nusabali

Bermodal Rp 1,5 M, Perlu RAB Rp 7,5 M

  • www.nusabali.com-bermodal-rp-15-m-perlu-rab-rp-75-m

Jembatan ini dulunya hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki karena kontruksinya hanya tiang pancang.

Warga Pengelatan Bangun Jembatan Swadaya


SINGARAJA, NusaBali
Warga Desa Pengelatan, Kecamatan Buleleng, Buleleng, bertekad tinggi mewujudkan jembatan dengan rencana anggaran belanja (RAB) Rp 7,5 miliar. Namun dana yang ada untuk mewujudkan jembatan ini hanya Rp 1,5 miliar. Denagn dana itu, pengerjaan fisik jembatan sudah mencapai 75 persen.

Jembatan dibangun di atas Tukad (sungai) Buwus untuk  menghubungkan dua banjar di Desa Pengelatan, yakni Banjar Dinas Dauh Tukad dengan Banjar Kajanan. Jembatan dengan panjang 50 meter, lebar 6,5 meter dengan tinggi jembatan dari permukaan Tukad Buwus, sekitar 25 meter.

Dulunya, akses warga dari dua banjar itu hanya melintasi titi (jembatan kecil,Red) berukuran 1,5 meter, berada beberapa meter di atas Tukad Buwus. Jembatan ini dulunya hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki karena kontruksinya hanya tiang pancang. Jembatan itu pun diperkirakan dibangun di tahun 1970-an.

Seiring perkembangan jumlah penduduk, akses jembatan itu pun dinilai sangat vital. Karena selain menghubung dua banjar, terutama anak-anak dari Banjar Dauh Tukad yang bersekolah ke SD dan SMP yang lokasinya ada pusat desa. Jembatan itu juga memiliki akses menghubungkan beberapa desa bertetangga seperti Desa Petandakan, Pegadungan, dan Desa Nagasepaha. Akses jembatan itu juga kerap menjadi alternative terpendek saat upacara pemakaman jenazah ke Setra Desa Pakraman Pengelatan.

Menyusul perkembangan tersebut, para tokoh masyarakat Desa Pengelatan kemudian mengajukan proposal bantuan ke Pemprov Bali, melalui anggota DPRD Bali asal Buleleng. Dalam proposal itu kebutuhan dana pembangunan jembatan itu sekitar Rp 7,5 miliar, sesuai perhitungan pihak desa dengan tim teknis dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Buleleng.

Akhirnya pada Agustus 2018, proposal tersebut hanya mendapat dana sebesar Rp 1,5 miliar. Meski dananya masih terlalu jauh, pihak desa sepakat membangun. Jembatan itu kemudian mulai dikerjakan pada September 2018. “Karena dananya belum mencukupi, tetapi karena kami sejak lama memimpikan jembatan, kami bangun secara swadaya,” ungkap salah satu tokoh masyarakat Desa Pengelatan, Wayan Soma Adnyana, di lokasi jembatan, Minggu (31/3).

Menurut Soma Adnyana yang juga panitia proyek jembatan, karena dana terbatas maka pihaknya kemudian menyesuaikan struktur bangunan dengan memanfaatkan batu kali yang ada di lokasi. Selain itu, penggunaan alat berat memanfaatkan milik pribadinya secara gratis. “Tadinya mau pakai baja, tetapi karena dana terbatas, kami manfaatkan batu kali yang ada sebagai dingding dan senderan. Disamping itu, saya punya alat berat dipakai disini. Jadi ini sangat membantu pengiritan biaya, tanpa mengurangi kekuatan jembatan,” terang Soma Adnyana.

Ia berharap Pemprov Bali dan kabupaten tetap memberi perhatain agar jembatan tersebut bisa diwujudkan. Karena saat ini, pekerjaan jembatan baru mencapai 75 persen. “Kami belum tahu, kapan jembatan ini bisa terwujud. Tetapi kami akan terus berusaha mewujudkan,” tandasnya.

Perbekel Pengelatan Nyoman Budarsa mengaku desa belum bisa mengarahkan kucuran Dana Desa sekitar Rp 800 juta dalam APBDes untuk pembangunan jembatan di Tukad Buwus. Alasannya, kegiatan prioritas lainnya masih sangat mendesak. Disamping itu, jika dana desa diarahkan seluruhnya ke pembangunan Jembatan, kemungkinan besar seluruh dana akan tersedot hanya untuk membangun jembatan. *k19

Komentar