutrisi serta menyaring racun. Gangguan pada hati menyebabkan retensi cairan di sekitar perut dan berbagai bagian tepi tubuh.

Penggunaan intravena (infus) – Pemasangan infus bertujuan untuk mencegah dehidrasi. Namun, cairan intravena yang mengandung air dan garam akan langsung masuk ke aliran darah dan memicu hipervolemia. Kondisi hipervolemia yang berkaitan dengan cairan infus sering ditemukan pada pasien pascaoperasi. Hipervolemia yang terkait penggunaan infus dapat meningkatkan risiko kematian.

Faktor hormonal – naik turun hormon selama masa kehamilan dan PMS dapat menyebabkan tubuh dapat menyimpan cairan lebih banyak. Hal ini dapat menyebabkan gejala mual dan tidak nyaman.

Obat – Beberapa jenis obat diketahui berkaitan dengan kondisi hipervolemia ringan. Misalnya pil KB, terapi hormon, obat antidepresan, obat hipertensi, dan obat antinyeri NSAID.

Makanan tinggi garam – Konsumsi tinggi garam atau lebih dari 2300 mg/hari diketahui berkaitan dengan kondisi hipervolemia, tapi tidak menyebabkan gejala yang berarti. Kecuali jika terjadi pada anak-anak, lansia, dan mereka dengan gangguan kesehatan berisiko hipervolemia.

Hipervolemia jarang menimbulkan masalah serius pada indvidu sehat yang tidak memiliki faktor risiko tertentu. Namun, hipervolemia pada seseorang yang berisiko gangguan jantung, gangguan ginjal, serta kerusakan hati perlu segera diatasi.

Pengobatan hipervolemia adalah dengan obat diuretik untuk meningkatkan jumlah cairan urin yang dikeluarkan. Namun penggunaan perlu dengan pengawasan dokter, khususnya pada seseorang yang memiliki gangguan jantung. Untuk menghindari hipervolemia, seseorang dengan riwayat jantung dan ginjal perlu menerapkan pola makan rendah garam untuk membatasi kadar garam dalam tubuh. Begitu juga dengan pembatasan konsumsi air pada pasien dengan riwayat gagal jantung kongestif. *

Komentar