nusabali

Baru Rampung, Jembatan Gantung Putus

  • www.nusabali.com-baru-rampung-jembatan-gantung-putus

Warga dan pelajar yang sekolahnya berada di sisi lain sungai, harus memutar dan menempuh jarak yang lebih jauh.

Dampak Banjir Bandang Menerjang Sungai Biluk Poh  


NEGARA, NusaBali
Jembatan gantung penghubung Banjar Sumbul, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, putus akibat diterjang banjir bandang luapan Sungai Yehembang Kangin pada Sabtu (22/12/2018) malam. Putusnya jembatan gantung yang baru rampung dibangun pihak Desa Yehembang Kangin sekitar 6 bulan sebelum putus itu memaksa warga maupun pelajar yang tinggal di sisi barat sungai namun sekolahnya berada di timur sungai, yakni, SDN 2 Yehembang Kangin dan SMPN 5 Mendoyo, harus memutar.  

Beberapa warga sekitar, mengatakan jembatan gantung yang hanya bisa dilalui pejalan kaki dan sepeda motor, ini merupakan jalur alternatif anak-anak yang sekolah di SDN 2 Yehembang wilayah Banjar Sumbul maupun di SMPN 5 Mendoyo wilayah Banjar/Desa Yeh Sumbul. Juga mempermudah akses sesama warga Banjar Sumbul, khususnya warga Tempek II Banjar Sumbul yang terpisahkan sungai.

“Desa yang menggagas pembangunan jembatan ini, dan baru selesai sekitar enam bulan. Tujuannya biar anak-anak lebih dekat ke sekolah,” ujar Ni Ketut Sunten, 45, Minggu (13/1).

Kalau ada jembatan itu, yang ke SD 2 Yehembang Kangin paling hanya menempuh jarak sekitar 2,5 kilometer. Tetapi karena jembatan putus, harus memutar dan menempuh jarak sekitar 6,5 kilometer. Sama juga yang ke SMPN 5 Mendoyo, saat masih ada jembatan paling hanya menempuh sekitar 6,5 kilometer, sekarang memutar sampai sekitar 10,5 kilometer.

Sebelum ada jembatan gantung ini, sambung Sunten, para orang tua serta anak-anak yang berada di bagian barat sungai, memiliki dua jalur alternatif. Yakni, keliling lewat jalan kabupaten di utara dengan jarak tempuh yang cukup jauh, atau melewati jalur Denpasar – Gilimanuk di selatan yang cukup berisiko terhadap keselamatan anak-anak. Lantaran kondisi jembatan gantung putus, kini para orang tua serta anak-anak terpaksa harus kembali melintasi satu di antara dua jalur alternatif tersebut. “Sekarang kebanyakan kembali lewat jalan raya (jalur Denpasar – Gilimanuk),” ungkapnya.

Selain memutus jembatan gantung, askes jalan di selatan jembatan gantung itu amblas sepanjang sekitar 10 meter. Amblasnya badan jalan selebar 2 meter yang juga menjadi salah satu jalur alternatif tembusan menuju jalan raya, itu kini hanya bisa dilalui sepeda motor dengan melewati pinggiran areal lahan kebun warga setempat. Sedangkan untuk kendaraan roda empat, sama sekali tidak bisa lewat.

“Jalan ini juga rusak karena banjir bandang Sabtu (22/12/2018) lalu. Kemarin beberapa rumah warga, termasuk keluarga saya yang tinggal dekat  jembatan gantung ini juga sempat mengungsi sehari ke rumah keluarga di barat, karena air masuk ke dalam rumah,” tutur Sunten.

Perbekel Yehembang Kangin I Ketut Suardika, Minggu kemarin, mengatakan jembatan gantung yang hancur diterjang banjir bandang itu dibangun secara bertahap mulai 2017 lalu, dan baru rampung pada 29 Mei 2018. Pembangunan jembatan yang didanai APBDes sekitar Rp 200 juta, itu juga dibantu pihak ketiga, termasuk partisipasi swadaya masyarakat.

“Itu dikerjakan swadaya, dan khusus untuk material jembatan gantung, ada bantuan pihak ketiga dari Swiss yang dulu juga membangun jembatan gantung di Penyaringan. Bentang jembatan yang hancur itu total panjangnya 60 meter. Konstruksi yang gantung 50 meter, 10 meter lagi jembatan permanen. Kami dari desa yang membuat jembatan permanennya itu,” ujarnya.

Menurut Suardika, saat terjadi musibah banjir bandang luapan Sungai Yehembang Kangin yang bersamaan terjadi dengan banjir bandang luapan Sungai Biluk Poh di perbatasan Kelurahan Tegalcangkring dengan Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Sabtu (22/12/2018) malam, juga ada beberapa dampak kerusakan di wilayahnya. Selain jembatan gantung dan jalan kabupaten yang tergerus di selatan jembatan gantung, banjir bandang di wilayahnya juga menggerus pinggiran jalan di Banjar Tegak Gede dengan panjang sekitar 20 meter, dan tanggul pondasi bangunan wantilan Pura Puseh Desa Pakraman Yehembang Kangin. Kemudian sekitar 3 rumah warga di Banjar Tegak Gede dan 9 rumah warga di Banjar Sumbul sempat terendam banjir. Termasuk 2 ekor sapi milik warga dan sekitar 4.000 ekor ikan gurami milik salah satu kelompok budidaya ikan, hanyut terbawa banjir dengan kerugian total sekitar Rp 100 juta.

Terkait dampak banjir bandang di wilayah desanya, sudah dilaporkan ke pihak kecamatan termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana. Dari koordinasi sementara, dari Pemkab Jembrana telah menurunkan bantuan alat berat untuk normalisasi arus sungai, sekaligus mengamankan tanggul pondasi bangunan wantilan Pura Puseh Desa Pakraman Yehembang Kangin. Sementara terkait kerusakan sejumlah ruas jalan kabupaten di wilayahnya, masih dikoordinasikan ke pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PUPRPKP) Jembrana.Terkait kerusakan jembatan gantung, kata Suardika, rencananya akan diperbaiki oleh desa bersama pihak ketiga yang juga telah menyatakan siap.

Sementara Kepala Bidang (Kabid) Bina Marga Dinas PUPRPKP Jembrana I Wayan Sudiarta, mengaku belum menerima laporan terkait kerusakan jalan dampak banjir bandang di Desa Yehembang Kangin. Dia berjanji akan mengecek. Menurut dia, dari PU masih fokus penanganan dampak banjir bandang luapan Sungai Biluk Poh, yang diketahui telah memutuskan jembatan permanen yang menghubungkan Banjar Anyar Kaja dengan Banjar Penyaringan di Desa Penyaringan, termasuk kerusakan sejumlah saluran irigasi di sekitar Desa Penyaringan serta Kelurahan Tegalcangkring.

“Sudah dipasang anggaran Rp 4,1 miliar untuk jembatan yang putus di Penyaringan, dan Rp 600 juta untuk saluran irigasi untuk banjir bandang Sungai Biluk Poh. Kalau yang di Yehembang Kangin, saya belum tahu ada begitu. Tetapi nanti segera akan kami cek,” ujarnya. *ode

Komentar