nusabali

Dua Siswi SMAN 1 Singaraja Sukses Menciptakan Alat Kontrol Suhu Ruangan

  • www.nusabali.com-dua-siswi-sman-1-singaraja-sukses-menciptakan-alat-kontrol-suhu-ruangan

Dua siswi SMAN 1 Singaraja, Buleleng, Putu Citra Cahyanti, 16, dan Tjokorda Istri Diah Candra Permatasari, 16, berhasil menciptakan sebuah alat pengontrol suhu ruangan.

SINGARAJA, NusaBali
Berkat hasil karyanya itu, mereka sukses meraih medali Honorable Mention Bidang Teknologi dalam ajang Indonesian Science Project Olympiad 2019. Mereka mendedikasikan hasil karyanya tersebut untuk pelestarian lontar kuno di Bali.

Medali Honorable Mention Bidang Teknologi tersebut direngkuh Putu Citra Cahyanti dan Tjokorda Istri Diah Candra Permatasari, keduanya siswi Kelas XI MIPA 1 SMAN 1 Singaraja, dalam ajang Indonesian Science Project Olympiad 2019 yang digelar Yayasan Karisma Bangsa, Tangerang Selatan, Banten, 22-24 Februari lalu.

Putu Citra Cahyanti menyebutkan, ide membuat alat pengontrol suhu ruangan yang diberi nama ALTRO ini bermula saat mereka berkunjung ke Museum Lontar Gedong Kirtya Singaraja, yang menjadi tempat menyimpanan ribuan lontar kuno. Saat itu, Citra Cahyanti dan Diah Candra tanpa sengaja melihat beberapa lontar kuno yang mengalami kerusakan.

“Jadi, di situ (Museum Lontar Gedong Kirtya) kami temukan ada lontar kuno yang rusak, seperti patah dan pecah, sehingga tulisan dan informasi penting di dalamnya tidak dapat terbaca,” ungkap Citra Cahyanti di Singaraja, Minggu (3/3).

Berasngkat dari situ, Citra Cahyanti dan Diah Candra kemudian menggagas ide untuk melakukan penelitian di Museum Lontar Gedong Kirtya. Dari hasil penelitiannya, mereka menemukan salah satu penyebab utama kerusakan lontar di Gedong Kirtya adalah masalah suhu ruangan.

Berdasarkan kajian itu, Citra Cahyanti dan Diah Candra dengan dibimbing oleh guru pembina Gede Yudi Seputra kemudian menciptakan sebuah alat pengontrol suhu ruangan. Alat tersebut digadang-gadang mampu mencegah kerusakan lontar akibat kondisi ruangan yang terlalu lembab atau terlalu kering. Alat pengatur suhu ruangan ini pun didedikasikan khusus untuk upaya pelestarian lontar-lontar kuno di Bali, agar selamat dari kerusakan.

Menurut Citra Cahyanti, alat pengontrol suhu ruangan yang mereka ciptakan bekerja dengan sistem otomatis. Alat tersebut mampu mendeteksi suhu, kelembaban, asap, dan api yang ada di dalam ruangan Museum Lontar Gedong Kirtya.

Cara kerja alat tersebut diawali dengan memasang sensor di dalam ruangan yang mendeteksi suhu, kelembaban, asap, dan api. Kemudian, hasilnya akan ditampilkan di LCD yang ada dalam microcontroler. Selanjutnya, program yang ada di dalam microcontroler itu akan menghubungkan ke relay dalam bentuk kipas, bohlam, dan springkler. Alat ini bekerja menggunakan energi listrik dan sempat diujicobakan selama seminggu di Museum Lontar Gedong Kirtya.

“Cara kerjanya, kalau ada api di dalam ruangan, maka springkler akan mengeluarkan air untuk memadamkan api. Tapi, kalau suhu udaranya terlalu rendah di bawah batasan, maka bohlam akan menyala untuk menghangatkan ruangan. Sebaliknya, kalau ruangan terlalu lembab, maka kipas akan berputar. Dengan begitu, suhu ruangan tetap terkontrol,” papar Citra yang kemarin didampingi Diah.

Hasil penelitian berupa alat pengotrol suhu ruangan karya Citra Cahyanti dan Diah Candra tersebut kemudian disertakan dalam ajang Indonesian Science Project Olympiad 2019 di Tangerang. Alat pengontrol suhu ruangan dikirim dengan tema ‘The Automation For Lontar’s Conservation Improvement at the Lontar’s Muyseun Gedong Kirtya’.

Pemilihan tema ini, kata Citra Cahyanti, karena peserta lomba wajib mempersentasikan karya ilmiah yang mengkombinasikan antara teknologi dengan kearifan lokal. Awalnya, mereka mengirimkan berkas soft coppy penelitian melalui online. Dari ratusan peserta yang ikut dalam ajang bergengsi berskala anasional itu, penelitian Citra Cahyanti dan Diah Candra berhasil masuk nominasi finalis. Keduanya lalu terbang ke Tangerang untuk mempre-sentasikan hasil karyanya, hingga dinobatkan menjadi peraih medali Honorable Mention Bidang Teknologi.

Dengan keberhasilan ini, Citra Cahyanti dan Diah Candra berharap ke depannya hasil penelitian mereka dapat digunakan dan dikembangkan oleh masyarakat luas. Kedua siswi SMAN 1 Singaraja ini mengaku akan melakukan pengembangan, sehingga ke depannya alat pengotrol suhu ruangan ciptaannya dapat dipantau melalui smartphone.

Menurut Diah Candra, harga satu unit alat pengontrol suhu ruangan snagat terjangkau. Hanya perlu biaya tak lebih dari Rp 500.000 untuk menghasilkan alat sederhana ini. “Alat ini bisa dipakai di toko dan juga ruangan apa saja. Bisa bermanfaat juga untuk mencegah kebakaran lebih dini. Mudah-mudahan alat ini bermanfaat untuk masyarakat dan bisa menjaga budaya Bali, khususnya lontar-lontar kuno yang menyimpan banyak ilmu dan informasi,” harap Diah Chandra.

Sementara itu, guru pengampu mata pelajaran Prakarya SMAN 1 Singaraja, Gede Yudi Seputra, mengatakan penemuan alat pengatur suhu ruangan karya Citra Cahyanti dan Diah Candra ini tergolong ilmiah-aplikatif. Bahkan, bisa disebut multidisiplin keilmuan, karena ada unsur matematika, fisika, dan komputer di dalamnya. “Kami persiapkan alat ini selama 1,5 bulan. Jadi, konsepnya ini dibuat dari multi disiplin ilmu, berdasarkan kepekaan anak didik kami terkait kondisi lontar di Gedong Kirtya yang banyak rusak,” papar Yudi Saputra di Singaraja, Minggu kemarin. *k23

Komentar